Kategori Berita
Media Network
Jumat, 24 MEI 2024 • 13:47 WIB

Mempertahankan Tradisi atau Menyelamatkan 'Raksasa Laut' di Lamalera

Lamalera, sebuah desa di Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), dikenal karena tradisi perburuan paus.

INDOZONE.ID - Lamalera, sebuah desa di Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), dikenal karena tradisi perburuan paus dan pari manta yang telah menjadi bagian dari warisan turun-temurun mereka.

Lokasi Lamalera yang strategis, berada di jalur migrasi mamalia laut, telah mendorong aktivitas perburuan paus dan pari di daerah tersebut. Salah satu tradisi yang terkenal di Lamalera adalah Leva Nuang atau Lewa, praktik penangkapan ikan paus yang sudah berlangsung sejak abad ke-16 Masehi.

Masyarakat setempat memandang tradisi ini sebagai bagian dari kehidupan spiritual dan ekonomi mereka. Tradisi Lewa dan masyarakat Lembata saling terkait dan mendukung satu sama lain, dengan sejarah yang panjang dan keterikatan emosional yang kuat pada masyarakat Lamalera.

Tradisi Lewa diyakini telah menjadi bagian integral dari identitas dan ciri khas masyarakat Lembata. Peran masyarakat dalam menjaga tradisi Lewa sejak lama menunjukkan betapa pentingnya tradisi ini bagi masyarakat setempat.

Baca Juga: Misteri Ular Raksasa dan Mitos Jodoh Abadi di Balik Pesona Waduk Malahayu

Paus, Lewa, dan Lembata telah menjadi satu kesatuan elemen yang memberikan dampak positif bagi masyarakat, tidak hanya dari segi pemenuhan kebutuhan pangan, tetapi juga nilai ekonomi.

Pasar barter di Lembata yang terjadi selama musim perburuan Lewa menunjukkan betapa pentingnya sistem ini dalam pertukaran komoditas di antara masyarakat pesisir dan gunung.

Lamalera, sebuah desa di Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), dikenal karena tradisi perburuan paus.

Sistem barter ini tidak hanya memberikan keuntungan ekonomis, tetapi juga memperkuat ikatan sosial antara berbagai kelompok masyarakat di Lembata.

Selain itu, perburuan paus atau pari yang dilakukan selama musim Lewa memperkuat kerja sama antar masyarakat dan membangun rasa kerukunan dalam masyarakat, mencerminkan keragaman dan kekayaan budaya Indonesia.

Baca Juga: 3 Kisah Nyata Kasus Psikopat Sadis yang Meneror Rumah dan Membunuh Korban dengan Kejam

Namun, tradisi ini memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat, namun terdapat kontradiksi dalam pelestariannya karena bertentangan dengan upaya konservasi mamalia laut secara global.

Meskipun banyak negara telah melarang penangkapan paus karena pertimbangan lingkungan, di Lamalera, praktik ini tetap dilakukan karena menjadi bagian sebuah budaya yang turun-temurun.

Di masyarakat Lamalera sendiri memiliki aturan adat yang ketat terhadap tradisi perburuan paus. Hal itu digunakan untuk menjaga kelestarian ikan paus agar tidak terjadi eksploitasi berlebih.

Beberapa aturan adat yang harus ditaati dalam melakukan tradisi Lewa seperti dilarang menangkap paus biru karena telah dianggap membantu masyarakat Lamalera, dilarang memburu paus yang sedang hamil, dan memprioritaskan paus yang jantan untuk diburu.

Potret ikan paus. (nationalgeographic)

Alat yang digunakan pun masih tradisional hanya menggunakan tombak kayu yang ujungnya diikat dengan besi dan menggunakan perahu dayung yang disebut paledang. Perburuan ikan paus juga tidak dilakukan setiap hari melainkan pada bulan-bulan khusus yang disebut musim lefa antara bulan Mei – Agustus dan musim baleo September – April.

International Whaling Commission (IWC) sebuah organisasi paus dunia masih memperbolehkan perburuan paus di Lamalera karena masih termasuk perburuan tradisional. Meskipun demikian, pengaruh aktivitas perburuan terhadap ekosistem laut tidak dapat diabaikan.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Mcpr.komitmen.org

BERITA TERKAIT
BERITA TERBARU

Mempertahankan Tradisi atau Menyelamatkan 'Raksasa Laut' di Lamalera

Link berhasil disalin!