INDOZONE.ID - Agustus 2016 terjadi sebuah insiden yang menimpa sepasang remaja berusia 16 tahun bernama Vina dan Eky.
Kejadian ini terjadi ketika para korban ditemukan sudah dalam keadaan tidak bernyawa di wilayah kota Cirebon, Jawa Barat.
Berdasarkan temuan tersebut, pihak kepolisian menduga kalau kedua korban meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas.
Baca Juga: Mitos dan Legenda Bendungan Walahar Karawang, Arwah Pekerja Paksa Masih Gentayangan
Akan tetapi, kejadian sebenarnya tidak seperti itu. Selang 6 hari pasca meninggalnya korban, salah satu teman Vina mengaku dirasuki oleh arwah Vina dan mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi pada Vina dan Eky.
Mendapatkan informasi menarik dari penuturan temannya korban, pihak kepolisian kembali membongkar makam korban untuk melakukan proses autopsi. Dari situlah, pihak kepolisian langsung melakukan perburuan kepada para pelaku.
Singkat cerita, polisi berhasil menangkap 7 orang pelaku yang ternyata adalah sekelompok anggota geng motor.
Salah satu diantara 7 orang pelaku ada yang masih di bawah umur saat ditangkap. Beruntung, pelaku tersebut tetap mendapat hukuman setimpal dari perbuatannya.
Ngomong-ngomong soal kasusnya Vina, dalam catatan sejarah ada juga kasus kriminal lain di dunia yang berhasil dipecahkan berkat bantuan arwah korbannya. Apa sajakah itu?
Berikut ini Indozone rangkum 3 kasus kriminal luar negeri yang berhasil diungkap oleh arwah korbannya.
Red Barn Murder: Kasus Kriminal dan Kisah Cinta Terlarang yang Dibongkar Hantu Korbannya
Maria Marten, seorang wanita asal Polstead, Suffolk, Inggris kelahiran 24 Juli 1801. Di usianya yang ke-24, Maria sempat jatuh cinta dengan seorang pria berusia 22 tahun bernama William Corder.
Sejak awal, pasangan ini adalah pasangan yang sama-sama bermasalah. Maria pernah memiliki hubungan gelap dengan 2 orang pria, Peter Matthews dan Thomas Corder, saudara kandungnya William Corder sendiri.
Dari hubungannya dengan 2 orang itu, Maria sampai melahirkan 2 orang anak. Sampai dirinya menjalin hubungan dengan William, hanya tersisa 1 anaknya saja yang masih bertahan hidup.
Sementara itu, William Corder dikenal sebagai seorang penipu, pencuri dan sering main perempuan. Akibatnya, Ia dan keluarganya sampai dibuang ke London agar dirinya tidak melakukan tindakan kriminalnya.
Naas, William harus kehilangan keluarganya yang meninggal usai tenggelam di sebuah danau di wilayah Polstead.
Pada tahun 1827, Maria akhirnya "kebobolan" akibat hubungannya dengan William hingga dirinya melahirkan anak ketiganya. Alhasil, keluarga Maria menuntut William untuk menikahinya.
Bersamaan dengan itu, kabar Maria yang memiliki anak haram dari hubungan gelapnya ternyata sampai ke telinga para petinggi pemerintah. Mereka berencana akan memberikan hukuman kepada Maria.
Sebagai upaya pencegahan, Ibu Tiri Maria yang bernama Ann meminta anaknya untuk pergi ke Red Barn yang terletak di Ipswich, Inggris guna bersembunyi sekaligus melangsungkan kawin lari di sana.
Dan pada 18 Mei 1827, Maria dan William pun pergi ke Ipswich. Karena takut ketahuan, Maria pergi ke Ipswich sembari menyamar menjadi laki-laki. Tapi, siapa sangka kalau itulah saat-saat terakhir dalam hidupnya Maria.
Keluarganya tidak pernah mendapat kabar dari Maria semenjak saat itu. Sampai-sampai sudah setahun sejak William dan Maria meninggalkan Polstead.
Satu ketika di malam hari tanggal 19 April 1828, Ann bermimpi didatangi oleh Maria. Dalam mimpi itu, Maria berkata kepada Ibunya kalau dirinya sudah meninggal cukup lama. Ia juga memberitahu sang Ibu mengenai tempat jenazahnya bersemayam.
Mendapat mimpi itu, Ann meminta suaminya yang bernama Thomas untuk pergi ke Red Barn. Sesampainya di Red Barn, rumah itu langsung dibongkar.
Ann dan Thomas dibuat terkejut usai menemukan jenazah putrinya sendiri. Jenazah Maria sudah mulai membusuk, menandakan kalau dirinya memang sudah meninggal dalam waktu yang cukup lama.
Polisi pun segera dipanggil untuk melakukan penyelidikan. Dari hasil autopsi, Maria kehilangan satu gigi bawahnya.
Polisi juga menemukan sebuah sapu tangan berwarna hijau di leher Maria yang diduga sebagai senjata yang dipakai oleh pelaku.
Tanpa waktu lama, polisi bisa langsung mengidentifikasi pelakunya, yang tidak lain dan tidak bukan adalah William Corder. Ya, sapu tangan tersebut adalah sapu tangan yang sering dibawa oleh William.
Polisi mulai memburu William ke London, tempat dimana Ia pernah dibuang karena kejahatannya. Keberadaan William berhasil dilacak, kini Ia ditemukan tinggal di sebuah rumah sewa di Brentford bersama istri barunya yang bernama Mary Moore.
Fakta uniknya, William bisa bertemu dengan Mary usai William memasang iklan cari jodoh di koran lokal Inggris, yaitu The Times. Iklannya ini sampai direspons oleh 100 orang wanita yang terpikat oleh deskripsi dirinya William.
Tapi, siapa sangka kalau iklan tersebut malah menjadi petunjuk bagi para polisi yang ingin menangkapnya usai menghabisi nyawa Maria.
Polisi pun berhasil meringkus William. Mereka menemukan sejumlah barang bukti, seperti pistol, surat peringatan atas tindak kriminalnya di masa lalu dan sebuah paspor dari kedutaan Perancis yang diduga sebagai tiket bagi William untuk kabur ke Perancis jika suatu saat ia ketahuan oleh polisi. Tapi, sepandai-pandainya Tupai melompat, akhirnya jatuh juga.
Proses pengadilan William digelar pada 7 Agustus 1828 di Shire Hall, Bury St. Edmunds, Suffolk, Inggris. Dalam prosesnya, pengadilan ini dihadiri oleh banyak sekali warga yang ingin menonton jalannya persidangan.
Dari hasil sidang, terdapat penemuan lain pada jasadnya Maria. Pihak berwenang menemukan bekas tembakan dan tusukan di tubuh Maria.
Diduga kalau Maria meninggal ditembak kemudian ditusuk oleh William. Hal ini mengubah persepsi para polisi yang sebelumnya menduga kalau Maria meninggal dengan cara dicekik usai penemuan sapu tangan milik William di leher Maria.
Hasil sidang juga mengungkap kalau sebenarnya, William memang tidak berniat untuk menikahi Maria. Ia hanya ingin menikmati tubuhnya saja. Kepergian mereka ke Red Barn, Ipswich ditujukan hanya untuk mengeksekusi mati Maria.
William sempat memberikan pembelaan, katanya Ia sempat adu mulut dengan Maria di hari terakhir ia melihatnya masih hidup.
Usai cekcok, William pergi meninggalkan Maria sendiri. Tak lama kemudian, Ia mengaku mendengar suara tembakan dan langsung menemui Maria. Ia menemukan Maria sudah meninggal karena ditembak oleh "seseorang".
Pembelaan William berhasil dipatahkan berkat pengakuan Adik Laki-Lakinya Maria yang bernama George. Ia yang ikut bersama Maria dan William melihat langsung bagaimana William menghabisi nyawa Kakaknya.
Usai ditembak, Maria dihujam oleh kapak tak lama setelahnya. George yang memberikan kesaksiannya saat itu masih berumur 10 tahun.
Persidangan tersebut juga memasukkan penuturan Ann dan Thomas yang menemukan jasad Maria lewat mimpinya Ann. Inilah yang membuat jalannya persidangan menjadi semakin menarik. Pada akhirnya, William divonis hukuman mati dengan cara digantung.
Pada 11 Agustus 1828, William Corder dieksekusi mati di Bury St. Edmunds. Proses eksekusinya ini ditonton oleh 7.000-20.000 orang warga yang penasaran dengan proses eksekusinya William.
Ada fakta menarik pasca William dieksekusi mati. Setelah dinyatakan meninggal, jasadnya William sempat digunakan untuk kepentingan penelitian.
Memasuki era modern, kerangka William yang sempat terpisah akhirnya disatukan kembali sebagai bahan pengajaran di Rumah Sakit West Suffolk.
Kemudian, kerangka tersebut sempat dipamerkan di Museum Hunterian, Royal College of Surgeons of England, London, Inggris. Dan pada tahun 2004, kerangkanya William akhirnya dikremasi.
Pasca berakhirnya kasus ini, sempat ada beberapa rumor yang mencuat. Ann Marten selaku Ibu Tiri dari Maria ternyata umurnya hanya 1 tahun lebih tua dari Maria.
Ann diduga "cemburu" kepada Maria karena menjalin hubungan dengan William. Atas dasar "cemburu" ini, Ann diduga bersekongkol dengan William untuk menghabisi nyawa Maria di Red Barn.
Rumor lain menyebutkan soal anak hasil hubungannya William dan Maria. Sebelum pasangan itu kabur ke Ipswich, anak mereka meninggal dunia.
Rumor menyebut kalau anak mereka sengaja dibunuh untuk menghindari hukuman dari pihak berwenang.
Namun, ada juga yang menyebut kalau anak mereka memang murni meninggal karena sebab alami. Hingga kini, penyebab kematian dari anaknya William dan Maria masih jadi misteri.
Greenbrier Ghost, Kasus Suami Bunuh Istri yang Diungkap Ibu Mertua usai Didatangi Arwah Anaknya
Pada bulan Oktober 1896, Elva Zona Heaster bertemu dengan seorang pandai besi bernama Erasmus Stribbling Trout Shue, yang kemudian dinikahi olehnya.
Elva ditemukan meninggal dunia pada 23 Januari 1897 di dalam rumahnya. Saat itu, Elva diduga meninggal dunia usai "melahirkan anaknya". Jasadnya dimakamkan di Soule Chapel Methodist Cemetery.
Pasca kematian Elva, sang Ibu yang bernama Mary Jane Heaster, mengaku kalau arwah anaknya muncul di samping tempat tidurnya sambil memberitahukan kalau Dia tewas dibunuh sang suami.
Bermodalkan penuturan arwahnya Elva, Mary Jane memberikan kesaksiannya kepada seorang jaksa bernama John Alfred Preston. Ia membeberkan semua penuturan nya selama berjam-jam di kantornya John.
Pada awalnya, John sempat meragukan penuturannya Mary Jane, tapi ada beberapa poin menarik yang ingin John gali lebih dalam mengenai kasus kematiannya Elva. Dari sinilah John melanjutkan proses investigasi terkait kematiannya Elva.
Ia mulai mewawancarai sejumlah orang yang memiliki keterlibatan dengan kematiannya Elva, termasuk Dr. Knapp, seorang dokter yang melakukan proses autopsi terhadap jasadnya Elva.
Proses autopsi dilakukan pada tanggal 22 Februari 1897 dan berlangsung selama 3 jam. Dari laporan hasil autopsi yang dirilis pada tanggal 9 Maret 1897, diketahui kalau jasadnya Elva menderita patah leher.
Terdapat pula sidik jari yang ditemukan di bagian leher yang menandakan kalau Elva meninggal dengan cara dicekik.
Berdasarkan hasil investigasi dan autopsi yang sudah dikumpulkan, Erasmus ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan istrinya sendiri.
Erasmus dipenjara di kota Lewisburg, Greenbrier, West Virginia, AS. Dari sini, terungkap fakta lainnya. Erasmus diketahui sudah menikah sebanyak dua kali.
Pernikahan pertamanya berakhir dengan perceraian karena mantan istrinya mengaku kalau Erasmus kerap melakukan KDRT.
Pada pernikahan keduanya, Erasmus harus kehilangan sang istri yang meninggal karena sebab yang masih belum diketahui.
Pernikahan Erasmus dengan Elva adalah pernikahan yang ketiga sekaligus yang terakhir sebelum akhirnya Dia ditangkap karena telah membunuh istrinya sendiri.
Proses persidangan dilakukan pada 22 Juni 1897. Erasmus dan pengacaranya berusaha untuk membantah semua tuduhan Mary Jane yang mengaku didatangi oleh arwahnya Elva. Akan tetapi, semua pernyataan Mary Jane malah membuat Erasmus dan si pengacara mandi kutu.
Sampai akhirnya, Erasmus pun mengalah dan mengakui semua perbuatannya di hadapan para hadirin di persidangan.
Atas perbuatannya, Erasmus divonis hukuman penjara seumur hidup pada 11 Juli 1897. Tadinya Ia sempat dibawa oleh rombongan warga sekitar yang tersulut emosinya atas tindakan keji Erasmus.
Mereka berencana untuk menghukum mati Erasmus dengan cara digantung. Beruntung, pihak kepolisian berhasil membawa Erasmus dan meredakan emosi warga.
Akan tetapi, 4 orang warga setempat yang diduga sebagai provokatornya langsung diamankan oleh pihak kepolisian untuk ditindaklanjuti.
Erasmus meninggal pada 13 Maret 1900 di Penjara Negara Bagian West Virginia yang berlokasi di Moundsville.
Ia meninggal akibat wabah penyakit yang menyerang wilayah Moundsville saat itu. Jasadnya dimakamkan di sebuah pemakaman lokal yang terletak tidak jauh dari penjara.
Kasus Teresita Basa, Ketika Arwah Bestie Datang Menuntut Keadilan
Teresita Basa adalah seorang warga AS kelahiran Filipina tahun 1929. Ia pindah ke AS pada era 1960-an untuk menekuni pendidikan di seni musik.
Namun, usai menamatkan pendidikan, Teresita malah bekerja sebagai seorang ahli terapi di Rumah Sakit Edgewater, Chicago, Illinois.
Pada 21 Februari 1977 pukul 22:00 waktu setempat, terjadi sebuah kebakaran di apartemen tempat tinggalnya Teresita.
Petugas pemadam kebakaran yang tiba di lokasi berhasil memadamkan api di dalam kamar apartemen tak lama setelah mendapat laporan dari tetangga apartemen nya Teresita.
Dalam upaya penyelamatannya, tim pemadam kebakaran menemukan mayatnya Teresita yang sudah hangus terbakar.
Tapi, kondisi tubuhnya tidak hanya hangus terbakar, Teresita juga ditemukan sudah dalam keadaan telanjang dengan adanya luka tusukan pisau di dadanya. Melihat kondisi jenazahnya, petugas pun melakukan proses autopsi guna penyelidikan lebih lanjut.
Dari hasil autopsi dan investigasi pihak kepolisian, tidak ada tanda-tanda kalau Teresita sempat dilecehkan sebelum meninggal. Diduga Ia sempat ditelanjangi oleh pelaku sebelum dibunuh menggunakan pisau.
Untuk menghilangkan jejaknya, si pelaku sengaja membakar semua bukti kejahatannya hingga menyebabkan kamar apartemen Teresita terbakar.
Namun, ada secarik kertas bertuliskan "Belikan tiket Theater untuk A.S." yang masih bisa diselamatkan di TKP. Bermodalkan catatan inilah polisi bisa mengidentifikasi pelaku bahwa inisial namanya adalah A.S.
Polisi pun melakukan serangkaian wawancara terhadap orang-orang terdekatnya Teresita. Sampai akhirnya, rekan kerjanya Teresita yang bernama Remibias Chua alias Remy memberikan kesaksiannya, dibantu dengan sang suami yang bernama Joe.
Menurut Remy, Ia didatangi oleh arwahnya Teresita yang memintanya untuk melaporkan teman kerja mereka yang bernama Allan Showery.
Menurut arwahnya Teresita, Allan yang membunuhnya. Tidak hanya itu, Allan juga mencuri perhiasannya Teresita sebagai hadiah untuk pacarnya.
Penuturan Remy juga dikonfirmasi oleh Joe. Awalnya, Joe sering mendengar istrinya mengigau dalam tidurnya seperti seolah-olah tengah berbicara dengan Teresita.
Sampai pada akhirnya, Joe melihat sendiri istrinya dirasuki oleh Teresita. Ia mendesak Joe untuk melaporkan Allan ke polisi atas perbuatannya. Joe awalnya enggan melaporkan Allan ke polisi karena tidak memiliki bukti yang valid.
Tidak hanya itu, ia juga yakin kalau polisi akan menganggapnya sebagai "orang gila" yang menuduh seseorang telah membunuh temannya.
Akan tetapi, Teresita terus merasuki tubuhnya Remy sambil mendesak Joe untuk melaporkan Allan. Dan benar saja, pihak kepolisian sempat skeptis dengan pengakuannya Remy dan Joe.
Tapi setelah mengingat kembali petunjuk yang mereka dapat dari TKP, pihak kepolisian sempat menduga kalau Allan Showery ini adalah pelaku A.S. yang selama ini mereka cari.
Walaupun skeptis, tapi pihak kepolisian masih penasaran dengan penuturannya Remy dan Joe.
Saat para polisi mewawancarai Allan, tanpa disangka-sangka Allan mengaku kalau dirinya memang telah menghabisi nyawanya Teresita.
Ia juga mengaku telah mencuri perhiasan milik Teresita usai menghabisi nyawanya. Ia bahkan memberikan perhiasan curiannya itu kepada pacarnya.
Dan ketika polisi menelpon pacarnya Allan, Ia mengkonfirmasi bahwa Ia mendapat hadiah perhiasan dari Allan.
Dalam persidangan, saat sebelum kejadian Allan mengaku kalau dirinya datang ke rumah Teresita usai mendapat panggilan untuk memperbaiki TV di kamar apartemennya Teresita. Allan pun gelap mata usai melihat banyaknya perhiasan di kamar apartemen Teresita.
Dia bilang kepada Teresita kalau Dia tidak membawa peralatan untuk memperbaiki TV, maka dari itu Ia sempat pamit pulang dulu untuk mengambil peralatannya.
Dari sinilah niat buruk Allan muncul. Bukannya mengambil alat pertukangan, Allan malah membawa sebilah pisau yang akan Ia gunakan untuk menghabisi nyawanya Teresita.
Allan datang lagi ke kamarnya Teresita, kemudian Ia pun diizinkan untuk masuk. Tak lama setelah menutup pintu, Allan langsung menyerang Teresita dari belakang hingga bajunya Teresita terbuka, seolah-olah seperti habis dilecehkan.
Teresita jatuh terbaring di ranjangnya dan kemudian, Allan membunuh Teresita dengan menusuk dadanya.
Allan pun mengambil semua perhiasan Teresita, kemudian membakar semua bukti kejahatannya, sehingga kamar Teresita pun terbakar.
Pada tanggal 23 Februari 1979, Allan Showery dijatuhi hukuman penjara selama 14 tahun. Namun selang 4 tahun kemudian, Allan dibebaskan secara bersyarat dari hukumannya.
Kasusnya Teresita sempat viral usai masuk media cetak di Chicago. Ada yang percaya dan ada yang tidak.
Bagi mereka yang tidak percaya, ada sebuah teori yang menyebutkan kalau Remy dan Allan diduga sudah saling membenci satu sama lain bahkan sebelum Teresita meninggal dunia.
Namun, teori tersebut berhasil dipatahkan oleh pengakuannya Allan yang langsung menyerahkan diri usai diwawancara oleh polisi.
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone.Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Wikipedia