Ilustrasi letusan gunu berapi. (Freepik/veckstock)
INDOZONE.ID - Dua abad plus 9 tahun telah berlalu semenjak letusan pertama gunu Tambora di Sumbawa, Indonesia. Efeknya pun tak tanggung-tanggung karena berdampak ke seluruh dunia.
Letusan pertama gunung Tambora dimulai 10 April 1815 silam. Letusan tersebut disebut-sebut terbesar dalam sejarah.
Letusan tersebut diikuti dengan letusan lain yang berlangsung sama enam bulan hingga tahun. Mengutip situs Earth Observatory dari NASA, letusannya menurunkan suhu global kegagal panen, hingga disebut tahun tanpa musim panas.
Berikut data-data yang Indozone rangkum dari berbagai sumber.
Kaldera gunung Tambora di Indonesia. (Wikipedia)
Sebelum tahun 1815, Gunung Tambora mengalami masa ketidakaktifan selama beberapa abad dan dianggap sebagai gunung berapi "tidur", seperti yang ditulis dalam Journal of Volcanology and Geothermal Research. Hal ini disebabkan oleh pendinginan magma hidrat di dalam dapur magma yang tertutup.
Baca Juga: Tragedi Tambora, Letusan Gunung Berapi Terparah dalam Sejarah Tewaskan 71.000 Jiwa
Tiga tahun sebelum peritiwa terjadi, gunung Tambora mulai menunjukkan aktivitas dengan gemuruh di kalderanya dan munculnya awan hitam. Letusan kecil pertama terjadi pada tanggal 5 April 1815, diikuti dengan suara guruh yang terdengar hingga ke daerah jauh seperti Makassar di Sulawesi, Batavia (sekarang Jakarta) di Pulau Jawa, hingga Ternate di Maluku (1.400 km dari Tambora).
Ilustrasi hancurnya desa karena letusan gunung. (Freepik)
Pada pagi tanggal 6 April 1815, abu vulkanik mulai turun di Jawa Timur, disertai dengan suara guruh yang terus terdengar hingga tanggal 10 April 1815. Pada pukul 7:00 malam tanggal 10 April, letusan semakin kuat dengan tiga lajur api yang memuncak dan bergabung, mengubah seluruh gunung menjadi aliran lava yang besar.
Pada pukul 8:00 malam, batuan apung dengan diameter 20 cm mulai turun, diikuti oleh hujan abu pada pukul 9:00-10:00 malam. Aliran piroklastik panas juga mengalir menuju laut di sepanjang sisi semenanjung, menghancurkan desa Tambora.
Ledakan besar terus terdengar hingga sore tanggal 11 April. Abu menyebarkan hingga ke Jawa Barat dan Sulawesi Selatan. Di Batavia, tercium bau "nitrat", sementara hujan deras bercampur dengan abu tefrit turun, akhirnya mereda antara tanggal 11 dan 17 April 1815.
Baca Juga: 9 Kisah dan Peristiwa Besar yang Terjadi di Bulan Ramadhan, Apa Saja Ya?
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Berbagai Sumber