Karena seruan itu, James pun dilepaskan dan dikembalikan ke sel tahanannya.
James menjadi satu-satunya terduga pelaku yang diadili. Atas tindakannya itu, ia mendapat vonis kurungan penjara selama 4 tahun.
Setelah bebas, James memutuskan untuk pindah ke Detroit, Michigan dan memulai kehidupan baru.
Ia melanjutkan pendidikannya dengan berkuliah di Wayne State University dan bekerja di Stroh Brewery Company.
Baca Juga: Little Boy dan Fat Man, Bom Atom yang Hancurkan Jepang hingga Akhiri Perang Dunia II
Sejak tahun 1942, James menjadi aktivis pembela hak warga kulit hitam di AS.
Puncaknya di tahun 1988, James mendirikan sebuah museum khusus untuk mengenang berbagai kasus pembunuhan warga kulit hitam AS bernama America's Black Holocaust Museum, yang berlokasi di Milwaukee, Wisconsin.
Katherine Bailey selaku perwakilan dari badan pembela hak warga kulit hitam AS, National Association for the Advancement of Colored People (NAACP), melayangkan tuntutan kepada siapapun yang diduga sebagai provokator di balik aksi penggerudukan di penjara.
Dalam upayanya ini, Katherine dibantu oleh Jaksa Agung James M. Ogden untuk memperjuangkan keadilan bagi Thomas, Abram dan James.
Dari hasil penyelidikannya Katherine dan Jaksa Agung Ogden, ada 4 orang warga yang diduga sebagai provokator dari aksi penggerudukan di penjara.
Namun sayangnya, keempat terduga pelaku tersebut dibebaskan karena tidak ditemukannya bukti terkait aksi penggerudukan tersebut.
Di AS pada saat kejadian, organisasi superior warga kulit putih yang dikenal sebagai Ku Klux Klan diduga sedang dalam masa aktifnya.
Beberapa kali mereka terlibat dalam berbagai kasus kriminal yang korbannya adalah warga kulit hitam. Namun sampai detik ini, sang provokator tidak pernah terungkap identitasnya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: The Guardian, Research Gate