Ilustrasi kuil Shinto dan Buddha di Jepang. (Freepik)
INDOZONE.ID - Jepang adalah negara yang kaya akan tradisi dan kepercayaan. Salah satu aspek yang paling menarik untuk diteliti adalah pengaruh agama-agama besar seperti Shinto dan Buddha dalam membentuk kehidupan sosial masyarakat Jepang.
Kedua agama ini tidak hanya hadir sebagai sistem keyakinan, tetapi juga membentuk pola pikir, etika, serta cara berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang.
Shinto adalah agama asli Jepang yang tidak memiliki pendiri atau kitab suci tertentu, melainkan lebih mengedepankan praktik-praktik ritual yang berfokus pada penghormatan terhadap kami (dewa atau roh) dan alam. Agama ini lebih bersifat animistik, percaya bahwa segala sesuatu di alam semesta, baik itu pohon, batu, gunung, atau bahkan objek sehari-hari, memiliki roh yang harus dihormati.
Baca Juga: Agama Shinto, Agama Asli Jepang yang Berkembang pada Periode Meiji
Shinto memiliki peran yang sangat besar dalam kehidupan sosial masyarakat Jepang, terutama dalam konteks kehidupan sehari-hari, perayaan, dan ritual. Masyarakat Jepang, festival-festival Shinto, seperti Matsuri, sering diadakan untuk merayakan hubungan manusia dengan alam dan kami.
Matsuri menjadi momen penting untuk mempererat hubungan sosial dalam komunitas, baik antara individu maupun antara individu dan alam.
Ilustrasi kuil Shinto dan Buddha di Jepang. (Freepik)
Shinto juga memengaruhi struktur sosial di Jepang. Sebagai contoh, banyak kuil Shinto yang terletak di dekat tempat tinggal atau area publik, menciptakan hubungan spiritual yang dekat antara masyarakat dan tempat ibadah. Praktik-praktik seperti doa harian, perjalanan ke kuil untuk meminta berkah, dan ritual-ritual kehidupan seperti pernikahan juga sangat dipengaruhi oleh ajaran Shinto.
Buddhisme diperkenalkan ke Jepang dari Cina dan Korea pada abad ke-6 Masehi, dan sejak saat itu agama ini telah memberikan pengaruh yang mendalam pada kehidupan sosial masyarakat Jepang. Salah satu pengaruh utama Buddhisme adalah konsep penderitaan (dukkha) dan jalan untuk mencapai pencerahan atau Nirvana.
Dalam konteks kehidupan sosial, ajaran Buddhisme menekankan pentingnya pengendalian diri, kesabaran, dan kebajikan.
Buddhisme membawa sistem moral yang mendalam dan mendukung pembentukan nilai-nilai etika dalam masyarakat Jepang, seperti rasa hormat terhadap orang tua, ketaatan kepada guru, dan perhatian terhadap kehidupan yang penuh kasih sayang. Salah satu praktik utama yang memperkenalkan ajaran Buddhisme kepada masyarakat adalah Zazen (meditasi duduk), yang menekankan pentingnya refleksi diri dalam mencari kedamaian batin.
Baca Juga: 6 Fakta Menarik Ngengat Elang Kolibri: Sang Penerbang Cepat dari Okinawa Jepang
Dalam kehidupan sosial, Buddhisme juga memiliki pengaruh yang kuat dalam upacara kematian dan penghormatan terhadap leluhur. Di Jepang, banyak keluarga yang menganut ajaran Buddhisme dalam mengatur ritual kematian dan pemakaman. Upacara obon, yang bertujuan untuk menghormati roh nenek moyang, adalah contoh jelas dari pengaruh Buddhisme terhadap kehidupan sosial dan budaya Jepang.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Wikipedia