INDOZONE.ID - Upacara Adang atau disebut juga sebagai Adang Tahun Dal, merupakan tradisi unik yang dilakukan oleh Keraton Surakarta Hadiningrat setiap delapan tahun sekali.
Kata Adang berasal dari "tanak" yaitu memasak nasi. Akan tetapi, upacara ini tidak hanya tentang memasak nasi saja, tetapi juga sebagai sarana untuk menghubungkan manusia dengan alam dan kekuatan spiritual.
Upacara Adang di Kasunanan Surakarta, merupakan ritual yang kaya akan makna simbolis dan mistis.
Prosesi Upacara Adang
1. Penjamasan Dhandhang
Pada tahap awal ini, dilakukan penjamasan atau pembersihan dhandhang pusaka Kyai Dudo yang merupakan peralatan masak tua, berupa tempat menanak nasi milik Dewi Nawangwulan.
Dhandhang ini berusia lebih dari 500 tahun. Perlu diketahui, benda ini sering dikaitkan dengan mitos tentang Dewi Nawangwulan dan Jaka Tarub.
Baca Juga: Misteri Kerbau Bule Keramat Saat Malam Satu Suro di Surakarta
2. Penanakan Nasi
Setelah dibersihkan, dhandhang tersebut digunakan untuk menanak nasi. Air yang digunakan, berasal dari mata air Pengging, Mungup, Cokrotulung, Bonowelang, dan Sumur Jolotundo. Untuk memanaskannya menggunakan api abadi di Makam Kyai Ageng Selo di Grobogan.
3. Perlengkapan Tradisional
Perlengkapan, seperti periuk bernama Nyai Rejeki dan perlengkapan lainnya, dibuat khusus untuk sekali pakai.
Tanah yang digunakan untuk membuat tungku berasal dari makam Imogiri, kayu bakarnya dari Donoloyo Wonogiri, dan airnya bersumber dari air suci, seperti Dlepih Kahyangan.
4. Doa
Selama proses penanakan nasi, abdi dalem akan terus membaca zikir, dan selawat selama satu malam.
5. Pisowanan
Saat nasi sudah matang akan dilakukan pisowanan yang artinya menghadap raja di Kajongan Ndalem Ageng pada keesokan harinya.
Kemudian, raja akan membagikan nasi tersebut kepada kerabat dan abdi dalem.
Penghormatan terhadap Alam
Upacara Adang melambangkan rasa syukur kepada alam. Terdapat proses memasak, dan penyajian makanan di dalam upacara ini.
Proses ini dianggap sebagai bentuk penghormatan kepada sumber daya alam yang telah diberikan. Dalam prosesnya, upacara ini sering diiringi dengan doa dan ritual yang ditujukan kepada leluhur, serta untuk menciptakan hubungan spiritual antara generasi saat ini dengan yang sebelumnya.
Bahan-bahan makanan yang digunakan dalam ritual ini, juga memiliki makna simbolis, yakni kesuburan, dan mencerminkan harapan akan hasil panen melimpah, serta untuk kehidupan sejahtera.
Persatuan Sosial
Ritual ini memiliki tujuan untuk menarik atau mengajak masyarakat untuk berkumpul dan bekerja sama, agar dapat menciptakan ikatan sosial yang kuat.
Dalam budaya Jawa, gotong-royong merupakan nilai penting yang diperkuat melalui upacara ini.
Kegiatan memasak bersama dalam upacara ini, diyakini dapat menciptakan energi positif dan solidaritas di antara masyarakat.
Selain itu, upacara ini juga dipercayai dapat menarik keberuntungan dan mengusir energi negatif.
Keterhubungan dengan Alam
Upacara Adang dianggap sebagai momen untuk berdoa, dan memohon berkah dari leluhur hingga kekuatan spiritual.
Upacara ini mencerminkan hubungan harmonis antara manusia dan alam, tempat keberadaan bahan makanan yang dianggap anugerah dari Tuhan, leluhur mereka, dan alam itu sendiri. Hal ini menciptakan hubungan antara dunia nyata dan spiritual.
Dengan demikian, Upacara Adang tidak hanya sekadar ritual memasak, tetapi juga merupakan menifestasi, kepercayaan spiritual, dan nilai-nilai budaya dalam masyarakat Kasunanan Surakarta.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Skripsi Makna Simbolis Mistis Upacara Adang Di Kasunanan Sur