Ilustrasi kekeringan karena kemarau global. (Freepik/jcomp)
INDOZONE.ID - Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) dan UN-Water dalam laporan Pembangunan Air Dunia PBB, memperkirakan 2,3 miliar orang di dunia akan mengalami krisis air pada 2050.
Krisis air akan semakin parah dalam beberapa dekade setelahnya, terutama di daerah perkotaan, jika kerja sama internasional di bidang pengelolaan air tidak ditingkatkan.
Selain itu, laporan yang dirilis tahun lalu itu juga mengungkapkan, secara global, 2 miliar orang atau sekitar 26% dari populasi dunia tidak memiliki air minum yang aman dan 3,6 miliar orang (46%) tidak memiliki akses terhadap sanitasi yang baik.
“Antara dua hingga tiga miliar orang mengalami kekurangan air, setidaknya selama satu bulan per tahun,” tulis laporan itu, dikutip dari keterangan resmi UNESCO, Selasa (30/1).
Baca Juga: PBB Ungkapkan Kemungkinan Suhu Naik Hingga 1,5 Derajat Celcius untuk 5 Tahun Kedepan!
Ilustrasi kekeringan di masa depan karena kemarau global. (Freepik)
Populasi perkotaan global yang menghadapi kelangkaan air diperkirakan akan meningkat dua kali lipat dari 930 juta pada tahun 2016 menjadi 1,7 - 2,4 miliar orang pada tahun 2050. Meningkatnya kejadian kekeringan ekstrem dan berkepanjangan juga memberikan tekanan pada ekosistem, dengan konsekuensi yang mengerikan bagi spesies tanaman dan hewan.
Selain itu, kondisi ini juga menimbulkan risiko besar terhadap mata pencaharian manusia, terutama terhadap ketahanan pangan dan akses terhadap listrik.
Oleh karena itu, terdapat kebutuhan mendesak untuk membangun mekanisme internasional yang kuat untuk mencegah krisis air global. Apalagi, air adalah masa depan bagi seluruh makhluk hidup di dunia, sehingga penting bagi masyarakat dunia untuk bertindak bersama dan bergotong-royong dalam mengelola air secara berkelanjutan.
Baca Juga: Krisis Populasi akan Buat Seoul Jadi Kota Mati? Simak Faktanya!
“Melindungi dan melestarikan sumber daya berharga ini untuk generasi mendatang bergantung pada kemitraan. Pengelolaan cerdas dan konservasi sumber daya air dunia berarti menyatukan pemerintah, dunia usaha, ilmuwan, masyarakat sipil dan komunitas – termasuk masyarakat adat – untuk merancang dan memberikan solusi nyata,” kata Direktur Jenderal UNESCO Audrey Azoulay.
Ilustrasi kekeringan karena kemarau global. (Freepik/jcomp)
Sementara itu, menurut Sekretaris Jenderal PBB António Guterres, ada banyak hal yang harus dilakukan dalam waku yang terbatas untuk mencegah krisis air terjadi.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: UNESCO.org