Rabu, 26 FEBRUARI 2025 • 10:00 WIB

Perjalanan Manusia Ke Luar Angkasa Mempengaruhi Kesehatan!! Begini Penjelasannya

Author

Ilustrasi astronot di luar angkasa. (Freepik/user21908677)

INDOZONE.ID - Tubuh manusia sebenarnya nggak dirancang buat hidup di luar angkasa, apalagi dengan gravitasi hampir nol, radiasi tinggi, dan berbagai tantangan lainnya.

Makanya, perjalanan ke luar Bumi bisa bikin banyak perubahan di tubuh yang bisa ngaruh ke kesehatan astronot.

Kenapa perjalanan ke luar angkasa sulit bagi tubuh manusia !!

Tubuh manusia udah berevolusi selama jutaan tahun buat beradaptasi sama kondisi di Bumi, mulai dari gravitasi, atmosfer, sampai tingkat radiasi yang relatif rendah.

Tapi kalau pergi ke luar angkasa, semuanya berubah drastis, dan ini bisa jadi tantangan besar buat tubuh, terutama kalau perjalanannya lama, kata Afshin Beheshti, direktur Pusat Biomedik Luar Angkasa di Universitas Pittsburgh.

Beda sama di Bumi yang punya atmosfer dan medan magnet buat ngehalau radiasi luar angkasa, astronot justru langsung terpapar radiasi berenergi tinggi di luar sana.

Dampaknya bisa serius, mulai dari kerusakan DNA, risiko kanker yang lebih tinggi, gangguan saraf, masalah jantung, sampai sistem kekebalan tubuh yang jadi kacau.

Di orbit rendah Bumi, astronot masih agak terlindungi sama magnetosfer lapisan medan magnet yang melindungi planet ini.

Baca Juga: Penampakan Aurora di Luar Angkasa Diabadikan Astronot NASA, Super Cantik seperti Gak Nyata

Tapi kalau mereka pergi lebih jauh, kayak ke Bulan atau Mars, radiasi yang mereka terima bakal jauh lebih tinggi dan bisa berbahaya buat kesehatan mereka.

Gravitasi punya peran penting dalam ngatur fungsi tubuh, dan kalau nggak ada, tubuh bakal ngalamin banyak perubahan, kata Beheshti.

Tanpa gravitasi, cairan di tubuh bakal naik ke atas, bikin wajah keliatan bengkak dan ningkatin tekanan di dalam kepala, yang bisa ganggu penglihatan.

Selain itu, karena tulang dan otot nggak dapet beban dari tarikan gravitasi, kepadatan tulang bisa berkurang dan otot jadi mengecil.

Sistem kardiovaskular juga kena dampaknya, terutama soal ngatur tekanan darah pas balik ke Bumi.

Lama-lama hidup di gravitasi mikro juga ngaruh ke fungsi vestibular, alias sistem di telinga dalam yang bantu tubuh ngerasain gerakan dan posisi. Ini bisa bikin masalah keseimbangan dan koordinasi.

Baca Juga: Kata Astronot, Sampah Ruang Angkasa Lebih Mengerikan daripada Alien, Kenapa?

Sampai sekarang, masih banyak yang belum dipahami soal efek penerbangan luar angkasa ke tubuh manusia. Misalnya, masih sedikit yang diketahui tentang dampaknya ke fungsi paru-paru.

Radiasi luar angkasa udah jelas bisa ningkatin risiko kanker, bikin penuaan lebih cepat, dan nyebabin kerusakan sel, tapi mekanisme biologisnya masih belum sepenuhnya dipahami.

Penelitian nunjukin kalau mitokondria punya peran besar dalam perubahan kesehatan akibat perjalanan luar angkasa, tapi gimana tepatnya mereka beradaptasi dan mengalami disfungsi masih jadi topik riset yang terus dikembangkan.

Empat astronot dalam pesawat luar angkasa Dragon milik SpaceX, dari kiri ke kanan, Alexander Grebenkin, Michael Barratt, Matthew Dominick, dan Jeanette Epps.

Selain itu, ilmuwan juga belum sepenuhnya ngerti gimana gravitasi mikro, radiasi, dan isolasi jangka panjang bisa ngaruh ke fungsi otak, kesehatan mental, dan neuroplastisitas kemampuan otak buat beradaptasi dan berubah.

Begini informasi penelitian dari para astronot yang telah melakukan perjalanan ke luar angkasa!

Penelitian yang diterbitin tahun 2024 ngebahas perubahan di otak, jantung, otot, ginjal, kulit, sistem kekebalan tubuh, tingkat stres, sampai gangguan aktivitas mitokondria yang dialami kru misi Inspiration4 misi tiga hari SpaceX di tahun 2021 yang jadi tim sipil pertama yang ngorbit Bumi.

Studi lain yang juga dirilis tahun 2024 nunjukin kalau astronot lebih sering ngalamin sakit kepala di luar angkasa dari yang sebelumnya diperkirakan.

Penelitian ini melibatkan 24 astronot yang tinggal di ISS hingga 26 minggu, dan hampir semuanya ngalamin sakit kepala, kecuali dua orang.

Sementara itu, studi tahun 2023 nemuin kalau astronot yang bertugas di ISS atau ikut misi pesawat ulang alik NASA selama enam bulan atau lebih ngalamin pelebaran ventrikel serebral ruang di tengah otak yang berisi cairan otak.

Ada juga penelitian tahun 2022 yang ngedokumentasiin kehilangan massa tulang di 17 astronot ISS yang misinya berlangsung sekitar 5,5 bulan.

Baca Juga: Tak Disangka, Di Planet Mars Juga Ada Sampah, Astronot Upayakan Pembersihan

Setahun setelah mereka balik ke Bumi, kepadatan mineral tulang di tulang kering mereka turun sekitar 2,1%, sementara kekuatan tulang berkurang 1,3%.

Bahkan, sembilan dari mereka nggak bisa balikin kepadatan tulangnya ke kondisi sebelum ke luar angkasa.


Banner Z Creators.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Internasional.astrowani, Reuters