INDOZONE.ID - Sejumlah momen penting diperingati di berbagai belahan dunia setiap harinya. Lantas, tanggal 2 Juni memperingati hari apa?
Tanggal 2 Juni jatuh pada hari Minggu dalam penanggalan Masehi. Tercatat ada 4 momen penting yang diperingati pada tanggal tersebut, salah satunya adalah Hari Lahir Tan Malaka.
Yuk, simak ulasan selengkapnya yang dirangkum dari berbagai sumber.
Hari Lahir Tan Malaka merupakan salah satu hari penting yang diperingati di Indonesia. Peringatan tersebut jatuh pada tanggal 2 Juni. Pemilihan tanggal tersebut disesuaikan dengan tanggal kelahirannya.
Baca Juga: Presiden Jokowi Sematkan Gelar 'Pahlawan Nasional' pada 4 Tokoh Ini, Apa Saja Syaratnya?
Sosok Tan Malaka mungkin tidak sepopuler sederet pahlawan nasional Indonesia lainnya. Tetapi, pria kelahiran Sumatera Barat ini ternyata memberikan jasa luar biasa dalam melawan kolonialisme di Indonesia.
Mengutip dari Jurnal Petra Christian University dengan judul “Merepresentasikan Secara Visual Ibrahim Datuk Tan Malaka”, Ibrahim Datuk Tan Malaka adalah gelar mulia di daerahnya.
Pada tahun 1963, melalui Keputusan Presiden No. 53 Tahun 1963, pemerintah resmi mengangkat sosok Tan Malaka sebagai pahlawan kemerdekaan.
Tujuannya, untuk mengenang dan menghargai perjuangan Tan Malaka. Jika berbicara profil kehidupannya, pemilik nama asli Ibrahim hini putra kelahiran sebuah desa kecil Pandan Gadang, Suliki, Sumatera Barat, pada 1894.
Tan Malaka mendapat kesempatan untuk masuk ke Sekolah Guru Pribumi satu-satunya di Sumatra yaitu Inlandsche Kweekschool voor Onderwijzers di Bukittinggi hingga lulus pada tahun 1913.
Usai lulus, Tan Malaka kembali melanjutkan pendidikan ke Belanda di Rijksweekschool di Haarlem. Beliau mendapatkan pandangan mengenai dunia luar dan mengalami perubahan drastis dalam pola pikirnya.
Ia mendalami perihal Sosialisme dan Komunisme setelah adanya Revolusi Rusia pada Oktober 1917. Tan Malaka membaca buku karya Karl Marx, Vladimir Lenin, dan Friedrich Engels.
Sepulangnya dari Belanda, beliau menjadi pengajar anak-anak kuli perkebunan tembakau di perkebunan di Deli, Sumatra Timur.
Dari sini, Tan Malaka memiliki sifat radikal dengan mulai mempelajari tentang kemerosotan masyarakat.
Disamping mengajar, beliau aktif sebagai jurnalis dan menulis beberapa karya untuk pers mengenai ketimpangan yang terjadi antara pemilik dan pekerja.
Tahun 1921, beliau pindah ke Jawa dan beliau terpilih menjadi anggota Volksraad sebagai anggota kelompok sayap kiri tetapi kemudian mengundurkan diri dalam waktu satu tahun.
Usai Muktamar ke-5 Sarekat Islam berdiskusi membahas keanggotaan ganda Sarekat Islam dan Partai Komunis Indonesia (PKI), Sarekat Islam terpecah. Tan Malaka diminta ke Semarang untuk bergabung dengan PKI.
Tan Malaka membuka sekolah rakyat di Semarang dengan nama Sekolah Sarekat Islam dengan bantuan tokoh Sarekat Islam.
Selain terjun di dunia politik keahlian lainnya yakni mengajar, Tan Malaka juga aktif menuliskan pemikirannya.
Setelah Semaun meninggalkan Hindia Belanda pada bulan Oktober 1921, Tan Malaka menjadi ketua PKI pada bulan Desember 1921. Gaya kepemimpinan Tan Malaka lebih radikal dibandingkan Semaun.
Selama 30 tahun, ia juga terus menentang kolonialisme tanpa henti, mulai dari Pandan Gadang (Suliki), Bukittinggi, Batavia, Semarang, Yogya, Bandung, Kediri, Surabaya.
Hingga juga Amsterdam, Berlin, Moskwa, Amoy, Shanghai, Kanton, Manila, Saigon, Bangkok, Hong Kong, Singapura, Rangon, dan Penang.
Setelah Indonesia merdeka, Tan Malaka terus jadi sosok yang menentang diplomasi Belanda yang merugikan posisi Indonesia. Ia pun dikejar-kejar hingga ditembak pada 1949 dan lenyap di kaki Gunung Wilis, Kendiri.
Baca Juga: Sah Jadi Negara Republik, Barbados Angkat Rihanna Sebagai Pahlawan Nasional
Ia disebut meninggal dunia tanpa nisan, dan kuburan yang layak. Kemudian, pada 28 Maret 1963, Presiden Soekarno mengangkat Tan Malaka sebagai pahlawan nasional, tetapi namanya jarang terdengar dalam sejarah.
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone.Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Jurnal Petra Christian University