INDOZONE.ID - Ada tradisi jamasan pusaka yang dilakukan oleh Agung Bakar, pemilik lembaga Bhumi Koripan yang berada di Desa Segaran, Kecamatan Delanggu, Klaten, Jawa Tengah.
Agung menjelaskan, ada sekitar 30 orang pemilik pusaka yang mengikuti kegiatan jamasan ini. Satu peserta ada yang membawa dua pusaka atau lebih.
Jamasan sendiri berarti memandikan, mensucikan, membersihkan, merawat dan memelihara. Sebagai wujud rasa terimakasih dan menghargai peninggalan atas karya seni budaya nan adiluhung para generasi pendahulunya kepada generasi berikutnya.
Pusaka-pusaka yang dijamasi paling banyak keris. Namun ada pula tombak, tongkat komando, cincin, dan lain-lain.
Peralatan untuk menjamasi pusaka tersebut antara lain air yang ditaburi bunga mawar agar wangi, jeruk nipis, kuas lembut, kain, dan lain-lain. Ubo rampe lainnya untuk sesajen ada nasi tumpeng, buah pisang dan buah lainnya, serta bubur warna-warni.
Baca Juga: Mengenal Tradisi Nyangku Panjalu, Benda Pusaka Dicuci saat Maulid Nabi, Apakah Musyrik?
Sebelum jamasan dimulai, panitia dan tamu undangan melepaskan belasan ekor burung, sebagai simbol rasa syukur, masih diberi kesempatan untuk melestarikan budaya leluhur.
Kegiatan diawali dengan menjamasi tombak Kyai Nenggolo milik pemerhati budaya, Yogi Yuwono asal Prambanan, Klaten. Tombak tersebut diguyur air bunga, lalu digosok lembut, dan dikeringkan dengan kain.
Dilanjut satu persatu pusaka lainnya, dijamasi sampai selesai. Kegiatan jamasan ini berlangsung di Situs Gumuk Desa Segaran, dari pagi sampai siang. Selain jamasan, menurut Agung yang sekaligus ketua panitia, juga ada pameran dan bursa keris.
"Keris yang kami pamerkan ada sekitar 30an dari berbagai kota pemiliknya. Dan yang kami jamasi juga ada 30 peserta. Setiap peserta ada yang membawa dua pusaka atau lebih," kata Agung saat ditemui Z Creator Edelweis Ratushima di lokasi jamasan, Minggu (6 Agustus 2023).
Agung melanjutkan, masyarakat umum jangan melihat keris dari sisi mistisnya, namun banyak juga sisi artistik dan filosofisnya.
Baca Juga: Satu Suro, Warga Desa Ini Cuci Ratusan Pusaka dengan Potongan Buah, Ini Alasannya
"Dari kegiatan ini kami ingin mengedukasi generasi muda, agar tidak malu mempunyai keris. Sama halnya merasa percaya diri saat membawa iphone. Keris kami harapkan menjadi gaya hidup anak muda jaman sekarang," tambah Agung.
Dengan memperkenalkan banyak keris buatan jaman sekarang, diharapkan tidak ada penipuan.
"Kami kalau bicara keris muda, ya keris muda, agar tidak ada unsur penipuan," ujar Agung.
Peserta bursa keris yang mengikuti kegiatan ini ada 20 pedagang. Ada yang menawarkan keris lama maupun baru, dengan harga bervariasi.
Salah seorang empu yang hasil karyanya ikut dipamerkan yaitu empu Godho Priyantoko asal Gunung Kidul. Keris yang dipamerkan ber-dapur kebo lajer dengan pamor ombak segoro.
Godho mengatakan, kalau dirinya bergelut di bidang perkerisan ini sejak 7 tahun yang lalu. Dirinya memutuskan menjadi perajin keris atau empu keris sejak 2 tahun terakhir. Sudah ada 50 keris yang sudah berhasil ia buat. Harganya berkisar antara Rp 2 juta sampai Rp 8 juta. Apa ada kendala saat membuat keris?
Baca Juga: Malam 1 Suro, Jasa Cuci Keris Cuan Jutaan Dalam Semalam: Ini Mantra yang Diucapkan!
"Kesulitannya ada pada penyatuan bahan. Semakin banyak lapisannya, semakin sulit," kata Godho.
Bahan kerisnya dari besi dan nikel. Untuk pelestarian keris ini, berbagai pihak ikut peduli. Selain komunitas, pihak perguruan tinggi juga ikut terlibat.
Di Institut Seni Indonesia (ISI) Solo, sejak tahun 2012 membuka program studi (Prodi) Keris.
"Ini satu-satunya Prodi Keris yang ada di Indonesia bahkan dunia mungkin," jelas Kuntadi, dosen ISI saat berada di kegiatan Jamasan Pusaka Nusantara ini.
Kuntadi mengakui, sebagai Prodi baru dan tidak mainstream, peminat mahasiswanya sedikit. Per angkatan hanya 5 orang sampai belasan orang.
"Kami akui, memang peminatnya sedikit. Dulu awal-awalnya per angkatan hanya 5 mahasiswa, pertahun trennya naik, sekarang lumayan ada 16 mahasiswa," ujar Kuntadi.
Baca Juga: Cerita Keris Kala Bendu, Keris yang Dapat Meningkatkan Wibawa Penggunanya!
Sebagai bentuk keseriusan melestarikan seni keris, Agung Bakar melalui lembaga Bhumi Koripan, mulai tahun ini memberikan beasiswa kepada dua orang yang melanjutkan kuliah di Prodi Keris ISI Solo.
"Pemberian beasiswa ini sebagai bentuk keseriusan kami dalam melestarikan Pusaka Nusantara. Semoga ke depan bertambah mahasiswa yang kami berikan beasiswa," kata Agung.
Salah seorang mahasiswa penerima beasiswa, Raymondus Dharma Narendra Atmaja (18 tahun), mengaku senang menerima beasiswa ini. Ia mengaku sejak kecil sudah mengenal keris dari Ayahnya.
"Rasanya seneng saja saat merawat semua keris milik Ayah, sekarang saya justru mendapat beasiswa kuliah di Prodi Keris ISI Solo, tambah semangat," kata cowok yang biasa disapa Reymond ini.
Ia kuliah bersama Anung Lestyo Pamuji (23 tahun) yang juga sama-sama dari Klaten.
Kegiatan Jamasan Pusaka Nusantara ini dikunjungi para pecinta keris dari berbagai kota.
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone.Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Z Creators