Mae Nak, Hantu Legendaris Thailand yang Banyak Diadaptasi dalam Film: Antara Cinta Sejati dan Horor!
INDOZONE.ID - Thailand sebagai salah satu negara di Asia Tenggara, punya kemiripan dengan Indonesia. Salah satunya adalah budaya mitologi mistis yang kuat.
Jika di Indonesia punya Kuntilanak, Sundel Bolong atau Si Manis Jembatan Ancol, Thailand juga memiliki sosok hantu perempuan yang bergentayangan dan melegenda, yaitu Mae Nak atau Nang Nak dari Phra Khanong.
Mae Nak berarti Nona Nak, merupakan salah satu cerita hantu paling terkenal di Thailand. Ia dikenal bukan saja karena cerita hantu, tapi juga balutan kisah cinta di dalamnya.
Sejarah Hantu Mae Nak
Kisah Nak terjadi kurang lebih pada masa Rattanakosin, sekitar abad ke-18 di sekitaran Wat Mahabut, sepanjang sungai Phra Khanong, yang masih termasuk daerah Bangkok.
Dipercaya, bahwa Mae Nak saat itu sedang hamil, tetapi sang suami, Mak, harus ikut berperang. Sebagian orang meyakini Perang Kengtung-lah yang diikuti suami Mae Nak.
Baca Juga: Kisah Tragis Chadil Deffy: Pria Thailand Menikahi Kekasih yang Telah Meninggal Dunia
Nak harus berjuang menghadapi kehamilan yang makin membesar. Sementara itu, suaminya, Mak, terluka sehingga harus dirawat. Oleh sebab itu, dia terlambat pulang ke Phra Khanong.
Akibat keterlambatannya, Mae Nak tidak mampu bertahan saat melahirkan. Ia dan anaknya pun meninggal tanpa sepengetahuan Mak.
Nak dikuburkan di sebuah pemakaman area Wat Mahabut. Akan tetapi, arwah Nak dan anaknya yang diyakini masih bergentayangan, muncul di tepi sungai untuk menanti kedatangan sang suami.
Para warga yang menyaksikan hal tersebut, merasa ketakutan. Mereka mencoba mengusir arwah Nak dengan bantuan para biksu dan supranaturalis lainnya, tetapi gagal.
Ketika Mak pulang, ia melihat istri dan anaknya sudah menanti di rumah. Para warga sudah memperingatkan, bahwa Nak dan anaknya itu sudah tiada, tetapi dia tak percaya.
Mak tetap menjalani hidup bersama sang istri dan bayinya tanpa menghiraukan peringatan warga.
Namun, saat sedang memasak, Nak tanpa sengaja menjatuhkan lemon. Patut diketahui, rumah mereka itu berjenis rumah panggung. Jadi, lemonnya jatuh ke tanah yang jaraknya agak tinggi dari jangkauan manusia biasa.
Tiba-tiba tangan Nak bisa memanjang sendiri untuk mengambil lemon yang jatuh tersebut. Kebetulan, Mak baru saja sampai rumah setelah mengambil sejumlah barang.
Mak yang melihat tangan Nak bisa memanjang tidak normal, langsung ketakutan. Dia mulai percaya, bahwa sang istrinya adalah hantu.
Mak pun langsung berlari ke sebuah kuil terdekat. Kuil suci dipercaya warga takkan ada hantu yang berani mendatanginya.
Mae Nak merasa sangat sakit hati dan kecewa terhadap warga yang telah bercerita kepada Mak. Ia merasa mereka yang membuat suaminya menjauh. Hantu Nak pun menteror, bahkan konon membunuh para warga yang terlibat.
Akhirnya, seorang biksu bernama Somdej Phra Buddhacarya atau dikenal sebagai Somdej Toh, turun tangan membantu warga.
Ia melakukan pendekatan yang lembut terhadap hantu Nak, hingga membuat sang hantu mampu merelakan masa lalunya.
Mayat Nak akhirnya dikremasi dan sebagian tengkoraknya dijadikan jimat. Bagian tulang tengkoraknya diburu oleh sebagian kolektor jimat saat itu.
Baca Juga: Fakta Racun Sianida yang Sebabkan 6 Jasad Tewas di Hotel Thailand, Ternyata Pelakunya...
Sosok Mae Nak dan Kuilnya
Mae Nak berperawakan cantik dengan rambut panjang lurus terurai ke bawah, hingga setengah pinggang.
Ia mampu memanjangkan tangan dan memiliki kekuatan supranatural lain yang bisa mengancam nyawa.
Setelah mayatnya dikremasi, warga pun membangun semacam kuil khusus untuk menjaga ketenangan sang arwah.
Kuil itu berdiri di Klong Phra Khanong, area Wat Mahabut. Bangunannya kecil dan rendah, berada di bawah pepohonan besar. Salah satu batang pohon ada yang dibuat menembus atapnya.
Ia terdiri dari satu kuil utama, yang dikelilingi beberapa kuil lain dengan ukuran lebih kecil. Sebuah patung Nak dan anaknya yang baru lahir, berada di tengah-tengah kuil.
Masyarakat terkadang membuat permohonan dengan memberi persembahan bagi patung. Umumnya, yang melakukan permohonan adalah kalangan wanita.
Biasanya, mereka meminta agar kehamilannya dimudahkan. Sementara itu, lelaki meminta agar terhindar dari wajib militer.
Poster Kang Mak From Pee Mak.
Diadaptasi Jadi Film dan Serial TV
Saking terkenalnya kisah hantu Nak, ia telah berkali-kali diadaptasi menjadi film dan serial TV. Film pertama yang dibuat tentang Mae Nak adalah karya Sutradara Anusakdi Hassadinthorn pada 1936.
Lalu, dibuat lagi dengan judul Mae Nak Phra Kanong oleh Sanae Komarachun pada 1959. Diikuti oleh sejumlah film serupa lainnya.
Pada 1999, Sutradara Nonzee Nimibutr membuat film berjudul Nang Nak yang lebih menitikberatkan pada kisah cinta antara Nak dan Mak daripada sisi horornya. Di 2005, seorang sutradara asal Inggris membuat juga film dengan judul Ghost of Mae Nak.
Sementara itu, adaptasi paling sukses dari kisah Mae Nak adalah film yang rilis pada 2013, berjudul Pee Mak dengan genre horor-komedi. Ini menjadi film tentang Mae Nak terlaris dalam sejarah perfilman Thailand.
Film Pee Mak bahkan dibuat ulang versi Indonesia-nya menjadi Kang Mak di 2024. Terbaru, ada serial The Legend of Nang Nak yang tayang di berbagai platform layanan video streaming berlangganan, seperti Netflix, Vidio, dan Viu, pada kurun waktu Oktober-November 2024.
Baca Juga: 5 Insiden Penembakan di Kalangan Sipil Thailand yang Terjadi dalam Beberapa Tahun Belakangan Ini
Penelusuran Kisah Asli
Seorang sejarawan Thailand bernama Anek Nawikamul melakukan penelitian terhadap dokumen sejarah terkait kisah Mae Nak yang asli.
Berdasarkan penelusurannya, ia menemukan sebuah artikel dari koran Siam Praphet yang ditulis oleh seorang penulis sejarah bernama K.S.R Kularb.
Koran tersebut terbit pada 10 Maret 1899 yang mengindikasikan kisah Mae Nak diambil dari kehidupan Amdaeng Nak, seorang putri salah satu Kepala Suku Phra Khanong bernama Khun Si.
Amdaeng Nak meninggal saat mengandung. Anaknya khawatir, ayahnya akan menikah lagi dan harus berbagi warisan dengan ibu atau saudara tirinya. Maka dari itu, sang anak pun mencoba membuat cerita hantu tentang ibunya.
Dia sengaja berpakaian, seperti wanita, agar masyarakat percaya, bahwa itu adalah sosok hantu Nak yang bergentayangan. Dia juga suka melempar batu ke perahu yang lewat agar mengira itu adalah ulah hantu Nak.
Kularb menduga, bahwa peristiwa tersebut terjadi di era King Rama III (1824-1851). Dia juga berasumsi nama asli suami Nak bukanlah Mak, melainkan Chum.
Jika artikel tersebut benar, kisah Nak yang meninggal saat hamil adalah benar. Akan tetapi, kisah hantunya adalah palsu.
Teori lain menyebutkan, bahwa nama Mak diambil dari lirik buatan Pangeran Narathip Praphanpong, anak dari Raja Besar Mongkut. Lirik atau naskah tersebut digunakan untuk pementasan drama berjudul E-Nak Phra Kha Nong di 1911, pada zaman dinasti Raja Rama VI (1910-1925).
Tak ada yang bisa memastikan kisah Nak dan Mak ini, adalah nyata atau hanya karangan. Satu hal yang pasti, kisah ini sudah menjadi cerita rakyat di Thailand. Bahkan, cerita ini menjadi inspirasi bagi film-film Thailand.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Thailand Foundation