Mengungkap Kebenaran Ritual Sapi Merah, Ternyata Ada Kaitannya dengan Konflik Israel dan Palestina
INDOZONE.ID - Ritual sapi merah ini masuk ke dalam perbincangan yang sedang gencar di mana-mana yaitu berkaitan dengan konflik yang terjadi di Palestina oleh negara Israel.
Mari simak misteri sapi merah yang dipercaya menjadi simbol hewan untuk sebuah ritual yang cukup mengerikan dalam kepercayaan agama Yahudi.
Baca Juga: Kisah-kisah Aneh Jemaah Haji di Mekkah: Salah Satunya Melihat Orang Berkepala Babi
Sapi merah dalam agama Yahudi dianggap sangat penting. Menurut kepercayaan mereka, sapi merah digunakan untuk dikorbankan dalam bentuk ritual keagamaan yang bertujuan untuk mensucikan kembali umat Yahudi. Sapi merah ini bukanlah sapi sembarangan.
Spesifikasinya sangat detail dan ketat yaitu harus betina, seluruh tubuhnya harus merah (kulit, bulu, kuku, dan kelopak mata), tidak boleh cacat, dan tidak pernah digunakan untuk pekerjaan berat atau sebagai tunggangan. Bahkan, jika ada sedikit saja warna lain di tubuh sapi itu, maka sapi tersebut tidak memenuhi syarat.
Baca Juga: Arak-Arakan Lawa Pipi, Tradisi Unik Idul Adha di Maluku Tengah
Dalam sejarah Yahudi, sapi merah yang sesuai kriteria sangat sulit ditemukan. Bahkan, dalam catatan hukum Taurat lisan, hanya sembilan ekor sapi merah yang pernah dipakai untuk ritual dari ribuan tahun yang lalu hingga kehancuran Bait Suci kedua pada tahun 70 Masehi.
Menurut kepercayaan Yahudi, mesiah atau Sang Penyelamat akan datang di akhir zaman untuk menyatukan seluruh umat Yahudi dan mendirikan Bait Suci ketiga. Untuk mendirikan Bait Suci ketiga, diperlukan upacara pengorbanan sapi merah sebagai tanda untuk mensucikan umat Yahudi dan menyambut kedatangan Messiah.
Baca Juga: Manten Sapi: Tradisi Unik Menyambut Idul Adha di Pasuruan
Pada tahun 2022, sapi merah yang dianggap sesuai kriteria ditemukan di Texas, Amerika Serikat oleh seorang pengusaha bernama Brian Stinson. Dari 21 anak sapi merah yang ditemukan, hanya lima ekor yang memenuhi kriteria dan kemudian dikirim ke Israel.
Namun, untuk mengatasi larangan ekspor binatang ternak hidup dari Amerika Serikat, lima ekor sapi tersebut didaftarkan sebagai binatang peliharaan. Sapi-sapi tersebut kini dirawat di Israel dengan sangat hati-hati sesuai dengan pedoman agama Yahudi.
Baca Juga: Tradisi Unik Saat Idul Adha di Berbagai Negara, Ada Sapi Bergelantungan di Atap Rumah Lho!
Pendirian Bait Suci ketiga di Yerusalem menjadi sumber ketegangan, terutama karena lokasi yang dipercayai untuk Bait Suci berada di area Masjid Al-Aqsa, tempat suci bagi tiga agama: Yahudi, Kristen, dan Islam.
Menurut undang-undang Yahudi, untuk mendirikan Bait Suci, tidak boleh ada bangunan lain di sekitar area tersebut, yang berarti Masjid Al-Aqsa harus diruntuhkan. Hal ini tentu sangat mengkhawatirkan umat Islam dan menambah ketegangan di wilayah Palestina.
Ritual pengorbanan sapi merah melibatkan penyembelihan sapi di atas altar putih dan percikan darahnya ke arah Bait Suci yang baru. Jasad sapi kemudian dibakar, dan abunya dicampur dengan air dari kolam Siloam untuk mensucikan umat Yahudi.
Setiap ekor sapi merah dapat menghasilkan abu yang cukup untuk mensucikan 660 miliar orang. Namun, tanpa kepastian lokasi tepat Bait Suci ketiga, ada kekhawatiran bahwa ritual ini bisa dilakukan di tempat yang salah, membuat pengorbanannya tidak sah.
Baca Juga: Misteri Kerbau Bule Keramat Saat Malam Satu Suro di Surakarta
Banyak orang Yahudi sendiri menentang pendirian Bait Suci ketiga sebelum Messiah datang, karena dianggap mendahului takdir. Namun, kelompok ekstremis Yahudi yang tidak sabar berpendapat bahwa sapi merah yang telah ditemukan harus segera dikorbankan dan Bait Suci ketiga harus dibangun secepatnya.
Jika ritual ini benar-benar dilakukan, kemungkinan besar akan ada banyak umat Yahudi yang merasa telah suci dan berbondong-bondong memasuki area Al-Aqsa, yang bisa memperburuk situasi konflik di wilayah tersebut.
Mengungkap Kebenaran Ritual Sapi Merah, Ternyata Ada Kaitannya dengan Konflik Israel dan Palestina
Ritual pengorbanan sapi merah dan pendirian Bait Suci ketiga adalah topik yang sangat sensitif dan kompleks, yang melibatkan kepercayaan agama yang mendalam dan potensi dampak geopolitik yang signifikan.
Sapi merah yang ditemukan pada tahun 2022 menandai momen penting dalam sejarah Yahudi dan menimbulkan pertanyaan besar tentang masa depan hubungan antaragama di Yerusalem dan sekitarnya.
Masyarakat internasional dan pemimpin agama perlu bekerja sama untuk memastikan bahwa setiap langkah yang diambil tidak memicu lebih banyak ketegangan dan kekerasan, tetapi mendukung perdamaian dan kerukunan antarumat beragama.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: YouTube @Hirotada Radifan