Malam itu, suasana kampung lebih mencekam dari biasanya.
Tidak ada satu pun rumah yang menyalakan lampu, seolah semua orang menahan napas.
Jaka duduk di dapur bersama ibunya, Bu Sumarni. Pak Rustam berdiri di dekat pintu, tubuhnya tegang.
Lalu, suara itu terdengar lagi. TAP. TAP. TAP. Suara langkah kaki. Bukan di luar rumah tetapi di dalam.
Jaka merinding. Ia menoleh ke arah pintu dapur, tapi tidak ada siapa pun. Hanya bayangan yang bergerak di balik jendela.
Ia menahan napas. Sosok menyeramkan itu semakin jelas. Hitam, tinggi, besar dan tanpa wajah. Jaka menutup matanya erat-erat.
Ketika ia membuka matanya kembali, ia masih duduk di dapur.
Namun, pagi telah tiba. Di luar rumah, Pak Rustam berdiri dengan wajah tegang.
“Ada jejak kaki,” bisiknya. Jaka menoleh ke tanah. Jejak itu ada di depan rumah mereka. Lebih besar dari semalam.
Tak jauh dari sana, warga berkumpul di depan rumah Pak Darman. Ia telah menghilang.
Di lantai rumahnya, hanya ada bekas jejak kaki besar yang sama.
Baca Juga: Kisah Mistis Desa Barito: Terjebak dalam Pusaran Perang Santet di Kalimantan
Pak Rustam menggenggam bahu Jaka erat. “Kita harus pergi.”
“Tapi bagaimana kalau sesuatu menahan kita?”
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: YouTube