Selasa, 28 NOVEMBER 2023 • 13:51 WIB

Fenomena Musim Gugur Aneh dan Tidak Biasa di Korea Selatan, Daun yang Gugur Belum Menguning

Author

Daun yang berguguran di musim gugur di Korea Selatan. (Istimewa)

INDOZONE.ID - Musim gugur merupakan musim peralihan dari musim panas menuju musim dingin. Umumnya musim ini terjadi di negara-negara yang memiliki iklim sedang dan subtropis.

Salah satu negara di Asia yang mengalami musim ini adalah Korea Selatan. Akan tetapi pada musim gugur tahun ini tampaknya ada hal yang aneh dan tidak biasa terjadi di Korea Selatan.

Dikutip dari laporan Kyunghyang, alih-alih dedauan berwarna kuning, oranye atau merah yang rontok dari batang-batang tumbuhan, jalanan dan taman-taman hampir di seluruh kota-kota besar di Korea Selatan malah dipenuhi oleh daun berwarna hijau segar yang berjatuhan.

Pak Hong, seorang pekerja kebersihan mengatakan bila ia sudah bekerja selama 13 tahun sebagai petugas kebersihan dan ini pertama kalinya saya melihat semua dedaunan hijau berguguran sekaligus.

Baca Juga: Alasan Daun-daun yang Berguguran Saat Musim Gugur Tiba

Daun yang berguguran di musim gugur di Korea Selatan. (Istimewa)

"Ini adalah sesuatu yang sangat menarik untuk dilihat. Daunnya biasanya rontok sekitar akhir November, tapi sekarang daunnya rontok sekitar seminggu lebih awal dari biasanya," kata Pak Hong.

Tak hanya Pak Hong, para netizen Korea Selatan juga memborbardir jejaring sosial dengan fenomena aneh ini.

“Aneh rasanya melihat fenomena daun berguguran sebelum menguning.”

“Salju pertama sudah turun tapi kenapa daun-daun masih hijau?”

“Baunya tidak seperti daun musim gugur, baunya seperti rumput segar.”

Baca Juga: Pantai Panjin, Hamparan Merah Di Musim Gugur

Lantas mengapa fenomena ini bisa terjadi?

Munculnya daun-daun hijau yang berguguran dipengaruhi oleh suhu musim gugur yang berubah drastis. Daun-daun yang menguning berguguran biasanya terjadi ketika jumlah sinar matahari berkurang sehingga klorofil dalam daun mengalami penurunan.

Akan tetapi tahun ini di Korea Selatan seperti tidak memiliki musim gugur. Pasalnya cuaca hangat musim panas masih berlangsung sampai bulan Oktober. Bahkan pada awal November, rata-rata suhu minimum masih melebihi 10 derajat celcius.

Kemudian pada tanggal 18 November suhu terendah di Korea Selatan langsung mencapai -6 derajat celcius yang berarti musim dingin sudah tiba sebelum pepohonan Bersiap menggugurkan daunnya.

Para ahli menganilisis penyebab langkahnya daun hijau berguguran ini tentu saja disebabkan oleh perubahan iklim. Perubahan iklim menyebabkan suhu dunia meningkat sehingga mengakibatkan musim-musim menjadi tidak menentu.

Di Korea Selatan sendiri musim gugur biasanya terjadi mulai bulan September dan berakhir bulan November tapi tahun ini musim gugur datang lebih lambat dan berakhir lebih cepat.

Profesor Yoon Sunjin dari jurusan studi lingkungan Universitas Nasional Seoul mengatakan, ada hasil penelitian yang menyebut jika bulan Oktober tahun ini merupakan bulan terpanas yang pernah dicatat.

Baca Juga: Mitos Mistis Nyanyikan 'Gugur Bunga' di Bundaran Teknik UGM, Bisa Bangkitkan Arwah Pahlawan yang Gugur

Daun yang berguguran di musim gugur di Korea Selatan. (Istimewa)

"Saat cuaca hangat terus berlanjut dan kemudian tiba-tiba menjadi musim dingin, pohon-pohon akan segera menggugurkan daunnya untuk menghindari hilangnya nutrisi pada daun.”

Lantas jika perubahaan musim terus terjadi setiap tahunnya, apakah kita masih bisa melihat daun-daun berguguran saat musim gugur?

Seo Jaecheol dari Green Alliance mengatakan fenomena daun hijau yang berguguran ini merupakan fenomena yang muncul saat tanaman beradaptasi dengan musim yang berubah.

"Sejak 2020, fenomena hilangnya dedaunan saat musim gugur telah diamati dibeberapa tempat seperti Gunung Jiri. Para ahli mendiagnosis bahwa akan sulit untuk melihat dedaunan musim gugur di masa depan karena perubahan cuaca.”


 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Z Creators, Kyunghyang, Herald Economy