Saat si sulung dibertitahu oleh temannya, Ia segera bertanya kepada Ayahnya. Jawaban Ayahnya itu hanyalah tumpukan sampah yang baru saja Ia bereskan beberapa jam sebelumnya, maksudnya adalah untuk memberikan "kenyamanan" kepada si sulung dan teman-temannya yang akan menginap di malam Natal.
Sebagai bentuk "dedikasinya", kuku tangan sang Ayah sampai terlihat rusak usai beres-beres rumah. Para anak laki-laki pun langsung kembali ke kamar, meninggalkan sang Ayah yang terlihat misterius di dapur. Kecurigaan mereka tidak hanya sampai situ, ternyata mereka juga mendapati sang Ayah mengikuti mereka sampai ke kamar.
Saat ditemui, terlihat dengan jelas ekspresi gugup dan paranoid di wajah sang Ayah, namun saat ditanya, sang Ayah malah menolak untuk membeberkan alasannya. Karena merasa takut dengan semua yang mereka alami, teman-teman si sulung membatalkan acara menginapnya dan memutuskan untuk pulang.
Baca Juga: 3 Kisah Nyata Kasus Psikopat Sadis yang Meneror Rumah dan Membunuh Korban dengan Kejam
Beberapa tahun pun berlalu, si sulung selalu menyempatkan waktu untuk pulang ke rumah setiap tahunnya. Akan tetapi, Ia masih belum menemukan Ibunya.
Dalam penyelidikannya, banyak sekali bagian dalam rumah yang terlihat baru saja dibongkar. Hanya ada dirinya dan sang Ayah saja yang ada di rumah, membuat rasa curiga dalam benaknya semakin menjadi-jadi terhadap sang Ayah. Belum lagi karena ekspresi mencurigakan sang Ayah yang kerap ditemuinya setiap kali Ia pulang. Dan semenjak itu, si sulung mulai beranggapan kalau Ayahnya telah menghabisi nyawa Ibunya.
Barulah di tahun 1966, si sulung melaporkan Ayahnya ke Polisi. Dalam laporannya Ia menceritakan semua hasil penyelidikannya, termasuk tindakan Ayahnya yang sering memakai tungku tua di rumahnya. Sangat aneh melihat seorang pria tua menggunakan sebuah tungku tua secara tiba-tiba sejak Ibunya menghilang di malam Natal tahun 1960 silam.
Setahun berikutnya pada 1967, si sulung menulis sebuah artikel di majalah Elama berjudul "Where do they disappear/I suspect my father is a murderer". Terdapat satu hal mencurigakan yang terjadi usai si sulung membuat artikel di majalah. Saat bertemu dengan Ayahnya, Ia mendengar Ayahnya berkata, "Urus saja urusanmu sendiri".
Lanjut ke tahun 1972, kepolisian Finlandia baru menghubungi si sulung untuk menindaklanjuti laporan si sulung karena mereka baru membaca artikelnya si sulung. Masuk ke tanggal 27 November 1972, Komisioner Polisi bernama Gunnar Kivela datang ke rumah si sulung dan langsung menangkap Frans Saarinen atas tuduhan pembunuhan terhadap istrinya, Hikka Saarinen.
Setelah Polisi membawa Frans, proses investigasi pun dilakukan di rumahnya. Fokus Polisi tertuju pada tungku tua yang sering disebut si sulung dalam artikelnya. Dan saat tungku tersebut dibongkar, terdapat pasir di dalamnya.
Baca Juga: Kasus Perampokan Terbesar Sepanjang Sejarah Inggris dengan Fakta Gokil dan Plot Twist
Temuan tersebut membuat kecurigaan Polisi semakin menjadi-jadi, mereka membongkar seluruh rumah dan menemukan jasad yang sudah berupa mumi di bawah lantai tepat dimana tungku tua itu diletakkan. Mumi tersebut sudah dalam kondisi terpisah antara kepala, tangan, kaki dan tubuhnya. Saat diberitahu oleh Polisi, si sulung langsung menyatakan kalau jasad tersebut adalah jasad Ibunya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Truecrimedetective.co.uk, Wikipedia Oven Homicide, Ghost Unfair