Dengan memberikan bahan pangan kepada warga kurang mampu, tradisi ini memastikan bahwa semua orang bisa merayakan Idul Adha dengan layak, tanpa kekurangan bahan makanan untuk mengolah daging kurban yang diterima.
Sayangnya, tradisi yang telah berlangsung selama ratusan tahun ini mengalami tantangan dalam beberapa tahun terakhir.
Haji Abdul Rauf, seorang tokoh masyarakat setempat, mengungkapkan bahwa kurangnya minat generasi muda untuk melanjutkan tradisi ini menjadi salah satu penyebab utama.
Selain itu, wabah penyakit mulut dan kuku yang menyerang sapi-sapi pada tahun 2022 juga membuat pelaksanaan tradisi ini sangat berisiko dan terpaksa dihentikan untuk sementara waktu.
Baca Juga: Rumor Presiden Soekarno Masih Hidup, Benarkah? Ini Fakta-Faktanya!
Meski menghadapi berbagai tantangan, harapan untuk melanjutkan tradisi Manten Sapi tetap ada.
Masyarakat setempat berharap bahwa generasi muda akan kembali tertarik untuk melestarikan tradisi ini, dan wabah penyakit pada hewan dapat segera diatasi sehingga tradisi ini bisa kembali dilaksanakan dengan semarak seperti dahulu.
Baca Juga: Misteri Makam Mbah Astra Leksana: Pendiri Desa Karangsambung Kebumen, Konon Dilindungi Pohon Keramat
Manten Sapi: Tradisi Unik Menyambut Idul Adha di Pasuruan
Tradisi Manten Sapi di Desa Wates Tani bukan hanya sebuah perayaan, tetapi juga cerminan dari nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh masyarakat setempat.
Menghormati hewan kurban, berbagi dengan sesama, dan menjaga kebersamaan adalah esensi dari tradisi ini.
Semoga tradisi ini bisa terus dilestarikan dan menjadi inspirasi bagi daerah lain dalam memperingati Hari Raya Idul Adha dengan cara yang unik dan bermakna.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: YouTube @Vicky Vick