“Aku tau aku memang seringkali bersikap kasar kepadamu dna tidak baik, tapi aku sangat menyesal dan alasan utamanya hampir selalu karena ketidaksenanganku mendapatkan begitu sedikit darimu. Aku tau memang aku sangat bodoh kalau aku merusak semuanya dan ketika aku memilikimu dan disaat aku tidak bisa memilikimu,” kata Ruth.
Ada pada bagian 6 halaman terakhir dari suratnya bersama dengan sang istri. Dimana, George Mallory membicarakan terkait cobaan apa saja yang dihadapinya saat menaklukan Gunung Everest. Ia begitu bersemangat ketika bisa mendirikan kamp lebih tinggi dan semakin dekat dengan puncak gunung itu.
Tapi, ada suatu waktu dimana rombongannya itu terpaksa harus mundur ke tempat yang lebih rendah karena mereka mulai kelelahan menaklukan gunung bersalju tersebut.
Pandangannya seperti suram begitu saja dan seolah harapan untuk menaklukan puncak hilang begitu saja.
“Ini memang saat yang sangat buruk dan aku melihat kembali adanya upaya yang sangat luar biasa, begitu kelelahan dan pandangan langsung menjadi suram keluar dari pintu tenda dan menuju dunia bersalju serta harapan yang begitu hilang dan memudar,” kata Mallory.
“Tapi, seperti ada begitu banyak hal baik yang harus diselesaikan pada sisi yang lain, aku menderita batuk yang parah dan sangat meyiksaku dan menyakitkan isi perutku. Batuk ini sampai tidak bisa membuatku tidur dan menyulitkan rasa mendaki dengan kondisi seperti ini. Dan hanya ada satu kelompok masih sehat,” jelasnya.
Dengan kondisi medis seperti itu, mereka memutuskan untuk beristirahat selama 2 hari sebelum memulai untuk melakukan pendakian menuju puncak yang diperkirakan waktu itu masih butuh waktu 6 hari lagi. Ia menggambarkan juga mengenai kondisinya yang nyaris mati seperti menggantung dipinggir jurang.
“Aku mendaki dengan salju yang berjatuhan dan mengenaiku, untungnya hanya turun sekitar 10 kaki sebelum aku bangkit dalam keadaan setengah buta dan keadaan yang terengah – engah, aku mendapati diriku ini seolah dalam kondisi yang genting hanya ditopang oleh adanya kapak es yang entah tersangkut di jurang dan masih dipegang dengan tangan kananku,” ucap Mallory.
Baca Juga: Pasar Gaib di Gunung Lawu Bikin Pendaki Tersesat Kalau Tidak Transaksi dengan Makhluk Astral
“Pada bagian bawahnya itu terdapat lubang hitam yang tidak menyenangkan untuk dilihat,” sambungnya.
Perisitwa itu yang menjadi pertanda kalau George Mallory memang merasa nyawanya sudah ada di ujung tanduk.
Menurut laporan anggota ekspekdisi dan ahli geologi, Noel Odell George Mallory dan Adam Irvine terakhir kali terlihat pada 8 Juni 1924 di ketinggian 274 meter dibawah puncak Gunung Everest atau sekitar 8.850 di atas permukaan laut.
Neil Odell menemukan ada beberapa perlengkapan mereka di lokasi perkemahan, tapi tidak ada jejak adanya keberadaan Mallory dan Irvine.
Kemudian pada 1 Mei 1999 ada anggota ekspekdisi dan pendaki gunung bernama Conrad Anker menemukan jenazah yang membeku di ketinggian sekitar 8.138 meter. Ia mengindentifikasi kalau jenazah itu kemungkinan mereka berdua. Hal ini diliat label nama di pakaian yang dikenakan oleh George Mallory.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: YouTube Great Big Story