Tujuh korban yang tewas dalam tragedi itu teridentifikasi sebagai Adam Heyer (akuntan mafia), Albert Kachellek (petinggi kedua), Albert Weinshank (pemilik klub malam), Peter dan Frank Gusenberg (petugas penegak hukum), John May (mekanik) serta Reinhardt Schwimmer (dokter mata).
Teori awal menyatakan bahwa ketujuh korban tersebut berkumpul di garasi untuk membagi kiriman wiski hasil jarahan. Namun ada juga yang mengatakan bahwa mereka akan melakukan perjalan ke Detroit untuk mengambil lebih banyak wiski.
Yang menjadi kelemahan dari teori ini adalah tak mungkin seseorang yang mengenakan setelan jas mahal akan melakukan pekerjaan kasar seperti mengangkut minuman keras. Spekulasi baru pun muncul, dimana mungkin saja ketujuh orang ini dipanggil ke pertemuan bisnis yang tak jelas sungguhan atau perangkap.
Sampai saat ini, tak ada yang dapat memastikan mengapa ketujuh korban tersebut berkumpul di garasi itu.
Kepatuhan korban untuk berbaris menghadap dinding diasumsikan karena mereka berpikir ‘polisi korup’ yang mendatangi mereka hanya berpura-pura. Uang ribuan dolar masih tersimpan rapi di saku para korban, jadi jelas motifnya bukan perampokan.
Capone punya alibi yang kuat. Pada hari kejadian, dia sedang diinterogasi soal kasus pembunuhan lain di gedung pengadilan Dade County, Florida. Tentu saja, Capone bisa saja memerintahkan serangan itu dari Florida. Dia punya motif: perebutan kendali atas wilayah Chicago. Polisi memang menangkap beberapa anak buah Capone, namun langsung dibebaskan karena kurangnya bukti.
Ada juga teori yang mengatakan bahwa Capone ingin melenyapkan Moran. Karena suruhan Capone tidak tahu rupa Moran, para pelaku menembaki semua orang di garasi tersebut untuk memastikan keberhasilan misinya. Meski masuk akal, teori ini dibantah dipatahkan dengan dalih jika Capone ingin Moran mati, dia akan menempatkan seorang pembunuh bayaran di luar rumah musuh bebuyutannya.
Di akhir tahun 1929, seorang rekan Capone, Fred Burke ditangkap akibat menembak mati seorang petugas polisi di Michigan. Dalam penggeledahan di rumahnya ditemukan dua senapan yang cocok dengan peluru yang digunakan dalam tragedi hari Valentine. Meski demikian, Burke tak pernah ditanyai soal keterlibatannya dalam pembantaian tersebut dan hanya dijatuhi hukuman atas kejahatan membunuh polisi.
Satu dekade lebih, pada bulan Januari 1935, seorang anggota geng lain, Bryon Bolton mengaku ikut serta dalam pembantaian tersebut. Dalam sesi interogasi dengan FBI, Bolton mengklaim dia membeli Cadillac dan hadir di resor Wisconsin tempat Capone merencanakan serangan tersebut.
Dia juga menyebutkan lima orang penyerang lainnya, termasuk Burke dan anak buah St. Louis, yang semuanya tewas, hilang atau dipenjara karena kejahatan lain. Lagi-lagi, klaim ini tak pernah diselidiki lebih lanjut dan FBI pun tampaknya tidak pernah membagikan informasi tersebut kepada polisi Chicago.
Teori lain percaya bahwa pembantaian tersebut merupakan aksi balas dendam William White atas penembakan yang dialami oleh sepupunya. Hal ini diketahui dari sebuah surat tahun 1935 yang menyebutkan bahwa Frank Farrell (seorang pegawai jalan raya negara bagian) mendesak Direktur FBI saat itu, J. Edgar Hoover untuk menyelidiki kasus penembakan yang dialami William Davern Jr., putra seorang sersan polisi Chicago pada tahun 1928.
Farrell mengklaim bahwa Davern memberi tahu seorang sepupunya yang merupakan kriminal, William White, bahwa anggota Moran telah menembaknya. Mengetahui hal tersebut, White kemudian merencanakan pembantaian tersebut sebagai aksi balas dendam. White memancing para korban ke garasi dengan dalih menangkap perampokan pabrik.
Teori ini dinilai masuk akal karena mampu menjelaskan banyak hal, termasuk mengapa para korban berada di garasi dan mengapa polisi Chicago terlihat berpartisipasi dalam tragedi tersebut (membalas dendam atas kerugian yang dialami salah satu rekan mereka).
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Z Creators