Atas: NH 73066 Shokaku, Bawah: Zuikaku.
INDOZONE.ID - Kemenangan beruntun Jepang di awal perang Pasifik tidak terlepas dari penerapan doktrin baru di angkatan laut Jepang, doktrin baru seperti serangan udara yang dilakukan secara masif rupanya memberikan kerusakan yang signifikat bagi pasukan sekutu.
Dalang di balik penerapan doktrin tersebut tidak lain tidak bukan adalah Kido Butai atau yang disebut dengan “Mobile Force.”
Pada tahun 1930 an muncul pemikiran-pemikiran baru di angkatan laut Jepang yang mengutamakan produksi kapal induk dan penggunaan serangan udara berbasis kapal induk secara masif.
Baca Juga: Cerita Kejam Penyiksaan Tentara Jepang di Balik Wahana Rumah Hantu Bekas Hotel Cakra Solo
Salah satu tokoh dari pihak yang mendukung pengembangan kapal induk yang lebih modern adalah Laksamana Isoroku Yamamoto.
Yamamoto merupakan salah satu perwira militer Jepang yang lebih akrab dengan doktrin militer Amerika dibandingkan petinggi militer lainnya di Jepang.
Ia menilai bahwa tidak mungkin Jepang bisa menang melawan Amerika Serikat jika mereka tetap menggunakan doktrin kapal perang tradisional.
Ia memberikan gambaran akan penggunaan pesawat berbasis kapal induk yang mampu menyerang musuh dengan jarak yang lebih jauh dibandingkan meriam kapal tempur.
Pada tahun 1941 tepatnya dibulan April tanggal 10, secara resmi Kido Butai dibentuk dengan menggabungkan 3 divisi kapal Induk Jepang yaitu divisi ke 1, 2 dan 4.
Pada tahun yang sama di tanggal 10 Desember divisi kapal induk ke 5 ditambahkan kedalam Kido Butai.
Minggu pagi 7 Desember 1941 menandakan dimulainya pertempuran besar dilautan teduh, ratusan pesawat Jepang mengubah suasana dari yang pada mulanya tenang berubah menjadi mencekam.
Total ada 441 pesawat Jepang yang diluncurkan dari 6 kapal induk Jepang, pemimpin dari serangan ini adalah Chuichi Nagumo yang berada di Akagi salah satu dari 6 kapal induk yang terlibat dalam serangan ini.
Serangan gelombang pertama dan kedua Jepang memberikan kerusakan yang signifikat bagi Amerika Serikat, 4 kapal tempur Amerika Serikat tenggelam 4 lainnya rusak parah dan lebih dari 100 pesawat Amerika hancur dan rusak.
Serangan tersebut berhasil membuktikan seberapa efektifnya penggunaan pesawat dalam pertempuran laut.
Serangan gelombang ketiga dan keempat yang akan dilakukan Jepang dapat melumpuhkan armada pasifik Amerika dalam beberapa bulan ke depannya.
Akan tetapi kekhawatiran Nagumo akan serangan balasan dari kapal induk Amerika, memaksa Nagumo untuk memberikan perintah mundur setelah serangan gelombang kedua.
Sejak awal pertempuran di Pearl Harbour hingga pendudukan di Asia Tenggara, Jepang belum pernah menghadapi pertempuran melawan armada kapal induk Amerika secara langsung.
Pertempuran kapal induk pertama antara kedua kekuatan tersebut terjadi di Coral Sea, hasil dari pertempuran tersebut menjadi salah satu faktor menurunnya kekuatan tempur Kido Butai di pertempuran Midway.
Laksamana Yamamoto metargetkan Midway sebagai persiapan untuk serangan kedua ke Pearl Harbor, yang diharapkan mampu untuk memaksa Amerika menyepakati perjanjian damai.
Akan tetapi kode AF yang digunakan untuk menandai Midway berhasil diketahui oleh pemecah kode Amerika Serikat, yang kemudian memaksa Jepang untuk sekali lagi berhadapan dengan kapal Induk Amerika Serikat.
Kekuatan inti Kido Butai terdiri dari 6 kapal induk yang terbagi dalam beberapa divisi, namun 2 kapal Induk Jepang yaitu Shoukaku dan Zuikaku tidak dapat berpartisipasi dalam pertempuran Midway.
Shoukaku yang masih berada di dok kering untuk reparasi dan Zuikaku yang kehilangan setengah dari Pesawatnya, berdampak pada kekuatan tempur Kido Butai.
Dari segi jumlah kedua belah pihak dapat dikatakan seimbang Jepang memiliki kekuatan 4 kapal induk dan kekuatan Amerika yang terdiri dari 3 kapal induk dan dibantu dengan pesawat dari pangkalan Midway.
Akan tetapi kehadiran kapal induk Amerika yang belum disadari Jepang ketika melaksanakan operasi Midway rupanya menjadi faktor kekalahan Jepang,
Amerika berhasil memberikan pukulan telak bagi Jepang di Midway, Jepang sendiri harus menerima kehancuran divisi kapal induk ke 1 dan 2 Kido Butai.
Hal tersebut menjadi penanda bahwa kemenangan beruntun Kido Butai tidak akan bertahan selama-lamanya.
Hancurnya kekuatan utama kido butai tidak memberikan pilihan lain bagi Jepang untuk membubarkanya pada tanggal 14 Juli 1942.
Baca Juga: Kapal Perang Yamato yang Berakhir Tragis di Era Perang Dunia II
Kendati demikian sisa-sisa kekuatan dari kido butai seperti Shoukaku dan Zuikaku masih beroperasi hingga dipenghujung perang Pasifik.
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone.Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Wikipedia, The Collector