INDOZONE.ID - Di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah (Jateng) tradisi loloh bayi masih dilakukan hingga sekarang meski tinggal sebagian masyarakat yang menjalaninya.
Loloh bayi atau dikenal juga sebagai jamu cekok, merupakan ramuan tradisional dari bahan alami. Cara melakukan loloh bayi, yakni dengan mengucurkan perasan ramuan jamu ke dalam mulut anak- anak atau balita.
Hal ini dilakukan karena hampir semua balita tidak menyukai rasa jamu. Pada zaman dulu, biasanya tangan, kaki, dan kepala balita dipegangi, lalu mulutnya dibuka dengan paksa.
Jamu cekok yang telah dibungkus dalam kain penyaring, kira-kira sebesar bola pingpong, diperas supaya airnya masuk ke mulut bayi. Akibat paksaan tersebut, umumnya balita yang dicekoki akan menangis keras.
Bahan yang biasanya digunakan untuk loloh, berupa umbi-umbian segar yang dikupas, dicuci, kemudian ditumbuk sampai halus. Bahan utama jamu loloh adalah empon-empon yang terdiri dari Curcuma xanthorriza Robx (temulawak), Zingiber americans L. (lempuyang emprit), Tinospora tuberculata Beume (brotowali), Curcuma aeruginaosa Robx (temu ireng), serta Carica papaya L. (papaya).
Baca Juga: Kisah Nyata Amelia Dyer, Pembunuh Bayi Terkejam dalam Sejarah
Jamu loloh dipercaya memiliki khasiat sebagai perangsang nafsu makan anak, sekaligus sebagai ramuan yang dapat membunuh cacing pengganggu pertumbuhan dalam tubuh anak. Jamu ini juga memiliki peran penting dalam metabolisme dan sistem imunitas tubuh.
Seperti dijelaskan sebelumnya, tujuan utama pemberian jamu loloh kepada anak biasanya untuk meningkatkan nafsu makan, dan menyembuhkan mencret, perut kembung, cacingan, serta batuk hingga pilek.
Orang tua sering menggunakan berbagai strategi, termasuk menggunakan tekanan atau paksaan saat memberikan jamu loloh.
Paksaan dan teknik pemberian jamu dengan cara dicekok, dapat membahayakan interaksi orang tua-anak dan menimbulkan trauma. Selain itu, juga harus diperhatikan higienitas dari jamu tersebut.
Saat ini, loloh bayi di Banjarnegara dilakukan setelah bayi berusia 1 tahun. Lalu, pelaksanannya pun tidak dengan dipaksa, tetapi diberikan campuran madu sehingga bayi menyukainya. Jamu diberikan dengan menggunakan sendok atau gelas jika anak sudah besar.
Loloh bayi saat Idulfitri merupakan tradisi turun-temurun. Pada zaman dahulu, ibu-ibu yang persalinannya dibantu oleh dukun bayi, akan memberikan zakat fitrahnya langsung ke dukun bayi tersebut.
Secara kesehatan, bidan desa tidak setuju dengan kegiatan loloh bayi karena tidak bisa menjamin higienitas dan dosisnya tidak terukur, sehingga menghimbau untuk para ibu untuk lebih memperhatikan hal tersebut.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Makara Journal Of Health Research