Rasa tidak puas terhadap kepemimpinan atau kebijakan yang diambil oleh PI juga menyebabkan beberapa anggota memilih untuk keluar dari perhimpunan.
Para anggota PI juga mulai khawatir dengan meningkatnya rasa simpati rakyat Indonesia terhadap peran Jepang di Hindia Belanda.
RM Djajeng Pratomo, salah satu pemimpin PI, menyatakan bahwa industrialisasi yang dijalankan Jepang sebelum pendudukan mereka di Indonesia, merupakan bagian dari ekspansi kekuatan fasis ke selatan, termasuk Hindia Belanda.
Kekhawatiran ini menambah tantangan bagi PI, mengingat kekuatan fasis yang semakin berkembang di Indonesia pada saat itu.
Pecahnya Perang Dunia II pada tahun 1939, di mana Belanda terlibat sebagai salah satu pihak yang bertempur, memberikan dampak besar terhadap situasi politik dan sosial di Belanda.
Ketegangan yang muncul akibat perang membuat situasi menjadi tidak kondusif bagi keberlangsungan kegiatan PI.
Ancaman bahaya dan kekerasan perang di Belanda memaksa banyak anggota PI untuk mengungsi dan melarikan diri dari Belanda, demi menghindari bahaya yang semakin dekat.
Pada tahun 1940, Belanda diduduki oleh Nazi Jerman, yang mempengaruhi gerakan-gerakan di dalam negeri, termasuk PI.
Baca Juga: Kisah Dibalik Peristiwa Rengasdengklok: Momen Penculikan Soekarno-Hatta Menuju Kemerdekaan RI
Sebagai reaksi terhadap pendudukan Jerman, PI berupaya menyatukan mahasiswa Indonesia di Belanda untuk melawan fasisme.
Namun, di tengah situasi ini, beberapa anggota PI justru menunjukkan ketertarikan terhadap ideologi Nazi Jerman, bahkan ada yang menjadi agen rahasia atau mata-mata Jerman.
Hal ini memunculkan rasa curiga dan konflik internal di kalangan anggota PI yang setia pada perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Selain itu, sejumlah anggota PI juga menjadi korban kebijakan represif Nazi. RM Djajeng Pratomo dan adiknya, Gondho, dijebloskan ke dalam kamp kerja paksa di kamp konsentrasi Dachau.
Sementara itu, Irawan Surjono, salah satu anggota PI, tewas ditembak oleh polisi Nazi saat mengangkut pamflet di Leiden.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Jurnal Pendidikan Sejarah & Sejarah FKIP Universitas Jambi.