Seorang pekerja sedang bertugas mengisi BBM di Caracas, Venezuela. (REUTERS)
Venezuela merupakan negara miskin saat ini. Tapi cadangan minyak yang besar menjadikan negara sosialis ini membanderol bahan bakar minyak (BBM) termurah di dunia.
Bahkan lebih murah dari air atau udara sekalipun.
Setidaknya itulah yang dirasakan para pengendara dan pemilik mobil di negara Nicolás Maduro.
“Ini lebih murah daripada air,” kata seorang pengendara, menunjukkan bahwa air minum kemasan jauh lebih mahal daripada bensin beroktan 95 yang mengalir ke Ford Explorer-nya seperti yang dinukil Indozone dari kolom Washington Post.
“Lebih murah dari udara,” kata pengemudi Chevy Tahoe, setelah membayar lebih untuk mengisi ban daripada tangki.
“Termurah di dunia,” kata pemilik SUV ketiga. Bahkan ia mengaku sesumbar bisa mencuci tangan dengan BBM yang mereka beli.
Berdasarkan laporan Global Petrol Prize, kekayaan begitu besar akan cadangan minyak membuat negaranya bisa membanderol BBM dengan nilai oktan RON 95 sebesar Rp330,475 per liter. Termurah di dunia.
Harga BBM termurah diikuti Libya Rp451,098 dan Iran senilai Rp795,149.
Lalu di mana posisi Indonesia. Berdasarkan laporan tersebut, ternyata Indonesia berada di posisi 50, negara yang memberlakukan BBM termurah.
Indonesia yang baru menaikkan harga BBM beroktan RON 90 setara Pertalite per liter dengan harga Rp10.000, Pertamax (RON 92) sebesar Rp14.500 dan solar senilai Rp6.800.
Posisi Indonesia masih kalau jauh dibandingkan dibandingkan Malaysia dan Vietnam di negara-negara Asia Tenggara yang membanderol BBM lebih murah.
Malaysia membanderol harga BBM untuk RON 95 senilai Rp6.796,611 sedangkan Vietnam senilai Rp16.037,566
Venezuela merupakan negara kaya minyak. Negara yang pernah dipimpin Hugo Chaves ini memiliki cadangan minyak terbesar di dunia.
Akses tak terbatas ke BBM yang hampir gratis telah menjadi hak ekslusive warga Venezuela selama bertahun-tahun, dan menaikkan harga dianggap sebagai jalur ketiga politik Venezuela.
Kenaikan harga bisa dirasakan warga Venezuela terjadi usai kerusuhan mematikan yang pecah pada tahun 1989 namun itu pun tidak terlalu tinggi. Bahkan usai Hugo Chávez, yang meninggal pada 2013 setelah 14 tahun berkuasa, pemerintah juga tidak berani mengutik harga BBM di sana.
Tetapi dengan inflasi beberapa tahun lalu yang mencapai 50 persen membuat pemerintah berjuang keras mensubsidi warganya. Cadangan mata uang dengan tergerus, pengganti Chavez, Nicolás Maduro, tampaknya tidak punya pilihan.
Pemerintah menghabiskan lebih dari $ 12 miliar per tahun untuk mensubsidi penjualan bensin domestik, pejabat energi Venezuela mengatakan, dan negaranya akan keluar dari rel.
Peringkat hiperinflasi kemudian kembali meningkat pada 2013 di bawah kepemimpinan Maduro dan memburuk pada tahun-tahun berikutnya dengan inflasi mencapai 1.000.000% pada 2018.
Kenaikan harga yang diproyeksikan kemungkinan akan mendorong BMM mendekati harga 17 sen per galon, dengan nilai tukar tidak resmi.
Survei energi global memberi peringkat cadangan minyak Venezuela hampir 300 miliar barel - bahkan lebih besar dari Arab Saudi. Venezuela adalah produsen terbesar ke-13 di dunia, dan 40 persen diekspor ke Amerika Serikat, meskipun lebih dari satu dekade hubungan kedua negara bersitegang.
Maduro mengatakan bahwa dia menyukai kenaikan harga secara bertahap dan bahwa pengemudi Venezuela berhak mendapatkan akses berkelanjutan ke gas murah karena karunia hidrokarbon negara itu.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: