Selasa, 06 AGUSTUS 2024 • 16:44 WIB

Mengenal Paraku, Gerakan Pro Komunis di Kalimantan Barat Pertengahan 60-an yang Muncul di Film 'Kabut Berduri'

Author

Ilustrasi Paraku di Kalimantan Barat. (Youtube/Indo Info)

INDOZONE.ID - Buat kaliam yang mengukti film 'Kabut Berduri', tentu mendengar ada singgungan tentang gerapa Paraku di Kalimantan Barat yang menjadi selipan isu sosial. Namun, banyak yang mungkin belum mengerti apa itu Paraku.

Paraku adalah Pasukan Rakyat Kalimantan Utara yang pro komunis dan disinggung dalam film tersebuit. Ada sejarah panjang di wilayah perbatasan Kalimantan tentang Paraku.

Berikut ini fakta yang Indozone ungkap dari jurnal "Peristiwa Pemberantasan PGRS-Paraku di Kalimantan Barat Tahun 1967" karya Yulita Dewi Purmintasari dari STKIP PGRI Pontianak.

Dari zaman Soekarno

Semenjak Soekarno melancarkan seruan "Ganyang Malaysia" sebagai upaya untuk membebaskan rakyat Malaysia dari ancaman neokolonialisme Inggris.

Baca Juga: Mengungkap Mitologi Enggang, Burung Keramat dari Kalimantan

Sebagai respons, Soekarno memberikan dukungan kepada Pasukan Gerilya Rakyat Serawak (PGRS) dan Pasukan Rakyat Kalimantan Utara (Paraku), yang sebagian besar anggotanya adalah etnis Tionghoa dan pro-komunis. Namun, setelah tragedi G30S pada tahun 1965, situasi politik di Indonesia mengalami perubahan drastis.

Peristiwa tersebut melemahkan kekuasaan PKI di pemerintahan.

Peninggalan Paraku di Museum Kalbar. (ANTARA)

Setelah pergeseran kekuasaan kepada Soeharto, masalah konfrontasi dengan Malaysia segera diselesaikan melalui penandatanganan Jakarta Accord. Pemerintahan Soeharto kemudian melancarkan operasi penumpasan terhadap PgRS/Paraku, sejalan dengan Tap MPRS No. XXV/MPRS/1966 yang melarang ajaran marxisme-leninisme di Indonesia. Operasi-operasi yang dilakukan oleh Tentara Indonesia berhasil melumpuhkan PgRS/Paraku.

Penetrasi ideologi sangat terasa dalam penumpasan PgRS/Paraku, yang menunjukkan adanya hegemoni dan dominasi dari kekuasaan penguasa. Menarik untuk melihat bagaimana hegemoni kekuasaan terjadi dalam penumpasan PgRS/Paraku melalui perspektif teori hegemoni Gramsci. Kajian ini bertujuan untuk memperkaya khasanah studi sejarah lokal di Kalimantan Barat.

Baca Juga: 3 Mitos Tentang Rusia yang Ngaco: Dari Mafia hingga Komunis, Semuanya karena Hollywood

Pembentukan PgRS/Paraku di Kalimantan Barat

Pembentukan PgRS/Paraku tidak terlepas dari konteks konflik Indonesia-Malaysia. Ketika Inggris mendukung pembentukan Federasi Malaysia, Indonesia menolak keras, termasuk wilayah Kalimantan Utara yang juga termasuk dalam federasi tanpa persetujuan penduduknya. Penolakan terutama datang dari warga keturunan Tionghoa yang khawatir akan dominasi Melayu dari Semenanjung Malaya.

PgRS/Paraku, yang dianggap sebagai gerakan anarkis, mempengaruhi stabilitas sosial-politik di Kalimantan Barat. Pemerintah Indonesia menanggapi gerakan ini dengan sikap tegas, karena dianggap sebagai ancaman bagi Indonesia dan berkaitan dengan isu perbatasan, termasuk hubungan dengan Malaysia.

Kerjasama antara Indonesia dan Malaysia diperlukan untuk prinsip keamanan bersama mengingat operasi PgRS/Paraku tidak hanya di wilayah Indonesia tetapi juga di Serawak.

Pemberantasan PgRS/Paraku di Kalimantan Barat

Pemberantasan PgRS/Paraku di Kalimantan Barat tidak dapat dipisahkan dari politik Soekarno dan Soeharto. Pada masa Demokrasi Terpimpin, PKI mendapat posisi penting di pemerintahan Soekarno, yang mendukung mereka sebagai bagian dari pemerintahan.

Konflik dengan Malaysia mengarah pada pembentukan PgRS/Paraku sebagai reaksi terhadap Federasi Malaysia yang didukung Inggris.

 

Setelah peralihan kekuasaan ke Soeharto pasca-G30S/PKI, pandangan ideologis Soeharto yang anti-komunis menyebabkan penumpasan PgRS/Paraku. Penumpasan ini diperlambat oleh keterbatasan militer setempat dan perluasan operasi militer dari Jawa, termasuk rekrutmen warga sipil Dayak untuk membantu tentara.

Pendukung PgRS/Paraku yang terjebak di hutan Kalimantan Barat sering menghindari pertempuran terbuka dan menghadapi kesulitan dalam penumpasan.

Baca Juga: Napak Tilas Bentrokan Antar Suku di Akhir Tahun 90-an, Pemicu Utama dari Tragedi Berdarah di Kalimantan

Hegemoni Gramsci terhadap Pemberantasan PgRS/Paraku

Soeharto berusaha memaksakan nilai-nilai dan ideologi baru kepada rakyat, sementara militer berfungsi sebagai alat kekuatan untuk menegakkan dominasi tersebut.

Soeharto, dalam upayanya untuk menumpas PgRS/Paraku, tidak hanya menggunakan kekuatan militer tetapi juga propaganda untuk membujuk masyarakat, khususnya etnis Dayak, bahwa komunisme adalah ancaman.
Penekanan pada ideologi dan propaganda ini menunjukkan upaya untuk menciptakan konsensus dan kontrol sosial, sementara penggunaan kekuatan militer memastikan dominasi dan stabilitas politik.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Jurnal "Peristiwa Pemberantasan PGRS-Paraku Di Kalimantan Ba

Author
TERPOPULER
TAG POPULER
BERITA TERKAIT
BERITA TERBARU
Kontak Tentang Kami Redaksi Info Iklan Pedoman Media Siber Pedoman AI dari Dewan Pers Kode Etik Jurnalistik Karir