INDOZONE.ID - Nyaris setiap tahun dari beberapa tahun belakangan ini, Thailand kerap mengalami insiden penembakan massal. Kali ini, dilakukan oleh remaja 14 tahun di pusat perbelanjaan Siam Paragon, Bangkok.
Dikenal sebagai The Land of Smiles karena keramahtamahan warganya, Thailand justru menjadi negara yang memberikan sedikit ketakutan karena faktanya, mereka menjadi salah satu negara dengan kepemilikan senjata oleh sipil tertinggi di Asia.
Mungkin fakta itu menjadi enggak heran ketika melihat insiden penembakan yang terjadi dalam beberapa tahun belakangan ini.
Baca Juga: Misteri Hilangnya 10 Tanggal di Kalender Oktober 1582, Kok Bisa?
Seperti dilansir Bangkok Post, menurut World Population Review, kepemilikan senjata api, baik dari sipil, militer maupun penegak hukum mencapai 10,3 juta senjata.
Dari jumlah tersebut, tingkat kepemilikan senjata oleh sipil, yakni 15,10 per 100 orang. Ini menjadi yang tertinggi di ASEAN dan kedua di Asia setelah Pakistan.
Ada sekitar 1.052.815 senjata api militer dan 230.000 senjata api penegak hukum yang dimiliki Thailand. Ini jumlah yang tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara konflik seperti Afghanistan dan Suriah.
Boonwara Sumano, peneliti senior di Lembaga Penelitian dan Pengembangan Thailand (TDRI) menulis untuk Bangkok Post mengatakan tingginya tingkat kepemilikan senjata di negara itu disebabkan oleh kemudahan proses penerbitan izin kepemilikan senjata.
Departemen Adminisrasi Provinsi di bawah Kementerian Dalam Negeri yang menjadi badan pemerintah yang bertugas untuk memproses izin kepemilikan senjata dinilai sangat mudah memberikan izin.
Masyarakat sipil dapat mengunjungi lebih dari 900 kantor distrik di seluruh provinsi untuk mengajukan izin kepemilikan senjata.
Baca Juga: Sejarah 'In God We Trust' yang Jadi Semboyan dan Muncul di Mata Uang Kertas AS
Untuk mendapatkan izin, masyarakat melalui proses yang sangat mudah dan cepat, bahkan prosesnya kurang dari 86 hari dan biayanya hanya lima baht atau sekitar Rp2 ribu per senjata.
Dengan mudahnya izin kepemilikan senjata oleh sipil di Thailand, enggak mengherankan jika negara itu berada di posisi kedua setelah Filipina dengan angka kematian akibat senjata api tertinggi di ASEAN.
Berdasarkan laporan terakhir pada 2022 lalu, ada sekitar 2.804 kematian akibat senjata api yang terjadi negeri Gajah Putih tersebut.
Baca Juga: Kisah Rainbow Maniac, Pembunuh Berantai Pengincar Pria Gay di Brazil yang Tak Terpecahkan
Dari jumlah tersebut, perbandingannya sebesar 3,91 per 100.000 orang meninggal dunia akibat senjata api di Thailand.
Dalam beberapa tahun terakhir, insiden penembakan di Thailand cukup sering terdengar.
Misalnya pada Februari 2020, seorang perwira militer melakukan penembakan massal di sebuah pusat perbelanjaan di Nakhon Ratchasima yang menewaskan 30 orang dan 58 lainnya luka-luka.
Lalu, Agustus 2022, antar komplotan geng remaja saling baku tembak selama 40 menit di dekat supermarket di Ubon Ratchathani yang menewaskan 2 orang.
Di tahun yang sama, pada 14 September, seorang perwira militer melakukan penembakan di Army War College Bangkok yang menewaskan 2 orang dan satu lainnya cedera.
Baca Juga: Gate 13, Tempat Sakral dan Memorial Sebagai Saksi Bisu Tragedi Kanjuruhan
Pada bulan yang sama, seorang pelajar sekolah menengah membawa senjata rakitan ke sekolah dan secara tidak sengaja menembakkannya hingga menewaskan satu temannya.
Pada bulan berikutnya, tepatnya pada 6 Oktober 2022, seorang mantan perwira polisi melepaskan tembakan ke pusat penitipan anak di Nong Bua Lam Phu yang menewaskan hingga 30 orang anak-anak.
Terakhir, yang baru-baru ini menghebohkan, seorang remaja 14 tahun melakukan penembakan massal di mal Siam Paragon, Bangkok yang menewaskan 2 orang dan lima lainnya luka-luka.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Berbagai Sumber