Kategori Berita
Media Network
Rabu, 16 AGUSTUS 2023 • 09:53 WIB

Benarkah Aceh Jadi Satu-satunya Wilayah di Indonesia yang Sulit Ditaklukan Belanda?

Peristiwa dalam perang Aceh yang membuat banyak pasukan Belanda mengalami keguguran. (Wikipedia)

INDOZONE.ID - Dari semua wilayah di Tanah Air, Aceh menjadi salah satu daerah yang tidak dikuasai Belanda. Pihak penjajah nampaknya kewalahan menginvasi daerah yang dulunya bernama Aceh Darusallam tersebut.

Dikisahkan, perjuangan rakyat Aceh melawan penjajahan Belanda dikenal dengan sebutan "Perang Aceh" atau "Perang Kemerdekaan Aceh". Perang ini terjadi dalam beberapa gelombang selama berabad-abad, tetapi periode yang paling terkenal adalah pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20.

Perlawanan tersebut dipimpin oleh tokoh-tokoh perlawanan Aceh seperti Sultan Iskandar Muda pada abad ke-17 dan Cut Nyak Dhien pada abad ke-19. Perang Aceh akhirnya berakhir dengan penyerahan Sultan Muhammad Daud Syah kepada Belanda pada tahun 1903 setelah sekitar 30 tahun pertempuran berkelanjutan.

Alasan Aceh sukar ditaklukan Belanda

Nah, apa saja yang membuat wilayah Aceh ini sulit ditaklukan Belanda. Berikut daftarnya.

Geografi yang Sulit dan Pengetahuan Lokal

Aceh memiliki geografi yang penuh dengan hutan lebat, pegunungan, dan daerah rawa-rawa yang sulit diakses. Medan yang sulit ini membuat pasukan penjajah Belanda kesulitan dalam pergerakan dan operasi militer.

Baca Juga: 18 Tahun Berlalu, Ini 3 Fakta Kuburan Massal Siron yang Jadi Pusat Peringatan Tsunami Aceh

Kondisi geografis yang rumit ini memberikan keuntungan taktis kepada pasukan Aceh yang lebih mengenal daerah tersebut.

Penduduk Aceh memiliki pengetahuan yang mendalam tentang wilayah mereka sendiri. Mereka memiliki keunggulan dalam hal pengetahuan tentang medan, rute tersembunyi, dan cara bertahan di lingkungan yang sulit.
Pengetahuan lokal ini membantu mereka dalam melakukan taktik perang gerilya dan menjaga kemerdekaan mereka dari penjajahan.

Ilustrasi pasukan Belanda kalah di perang Aceh. (Wikipedia)

Semangat Perlawanan

Penduduk Aceh memiliki semangat perlawanan yang kuat terhadap penjajah. Mereka memiliki kebanggaan atas budaya dan identitas mereka yang kuat, dan mereka rela berjuang sampai titik darah penghabisan untuk melawan penjajahan.

Faktor ini memberi mereka dorongan untuk terus melawan meskipun menghadapi kesulitan dan pengorbanan. Konflik ini dikenal dengan pertempuran laut, serangan darat, dan taktik perang gerilya yang membuat pasukan Belanda kesulitan untuk mengendalikan wilayah tersebut.

Baca Juga: Sosok Frank Hoogerbeets, Pria Belanda yang Prediksi Gempa Turki, Ternyata Dikecam Peneliti

Kekuatan Pusat Kerajaan

Kerajaan Aceh memiliki struktur pemerintahan yang kuat dan berfungsi dengan baik. Ini memungkinkan mereka untuk mengkoordinasikan perlawanan dengan efektif dan memobilisasi pasukan dengan cepat.

Pusat kekuasaan ini membantu mereka dalam mengatur dan melancarkan operasi perang.

Rakyat relijius tak mudah dimanfaatkan dan diadu domba

Pasukan Aceh, terdiri dari sosok relejius, baik itu para ulebalang, ulama, dan rakyat, yang terus menghadapi serangan dari pasukan Belanda. Pertempuran sengit terjadi antara kedua pihak dalam upaya merebut Masjid Raya Baiturrahman.

Meski demikian, pasukan Aceh terus melawan, bahkan hingga Jenderal JHR Kohler tewas di tangan mereka. Kematian Kohler mengakibatkan pasukan Belanda terpaksa mundur ke pantai.

Belanda mencoba menghancurkan pertahanan dan mencoba memecah persatuan rakyat dengan memanfaatkan orang-orang yang dapat diperalatkan. Namun, upaya ini tidak berhasil membuat pasukan Aceh mundur. Sebaliknya, pasukan Aceh semakin bersatu dan kuat dalam melawan Belanda.

Rakyat Aceh juga tidak mudah terpengaruh oleh upaya adu domba yang dilakukan Belanda. Oleh karena itu, Aceh menjadi wilayah yang sangat sulit ditaklukkan oleh Belanda.

Baca Juga: Di Luar Nalar! Jembatan Penuh Misteri Ini Pernah Dibom Belanda, Namun Enggak Hancur

Bantuan dari Luar dan ketahanan rakyat

Aceh menerima dukungan dan bantuan dari pihak luar, termasuk dari negara-negara Islam lainnya. Ini memberi mereka dukungan finansial, senjata, dan pasukan tambahan yang membantu dalam perlawanan mereka terhadap penjajah Belanda.

Kehidupan di Aceh telah membentuk ketahanan dan keterampilan bertahan dari penduduk lokal. Mereka terbiasa dengan lingkungan yang sulit dan memiliki kemampuan untuk memanfaatkan sumber daya alam secara efektif untuk bertahan hidup dan berperang.

Kombinasi dari semua faktor-faktor ini membuat Aceh sulit ditaklukkan oleh penjajah Belanda. Perjuangan yang gigih, semangat perlawanan, dan pengetahuan tentang wilayah yang luas adalah beberapa faktor utama yang mengarah pada kesulitan penaklukan Aceh selama periode kolonial.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Berbagai Sumber

BERITA TERKAIT
BERITA TERBARU

Benarkah Aceh Jadi Satu-satunya Wilayah di Indonesia yang Sulit Ditaklukan Belanda?

Link berhasil disalin!