Ilustrasi kapal laut berlayar dengan peta arah bintang.
INDOZONE.ID - Di abad 19, saat kapal-kapal Eropa bergantung pada kompas canggih, pelaut Bugis dari Makassar punya cara sendiri dalam menentukan arah.
Mereka memandang bintang, membaca laut, untuk berlayar hingga ke ujung dunia.
Dengan peta tulisan tangan beraksara lontara, mereka tak hanya menjelajahi Nusanttara, tapi juga mencapai Pantai Australia tanpa menggunakan teknologi canggih.
Apa rahasia di balik peta laut Bugis yang membuat mereka begitu legendaris?
Peta laut Bugis-Makassar bukan sekedar coretan di kertas. Gulungan ini mencatat petunjuk alam, seperti arah angin musiman, pola arus laut, bahkan posisi bintang yang menjadi Kompas alami.
Ditulis dalam aksara Lontara, peta ini memandu kapal pinisi melintsi lautan, dari maluku hingga Austarlia Utara.
Baca Juga: Kapal Uap Abad ke-19 di Nusantara: Jembatan Laut Penghubung Pulau dan Kolonialisme
Di sana, mereka melakukan jual beli dengan suku Aborigin, yang membuktikan kehebatan navigasi yang tak tertandingi.
Hebatnya lagi, peta ini tak butuh alat canggih ala Eropa, karena pegetahuan dari leluhur bisa membawa mereka pulang dengan selamat.
Legenda peta ini tak lepas dari kisah kelam. Konon, seorang nakhoda Bugis menyembunyikan peta Lontaranya di lambung kapal saat Belanda mengintai.
Mereka tak ingin rahasia bintang itu jatuh ke tangan kolonial, yang mengincar monopoli laut.
Banyak peta dirampas, beberapa hilang dalam badai, atau sengaja dibakar untuk menjaga rahasia.
Hingga kini, para tetua di Sulawesi berbisik:ada peta yang masih tersimpan, menanti untuk ditemukan kembali.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Jurnal Ilmu Budaya