Dengan keberanian dan pendekatannya yang unik, Sutirah menghalau macan tutul tanpa melukai hewan tersebut.
Keberhasilan ini menjadi titik balik dalam kariernya. Sebab, ia mulai dianggap sebagai pawang hewan yang tidak hanya berbakat, tetapi juga memiliki pendekatan penuh empati terhadap satwa liar.
Kesuksesannya di perkebunan teh menarik perhatian pihak kolonial. Dilansir dari Cambridge University Press, Sutirah dipekerjakan oleh Dierenbescherming Agentschappen, sebuah lembaga pengawasan hewan yang didirikan oleh pemerintah kolonial.
Di lembaga ini, Sutirah bertugas menangani berbagai kasus yang melibatkan hewan, seperti konflik antara manusia dan satwa liar, serta membantu menjaga keseimbangan ekosistem.
Selain itu, Sutirah juga bekerja sama dengan Carl Wilhelm Weber, seorang ahli zoologi terkenal pada masa itu.
Weber, yang terpukau oleh keahlian Sutirah, mengajaknya untuk menjelajahi berbagai wilayah di Indonesia.
Bersama Weber, Sutirah menjelajahi pulau-pulau, seperti Lombok, Sulawesi, hingga Kepulauan Tanimbar.
Dalam perjalanan ini, mereka melakukan klasifikasi berbagai jenis hewan vertebrata, yang hasilnya menjadi sumbangan penting bagi ilmu zoologi.
Salah satu aspek istimewa Sutirah, adalah cara ajaib yang dilakukannya dalam berinteraksi dengan hewan.
Ia menggunakan pendekatan lembut nan tegas, memahami bahasa tubuh dan perilaku hewan dengan baik.
Pendekatan ini membuatnya mampu menjalin "komunikasi" yang efektif dengan berbagai jenis hewan, dari ternak hingga satwa liar.
Selain itu, Sutirah dikenal memiliki pengetahuan mendalam tentang ekosistem dan pola hidup hewan.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Cambridge University Press