INDOZONE.ID - Perang Candu pada abad ke-19 menjadi titik balik penting dalam sejarah China dan dunia.
Mengutip Kusmayadi, Y. (2018). Sejarah Runtuhnya Dinasti Mantsu Awal Abad ke 20, konflik ini dipicu oleh ketegangan antara China dan Inggris, yang saat itu bersikeras memaksakan perdagangan opium di China.
Inggris mengimpor opium dari India dan memanfaatkannya untuk meraup keuntungan besar di China, meski dampaknya merusak kehidupan sosial dan ekonomi China.
Baca Juga: Sejarah Masuknya Islam ke China dan Peran Tokoh Muslim di Dinasti Ming
Kebijakan Kaisar Daoguang Melawan Opium
Pada tahun 1839, Kaisar Daoguang memutuskan untuk menentang perdagangan opium yang kian merajalela.
Namun, Inggris menanggapinya dengan kekerasan, dan memulai Perang Candu Pertama (1839-1842).
Setelah kemenangan Inggris, China terpaksa menandatangani Perjanjian Nanking, yang mengharuskan mereka membuka pelabuhan untuk perdagangan asing, menyerahkan Hong Kong kepada Inggris, dan membayar ganti rugi besar.
Baca Juga: Kisah Petualangan Epik 3 Biksu: Menghubungkan India dan China Lewat Budaya Buddha
Perang Candu Kedua
Ketegangan tak berhenti di situ. Ketidakpuasan terus memuncak dan akhirnya Perang Candu Kedua (1856-1860) pun pecah.
Konflik ini semakin melemahkan China dan membuat kondisi internalnya kacau. Di tengah situasi yang tidak stabil, muncul berbagai pemberontakan.
Salah satunya Pemberontakan Taiping (1850-1864), yang dipimpin oleh Hong Xiuquan, seorang tokoh yang mengklaim dirinya sebagai "saudara Yesus".
Baca Juga: Sebelum Jepang, China Pernah Dominasi Asia Timur di Masa Lalu
Tujuan pemberontakan ini adalah untuk menggulingkan Dinasti Qing dan membawa perubahan sosial besar-besaran.
Runtuhnya Dinasti Qing
Perang Candu dan berbagai pemberontakan besar, seperti Taiping, menjadi titik awal keruntuhan Dinasti Qing yang telah memerintah lebih dari dua abad.
Dinasti Qing akhirnya tumbang di bawah tekanan kekuatan asing dan gejolak dalam negeri, memicu era kolonialisme dan memulai modernisasi di China.
Peristiwa ini meninggalkan luka mendalam dalam sejarah China dan membawa dampak yang masih terasa hingga kini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Jurnal Artefak