Kategori Berita
Media Network
Kamis, 07 NOVEMBER 2024 • 19:40 WIB

Memahami Makna Pingitan Pengantin Jawa, yang Jadi Ritual Cinta dalam Diam

Pengaruh Kepercayaan dan Spiritualitas dalam Tradisi Pingitan

Pada zaman dahulu, tradisi pingitan seringkali berlangsung selama sebulan penuh. Selama waktu tersebut, calon pengantin perempuan harus menjaga diri dan menghindari interaksi dengan calon pengantin laki-laki.

Salah satu tujuan utamanya adalah untuk menjaga agar calon pengantin tetap dalam kondisi fisik dan mental yang prima saat hari pernikahan tiba, serta menjaga agar calon pengantin perempuan tetap segar dan cantik di hari pernikahan.

Di samping itu, pengawasan keluarga dan kerabat dekat juga diperlukan untuk memastikan bahwa calon pengantin mengikuti aturan adat dengan penuh rasa hormat.

Selain itu, tradisi ini juga dipandang sebagai bentuk doa bersama untuk meminta restu dari Tuhan agar pernikahan tersebut diberkahi dan dilancarkan.

Kegiatan seperti berdoa, berpuasa, atau meditasi selama masa pingitan, dipercaya dapat memperkuat spiritualitas yang mempersiapkan calon pengantin untuk menghadapi pernikahan dengan penuh kesadaran dan kebijaksanaan.

Perkembangan Tradisi Pingitan dalam Era Modern

Seiring perkembangan zaman, tradisi pingitan mulai mengalami perubahan, terutama dalam durasi pelaksanaannya.

Di masa lalu, pingitan dapat berlangsung hingga satu bulan. Namun, dengan adanya penyesuaian budaya dan perubahan gaya hidup, saat ini durasi pingitan cenderung lebih singkat, berkisar antara satu minggu hingga tiga hari sebelum akad nikah.

Meskipun demikian, banyak keluarga yang tetap mempertahankan tradisi ini sebagai bentuk penghormatan terhadap budaya dan nilai-nilai spiritual yang terkandung di dalamnya.

Baca Juga: Gunung Pegat Ponorogo: Keangkeran dan Mitos Pengantin yang Selalu Cerai Jika Melintas

Namun, tidak semua kalangan masyarakat masih mempertahankan tradisi pingitan. Beberapa pasangan muda merasa bahwa tradisi ini sudah tidak relevan dengan kehidupan modern yang serba cepat dan praktis.

Meski begitu, masih ada sebagian besar masyarakat Jawa yang melestarikan pingitan sebagai bagian integral dari prosesi pernikahan adat, sebagai simbol kesucian dan persiapan batin untuk memasuki kehidupan pernikahan.

Pingitan adalah tradisi yang mengandung filosofi mendalam tentang kesabaran, pengorbanan, dan spiritualitas dalam pernikahan Jawa.

Walaupun mengalami penyesuaian seiring dengan perkembangan zaman, nilai-nilai yang terkandung dalam pingitan tetap relevan sebagai bagian dari persiapan mental dan fisik untuk memulai hidup baru.

Tradisi ini tidak hanya sekadar ritual adat, tetapi juga sebuah perjalanan jiwa yang mengajarkan pentingnya kesetiaan, pengorbanan, dan kedekatan dengan Tuhan dalam menjalani pernikahan yang langgeng.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Jurnal Ilmu Hukum Dan Tata Negara

BERITA TERKAIT
BERITA TERBARU

Memahami Makna Pingitan Pengantin Jawa, yang Jadi Ritual Cinta dalam Diam

Link berhasil disalin!