Ia sering berpikir untuk pergi meninggalkan kampung itu, namun selalu ada sesuatu yang menahannya.
Suatu malam, ia duduk di beranda rumahnya, menatap langit yang gelap tanpa bintang.
Angin membawa aroma tanah basah setelah hujan di desa misterius itu. Ia memejamkan mata, mendengarkan suara malam yang hening.
Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar dari kejauhan. Bukan suara biasa, langkahnya berat, seolah sesuatu yang besar sedang berjalan perlahan.
“Jaka.” Ia tersentak. Itu suara ayahnya, Pak Rustam.
“Aku ingin memastikan tidak ada yang aneh di ladang,” ujar sang ayah.
Jaka mengangguk. Ia tahu, ayahnya menyembunyikan sesuatu.
Baca Juga: Kisah Mistis Desa Getih: Pemukiman Warga yang Mayoritas Lakukan Ritual Pesugihan
Keesokan paginya, Jaka dan Pak Rustam pergi ke ladang di ujung kampung.
Matahari baru terbit, cahayanya samar menembus kabut tipis.
Saat mereka tiba, semuanya tampak biasa, tanaman jagung berdiri tegak, embun pagi masih menempel di daun-daunnya.
Namun, ada sesuatu yang membuat Pak Rustam tidak tenang dan terkesan misterius.
“Lihat ini,” bisiknya sambil menunjuk ke tanah.
Jaka mendekat. Matanya membelalak. Ada jejak kaki besar di sana. Bukan jejak kaki manusia.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: YouTube