Salah satu caranya adalah menggunakan seni dan budaya lokal, seperti tembang (lagu Jawa) dan wayang.
Strategi ini terbukti ampuh. Masyarakat jadi bisa belajar Islam tanpa merasa dipaksa atau takut.
Awalnya, Sunan Muria dakwah bareng Sunan Kudus di Kota Kudus.
Tapi, karena ada perbedaan metode dakwah, beliau memilih pindah ke Gunung Muria.
Zaman dulu, Gunung Muria masih gersang dan tandus. Tapi setelah Sunan Muria menetap di sana, beliau ngajak murid-muridnya buat melakukan reboisasi.
Hasilnya? Gunung yang tadinya tandus jadi hijau, subur, dan sejuk.
Di puncak gunung, Sunan Muria membangun pesantren dan masjid buat tempat belajar murid-muridnya.
Selain ngajarin agama, beliau juga ngajarin cara bertani yang baik, biar masyarakat bisa hidup lebih sejahtera.
Baca Juga: Mitos Rajah Kalacakra di Makam Sunan Kudus, Pejabat Takut Jabatannya Runtuh?
Sunan Muria sadar banget kalau Islam itu bukan cuma soal ibadah, tapi juga soal kehidupan.
Makanya, beliau ngajarin banyak hal ke masyarakat, seperti:
Pendekatan ini bikin masyarakat jadi lebih terbuka terhadap Islam, tanpa merasa terbebani atau dipaksa.
Setelah seumur hidup berdakwah, Sunan Muria akhirnya wafat dan dimakamkan di puncak Gunung Muria.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Buku Kudus Dan Islam Karya Dra. Sri Indrahti, M. Hum.