Sabtu, 23 DESEMBER 2023 • 20:05 WIB

Mengulik Legenda Red Spider Lily, Bunga Kematian yang Sering Muncul dalam Anime dan Manga

Author

Bunga red spider lily

INDOZONE.ID - Bagi kamu penikmat anime, tentu tak akan asing lagi dengan sebuah bunga berwarna merah mencolok yang indah namun terlihat misterius. Bunga bernama red spider lily ini memiliki nama latin Lycoris radiata.

Kemunculannya di anime biasanya menjadi pertanda bahwa hal buruk akan segera terjadi dan bisa juga menggambarkan kemalangan maupun kematian tokoh dalam anime tersebut.

Adapun beberapa anime yang menggunakan bunga ini dalam visualisasi ceritanya adalah Tokyo Ghoul, Kimetsu no Yaiba (Demon Slayer), Dororo, Hell Girl hingga Inuyasha.

Baca Juga: Asal Mula Pohon Natal: Cemara, Titik Balik Musim dan Dewa Matahari

Di Jepang sendiri, bunga ini lebih dikenal dengan istilah higanbana. Di balik keindahannya yang mempesona, red spider lily menyimpan cerita tragis yang pada akhirnya membuat bunga ini selalu dikaitkan dengan kematian, perpisahan dan kemalangan.

Sejarah dan Legenda Penemuan Red Spider Lily

Bunga red spider lily

Menurut catatan sejarah, red spider lily pertama kali terlihat sekitar tahun 700 Masehi. Diketahui bahwa persebaran bunga ini berawal dari wilayah Nepal, Korea dan Cina. Seiring perkembangan waktu, bunga ini mulai diperkenalkan ke Jepang hingga Amerika Serikat.

Bunga ini tak hanya terkenal karena keindahannya saja, tapi juga beragam mitos yang menyelimutinya. Salah satu cerita yang paling terkenal adalah tentang cinta yang tak terbalas.

Baca Juga: Pertunjukan Wayang Orang Solo yang Kini Kian Digandrungi Anak Muda

Dalam kisah tersebut, disebutkan bahwa ada sesosok iblis jatuh cinta kepada seorang gadis manusia. Namun, tentu saja gadis tersebut takut padanya. Berusaha untuk memenangkan hati gadis tersebut, si iblis pun memenjarakannya.

Dengan harapan bahwa gadis itu lambat laun akan membalas perasaannya. Akan tetapi, perasaan gadis tersebut tak sedikit pun berubah. Si gadis pun pada akhirnya mampu terbebas dari cengkraman sang iblis dengan bantuan seorang tentara.

Si iblis pun tewas. Ketika raganya tewas, dia kembali ke neraka. Namun, darah yang mengucur dari raganya tertinggal di bumi. Di tempat si iblis meregang nyawa, bunga red spider lily bermekaran. Bunga ini kemudian dianggap sebagai portal yang menghubungkan bumi dan neraka.

Baca Juga: Jhator: Ritual Pemakaman Ekstrim di Tibet yang Tumbalkan Jasad Manusia pada Burung Pemangsa

Legenda di Balik Bunga dan Daun yang Tak Pernah Muncul Bersamaan

Bunga yang hanya mekar ketika musim gugur ini memiliki satu karakteristik yang unik, dimana bunga red spider lily akan terlebih dahulu mekar tanpa daunnya.

Dengan disangga tangkai berwarna hijau yang ramping, red spider lily mekar merekah dengan dihiasi untaian benang sari panjang. Seiring berjalannya waktu, ketika kelopak bunga semakin mengkerut, pigmen merahnya akan ikut memudar.

Satu per satu kelopak bunganya pun gugur. Dan ketika tanamannya telah gundul tak berbunga, daun-daun akan mulai muncul, membawa kehidupan baru bagi tanaman tersebut.

Baca Juga: Misteri Hilangnya Harold Holt, Perdana Menteri Australia pada 1967: Dibunuh, Bunuh Diri, atau Tenggelam?

Mendekati akhir musim gugur, bunga ini biasanya akan mulai berubah menjadi coklat dan kemudian akan mati dengan sendirinya.

Siklus hidup bunga ini diceritakan dalam sebuah legenda Tiongkok. Dalam legenda tersebut, disebutkan bahwa Dewi Matahari, Amaterasu, menugaskan dua peri untuk menjaga bunga dan daun tanaman ini secara terpisah.

Peri yang bertugas menjaga bunga bernama Manju, sedangkan peri penjaga daun bernama Saka. Manju dan Saka saling mengetahui keberadaan satu sama lain, namun tak diizinkan untuk bertemu.

Baca Juga: Kisah Nauru, Negara yang Pernah Kaya Raya dan Jatuh Miskin hingga Bangkrut karena Kotoran Burung

Rasa penasaran yang menggelayuti membuat mereka nekat menentang titah Amaterasu. Saat berhasil bertemu, mereka langsung jatuh cinta.

Amaterasu yang mengetahui bahwa kedua peri tersebut telah melanggar perintahnya akhirnya menghukum Manju dan Saka dengan sebuah kutukan yang membuat mereka tak akan pernah lagi bisa bertemu.

Hal inilah yang kemudian menyebabkan daun yang dijaga oleh Saka baru akan muncul setelah bunga yang dijaga Manju mati. Pada akhirnya, Manju dan Saka harus bertahan hidup dalam perpisahan yang abadi.

Baca Juga: Penampakan Letusan Gunung Berapi di Islandia, Menyeramkan namun Menakjubkan

Dari legenda ini, bunga red spider lily kemudian juga dikenal sebagai bunga ‘manjusaka’. Dimana dalam bahasa Jepang dilafalkan sebagai ‘majusyage’.

Si Cantik yang Beracun

Meski kerap diasosiasikan dengan kematian dan pertanda buruk, sejak dulu orang-orang Jepang sudah menggunakan bunga ini untuk kepentingan pribadi.

Dikutip dari florgeus.com, seluruh bagian red spider lily mengandung racun yang cukup berbahaya. Hal inilah yang kemudian membuat para petani di Jepang saat itu menanam bunga ini di tepi area persawahan. Mereka percaya bahwa bunga ini dapat mencegah tikus maupun hama lain untuk menghancurkan padi.

Baca Juga: Kisah Nauru, Negara yang Pernah Kaya Raya dan Jatuh Miskin hingga Bangkrut karena Kotoran Burung

Tak hanya di sawah, bunga ini juga ditanam di sekitar rumah agar tak ada seekor tikus pun yang memasuki rumah. Selain di sawah dan rumah, orang-orang jepang juga sering menanam red spider lily di dekat makam.

Pada masa itu proses kremasi masih belum lazim dilakukan. Oleh karena itu, banyak warga yang menanam bunga ini untuk mencegah hewan buas mengobrak-abrik makam dan memangsa jasad yang baru dikuburkan.

Tak hanya berefek pada hewan, racun bunga ini juga dapat membahayakan manusia apabila sampai tertelan. Dimana, racun bunga ini bisa menyebabkan mual, muntah, diare hingga kejang. Untuk menghindarkan anak-anak dari bunga ini, orang-orang Jepang zaman dulu sering menasihati anak-anak mereka dengan menyebut bunga ini sebagai bunga kematian.

Baca Juga: Kisah Diogo Alves: Pembunuh Berantai dari Portugal yang Kepalanya Diteliti Oleh Ilmuwan

Red Spider Lily dalam Berbagai Penafsiran

1. Hanakobata (Ilmu Bahasa Bunga Versi Jepang)

Hanakobata tak lain halnya dengan floriografi, sebuah cabang ilmu yang berfokus pada seni perlambangan bunga dengan mengklasifikasikan berdasarkan jenis, warna hingga jumlah bunga yang digunakan.

Dengan menafsirkan satu persatu maknanya, bunga menjelma jadi salah satu bentuk komunikasi alternatif yang unik dan romantis.

Dalam perspektif hanakobata, red spider lily memiliki arti pengabaian, tidak pernah bertemu kembali dan hilang ingatan.

Baca Juga: Kisah Diogo Alves: Pembunuh Berantai dari Portugal yang Kepalanya Diteliti Oleh Ilmuwan

2. Ajaran Buddha

Red spider lily biasanya mulai tumbuh di akhir September saat perayaan Ohigan berlangsung atau lebih tepatnya di sekitar waktu ekuinoks musim gugur.

Dimana dalam periode waktu tersebut, dipercaya bahwa batas antara dunia manusia dan dunia arwah menjadi kabur. Hal ini dapat menjadi salah satu alasan mengapa bunga ini sering dikaitkan dengan kematian dan arwah.

Selain itu, dalam ajaran agama Buddha, red spider lily juga biasa digunakan untuk memberi penghormatan kepada leluhur mereka dengan meletakkan bunga ini di kuburan.

Baca Juga: DiaryMisteriSara Hadapi Serangan Demonic di Shanley Hotel dalam Perjalanan DMS+ Journey to Annabelle

Red spider lily juga disebut sebagai ‘flower of hell’ karena bunga ini digambarkan sebagai bunga yang tumbuh di neraka. Dalam tradisi Buddha Tiongkok dan Jepang tertentu, red spider lily dapat dipercaya menjadi pembimbing para roh melewati akhirat dan menuju reinkarnasi.

Dianggap sebagai Pertanda Buruk

Di Jepang sendiri, keberadaan red spider lily sering dianggap sebagai pertanda buruk. Mitos yang paling terkenal adalah red spider lily dipercaya membawa pertanda bahwa akan ada seseorang yang akan meninggal dunia.

Selain itu, menurut kepercayaan setempat, barang siapa yang membawa bunga ini pulang dan meletakkannya di dalam rumah, maka kemalangan akan melanda penghuni rumah tersebut. Misalnya saja seperti terjadi kebakaran atau memberikan nasib buruk kepada anggota keluarga rumah tersebut.

Baca Juga: 5 Fakta Mencengangkan Paus Orka, Benarkah Predator yang Lebih Berbahaya dari Hiu Putih?

Meski beracun dan sering dikaitkan dengan kematian maupun nasib buruk, bunga red spider lily tetap mampu menyihir orang-orang dengan keindahannya. Beberapa tempat di Jepang bahkan menawarkan wisata khusus untuk menikmati momen ketika red spider lily bermekaran.

Beberapa tempat yang dapat kamu kunjungi untuk menyaksikan red spider lily secara langsung diantaranya adalah Taman Gongendo yang terletak di Saitama, Ladang Higanbana Kinchakuda di Saitama, Taman Hibiya di Tokyo dan Taman Toyanogata di Niigata.

Bagi kamu yang tertarik melihat bunga tersebut secara langsung, ada baiknya selalu berhati-hati untuk tidak asal memegangnya, hal ini agar kamu terhindar dari bahaya racun yang mungkin saja bisa membahayakanmu.


Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone.Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Grape Japan