INDOZONE.ID - Mayang Prasetyo alias Febri Andriansyah (27), seorang transgender asal Indonesia, menemui ajalnya dengan cara tragis di Brisbane, Australia, pada 4 Oktober 2014..
Bagaimana tidak, nyawa Mayang melayang di tangan suaminya sendiri, Marcus Volke (28). Perlu diketahui, Volke berprofesi sebagai chef.
Marcus Volke dan Mayang Prasetyo.
Tak cukup hanya membunuh Mayang, sang suami pun memutilasi tubuh transgender itu, lalu merebusnya di panci.
Lantas, bagaimana kisah tragis ini terjadi? INDOZONE akan membeberkan kronologi kejadian nahas yang terjadi 10 tahun silam ini.
Jika kamu mengira pernikahan Mayang dan Volke terjadi hanya berlandaskan cinta, itu kurang tepat. Pengadilan Brisbane Couriers menyatakan, pernikahan ini terjadi karena asas “transaksi bisnis”.
Apa maksudnya? Ternyata, Mayang membantu Volke untuk melunasi utangnya. Perlu diketahui, Mayang bekerja sebagai pekerja seks komersial (PSK).
Baca Juga: Kasus Ibu Mutilasi Satu Keluarga yang Mengguncang Jakarta Tahun 2001
Sementara itu, Volke membantu Mayang mendapatkan visa Australia dengan menikahinya. Akan tetapi, Volke juga bekerja sebagai gigolo untuk melunasi utang-utangnya.
Nah, keluarga Volke tidak mengetahui dirinya memiliki utang dan bekerja sebagai gigolo, selain menjalani profesi chef.
Namun, pernikahan transaksional yang berlangsung pada Agustus 2013 itu, tidak berjalan mulus. Banyak gejolak terjadi dalam rumah tangga mereka. Puncaknya, Mayang mengancam akan mengungkap rahasia Volke yang bekerja sebagai gigolo.
Ancaman Mayang membuat perselisihan dengan Volke makin parah. Tetangga apartemen mereka mengaku mendengar suara keributan pada 2 dan 3 Oktober 2014. Pada 4 Oktober 2014, pembunuhan kejam pun dilakukan Volke terhadap Mayang.
Setelah membunuh Mayang, Volke memutilasi lalu merebus kaki kiri sang istri di panci. Sayangnya, kompor listrik yang digunakannya rusak saat rebusan kaki kiri sang istri mendidih, sehingga membuat listrik padam.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: The Independent