Reynhard menggigit korban dan sang korban berusaha untuk membela dirinya. Untungnya, sang korban berhasil kabur, lalu menghubungi pihak kepolisian.
Awalnya sang korban sempat ditahan oleh kepolisian akibat pukulan terhadap Reynhard cukup kencang. Kepolisian pun mengambil iPhone yang dikantongi oleh sang korban. Ternyata, hp tersebut milik Reynhard.
Di dalamnya, terdapat begitu banyak rekaman penyerangan seksual. Di dalam apartemennya pun, ditemukan hp kedua dan laptop yang berisi lebih banyak video.
Pihak kepolisian terpaksa harus mengidentifikasi lebih dari 190 korban yang tidak sadar dalam berbagai rekaman. Akan tetapi, sejauh ini, mereka baru melacak lebih dari setengah jumlah korban.
Dari Januari 2015 hingga Juni 2017, polisi mengidentifikasi 159 pelanggaran seksual terhadap 48 pria.
Ia divonis bersalah atas 136 tuduhan pemerkosaan, 14 penyerangan seksual, delapan tuduhan percobaan pemerkosaan, dan satu tuduhan penyerangan melalui penetrasi.
Mirisnya, para korban yang tadinya tidak mengetahui kejahatan tersebut, diverifikasi kembali oleh pihak kepolisian dari 2017 hingga dua tahun ke belakang.
Saat proses sidang, Hakim Suzanne Goddard mengklaim Reynhard sebagai pemerkosa berantai yang menargetkan laki-laki muda dan dia sama sekali tidak menunjukan rasa bersalah atas perbuatannya.
Pembelaan Reynhard sendiri menekankan, bahwa korban telah menyetujui untuk berhubungan intim.
Dia juga menambahkan, bahwa para korban tidak pingsan, tetapi hanya berpura-pura mati untuk mendapatkan fantasi mereka sendiri.
Klaim tersebut ditolak oleh hakim sehingga Reynhard pun dijatuhi hukuman penjara seumur hidup dengan masa kurungan minimal 30 tahun.
Itu menjadikan Reynhard sebagai pelaku kejahatan seksual paling produktif sepanjang sejarah hukum Inggris.
Penulis: Gadis Kinamulan Esthiningtyas
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Independent.co.uk