INDOZONE.ID - Keanekaragaman budaya di Indonesia tercermin dalam beragam tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi. Salah satu contohnya adalah tradisi Ritual Agung Banyu Panguripan di Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah.
Ritual Agung Banyu Panguripan merupakan tradisi yang menjadi upaya masyarakat dalam mengatasi krisis air di lereng Gunung Slamet. Tradisi ini bukan hanya sekadar bentuk doa bersama, tetapi juga mengandung makna-makna khusus yang menjadi simbol perjuangan untuk menjaga ketersediaan air bagi kehidupan sehari-hari.
Baca Juga: Fakta Unik Upacara Odalan yang akan Dijalani Penyanyi Mahalini
Ritual Agung Banyu Panguripan memiliki sejarah yang kaya dan menjadi bagian penting dari budaya masyarakat lereng Gunung Slamet. Ritual ini melibatkan pengambilan air dari tujuh sumber mata air di Gunung Slamet yang kemudian disatukan dalam sebuah wadah yang disebut Banyu Panguripan.
Dalam prosesi ini, Banyu Panguripan diarak oleh 12 Putri Banyu Panguripan dan diikuti oleh ribuan warga Kecamatan Pulosari yang mengenakan pakaian tradisional Jawa dan membawa hasil bumi yang dirangkai menjadi gunungan.
Masyarakat di beberapa desa di Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang, sering mengalami kesulitan akibat kekeringan pada musim kemarau. Desa-desa seperti Jurangmangu, Gunungsari, Pangenteran, Penakir, Batusari, Clekatakan, Siremeng, Cikendung, dan Pulosari sangat terpengaruh oleh situasi tersebut.
Ritual Agung Banyu Panguripan, yang telah dilaksanakan secara turun-temurun, dipercayai sebagai sarana ketika mereka menghadapi bencana kekeringan atau kekurangan air setiap tahun.
Ritual ini awalnya dimulai sebagai respon terhadap kekeringan dengan tata cara yang berbeda di berbagai desa, namun atas inisiatif Kecamatan Pulosari, berkembang menjadi Festival Wayang Gunung (FWG), sebuah acara tahunan yang melibatkan seluruh masyarakat Kecamatan Pulosari.
Meskipun tata cara dan rangkaian acara telah dimodifikasi untuk menarik partisipasi masyarakat luar, inti dari acara tersebut tetap merupakan Ritual Agung Banyu Panguripan.
Hingga kini, ritual ini telah menjadi tradisi tahunan bagi masyarakat Lereng Gunung Slamet di Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang, sebagai bentuk kearifan lokal budaya leluhur.
Prosesi pelaksanaan Ritual Agung Banyu Panguripan adalah bagian penting dari budaya masyarakat lereng Gunung Slamet di Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Ritual ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan mereka sejak zaman dahulu dan dilestarikan dengan cermat hingga kini.
Prosesi pelaksanaan ritual ini terbagi menjadi dua tahapan utama, yakni tahapan persiapan dan pelaksanaan.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Jurnal UIN WALISONGO