Prosesi grebek besar di Demak.
INDOZONE.ID - Tradisi Grebeg Besar, yang digelar pada Hari Raya Idul Adha, dimulai pada masa Kesultanan Demak, yang didirikan oleh Raden Fatah.
Acara ini pertama kali dilaksanakan pada tahun 1506 M sebagai bentuk syukur kepada Allah atas karunia yang diberikan, serta sebagai sarana dakwah untuk menyebarkan Islam.
Pada awalnya, Grebeg diadakan sebagai upacara pengorbanan, di mana seekor kerbau jantan disembelih untuk para leluhur.
Namun, seiring berjalannya waktu, makna dan tujuan Grebeg Besar mengalami perubahan.
Dari yang awalnya merupakan upacara pengorbanan, tradisi ini bertransformasi menjadi ajang untuk merayakan Hari Raya Idul Adha dan menghormati perjuangan Wali Songo.
Baca Juga: Grebeg Onje Mrebet, Purbalingga: Sambut Ramadhan dengan Tradisi Syukur dan Kebersamaan
Tradisi ini melibatkan berbagai ritual, seperti arak-arakan gunungan yang terbuat dari hasil pertanian dan makanan sebagai simbol berkah.
Setiap tahun, Grebeg Besar dilaksanakan pada tanggal 10 Dzulhijjah, bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha.
Pada malam sebelum pelaksanaan Grebeg Besar, diadakan acara Tumpeng Sanga di Masjid Agung Demak, di mana tumpeng sembilan disiapkan sebagai simbol Wali Songo.
Kegiatan ini menjadi bagian penting dari persiapan menjelang perayaan.
Lalu ada penjamasan pusaka bertujuan untuk menyucikan dan merawat pusaka peninggalan Sunan Kalijaga, seperti Kyai Kotang Ontokusumo dan Kyai Carubuk.
Proses ini dianggap sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan warisan budaya.
Baca Juga: Ada Kerajaan Gaib di Ponorogo, Penghuninya Selalu Hadir saat Grebeg Suro
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan