Ilustrasi guru SD di Korea bunuh diri
INDOZONE.ID - Awal pekan lalu, publik Korea Selatan dikejutkan dengan kematian seorang guru Sekolah Dasar (SD) yang ditemukan tewas bunuh diri. Guru berusia 23 tahun tersebut ditemukan tak bernyawa di kelasnya sebelum murid-muridnya masuk ruangan.
Mengutip KoreaHerald, sosok guru itu ditemukan oleh pihak sekolah sebelum para murid. Saat itu, pihak sekolah belum memberitahu kepada murid bila guru mereka telah tiada mengingat potensi kerusakan emosional.
Kantor Pendidikan Metropolitan Seoul menyatakan bahwa tidak ada catatan bunuh diri yang ditemukan di lokasi, dan menolak memberikan lebih banyak komentar tentang masalah ini. Namun dari hasil investigasi, diduga sang guru mendapat tekanan dari salah satu orang tua dari murid di sekolahnya.
Bagaimana bisa begitu? Berikut ini ada beberapa fakta yang dikumpulkan Indozone.
Baca Juga: Kisah Park Soon Ja, Bunda Suci Pemimpin Sekte Sesat Bunuh Diri Massal dengan Pengikutnya
Ilustrasi guru sekolah tewas di kelas karena bunuh diri
Kantor Pendidikan Metropolitan Seoul mengkonfirmasi bahwa seorang guru yang wajah dan namanya dirahasiakan yang mengajar siswa kelas satu di SD di kawasan Seocho-gu di Gangnam, Seoul ditemukan meninggal pada Selasa pagi (18/7/2023) lalu.
Sekolah tersebut segera melaporkan kematian tersebut kepada polisi. Kantor pendidikan menambahkan bahwa polisi sedang menyelidiki kasus ini untuk menentukan waktu kematian dan penyebab pastinya.
Kantor pendidikan menyatakan bahwa tidak ada catatan bunuh diri yang ditemukan di lokasi.
Sementara itu, polisi mengatakan bahwa mereka percaya dia mengakhiri hidupnya namun sedang menyelidiki rincian lebih lanjut.
Namun, kematian yang tampaknya bunuh diri ini segera menimbulkan kecurigaan bahwa guru tersebut mungkin telah diintimidasi oleh orangtua dari seorang siswa pelaku perundungan di bawah tanggung jawabnya.
Baca Juga: 5 Fakta Menarik Tradisi Seba Baduy, Digelar Sejak Ratusan Tahun, Membawa Amanat Pu'un
Serikat Guru Seoul menyatakan dua hari setelah kejadian penemuan mayat, seorang rekan guru telah melaporkan bahwa ada muncul insiden kekerasan terjadi antara siswa di kelas yang ditangani oleh guru yang meninggal minggu lalu.
Serikat tersebut mengatakan bahwa seorang siswa menggores dahi siswa lain dengan pensil. Orangtua dari siswa yang terluka dikabarkan datang ke kantor kepala sekolah dan dengan tegas memprotes insiden tersebut, mengatakan bahwa guru yang meninggal "tidak memiliki kualifikasi untuk mengajar."
Namun, pihak berwenang pendidikan dan sekolah memperingatkan untuk tidak berspekulasi terlalu dini tentang penyebab kematian guru tersebut. Namun spekulasi sudah terlanjur terjadi, bahkan ada yang menerangkan bila murid merupakan cucu dari seorang politisi.
Ilustrasi ruang kelas di sekolah SD Korea Selatan
Dalam pernyataan pada hari Kamis, Kwon Seon-tae, kepala sekolah Dasar Seoul Seo 2, menolak spekulasi yang beredar di media sosial, dengan menyatakan bahwa orangtua siswa tersebut bukanlah politisi berpengaruh dan menyatakan bahwa tidak ada kekerasan di kelas guru tersebut tahun ini.
Baca Juga: Aneh tapi Nyata! Seekor Badak Pernah Menang Pemilu di Brasil, Kandidat Lain Bunuh Diri
"Saya sangat berharap martabat guru tersebut tidak akan terluka karena spekulasi yang tidak masuk akal, artikel, dan komentar," tegas kepala sekolah tersebut, seperti yang dikutip dari Korea JoongAng Daily
"Seluruh staf dan guru dengan aktif bekerja sama dengan penyelidikan polisi agar penyebab kematian dapat terungkap dengan akurat."
Sebuah laporan dari Digital Times menyebutkan bahwa orangtua tersebut diduga menjadi seorang politisi bernama Han Ki Ho
Pada tanggal 20 Juli, Han Ki Ho yang saat ini menjadi anggota dewan yang berbasis di Seocho-gu, membantah keterlibatannya dalam kematian guru tersebut.
Dalam pernyataannya, politisi tersebut mengungkapkan bahwa tidak ada anggota keluarganya yang bersekolah di sekolah tersebut.
"Saya ingin dengan tegas membantah keterlibatan saya dalam insiden ini di mana nama saya disebutkan. Anggota keluarga saya tidak bersekolah di sekolah tersebut," kata Han Ki Ho.
Asosiasi guru di Korea lakukan aksi protes
Federasi Asosiasi Guru Korea (KFTA), serikat guru terbesar di negara tersebut, mengeluarkan pernyataan yang menuntut "penyelidikan menyeluruh untuk mengungkap fakta tanpa ada yang ditutup-tutupi dari pihak pendidikan dan kepolisian."
Mereka menambahkan bahwa mereka menganggap serius situasi saat ini, di luar pelanggaran hak-hak guru yang mengerikan yang dialami oleh satu guru dan sebagai kehancuran sistem pendidikan publik secara keseluruhan.
KFTA menambahkan bahwa mereka akan menggunakan semua sarana "agar laporan-laporan serampangan tentang pelecehan anak dan keluhan sipil yang jahat tidak lagi mendapat pijakan."
Belasungkawa dari para guru dan masyarakat untuk guru yang bunuh diri
Rekan guru dan orang-orang yang berduka meninggalkan bunga dan catatan di sebuah peringatan sementara di gerbang utama Sekolah Dasar Seoul Seo 2 di Distrik Seocho, Seoul, pada hari Kamis setelah kematian seorang guru berusia 23 tahun di sekolah tersebut awal pekan ini.
Baca Juga: Pesawat NASA Sengaja 'Bunuh Diri' Tabrak Asteroid, Misi Selamatkan Bumi Diklaim Berhasil
Menurut KFTA, terdapat lebih dari 1.249 kasus guru yang diserang atau terluka antara tahun 2017 dan 2022, berdasarkan kasus-kasus yang ditinjau oleh Komite Perlindungan Hak-hak Guru Sekolah.
Secara khusus, kasus serangan terhadap guru meningkat dua kali lipat antara tahun 2018 dan tahun lalu, meningkat dari 165 insiden menjadi 327.
Sementara para guru sudah terbebani dengan tekanan dari gaji rendah dan tugas administrasi yang berlebihan, melemahnya otoritas guru di kelas, terutama karena takut akan reaksi orangtua, dan kurangnya dukungan dari pihak sekolah ketika orangtua mengajukan keluhan, sedikit membantu semangat para guru.
Ilustrasi kasus bunuh diri guru SD di Korea
Keluarga almarhum guru tersebut mengadakan konferensi pers di depan Kantor Pendidikan Metropolitan Seoul di Distrik Jongno, Seoul pusat, bersama perwakilan dari serikat guru pada hari Kamis sore, menuntut untuk mengungkapkan fakta-fakta.
"Harus dijelaskan apa yang menyebabkan seorang guru muda membuat pilihan yang ekstrim di sekolah," kata paman almarhum guru tersebut selama konferensi pers tersebut.
Baca Juga: Ants Circle of Death, Cara Gerombolan Semut Bunuh Diri Akibat Putus Asa Ditinggal Keluarga
"Kita perlu mencari tahu apakah kematian ini terkait dengan penyalahgunaan kekuasaan orangtua, keluhan jahat, atau stres kerja yang berlebihan."
Banyak yang bertanya-tanya seberapa parah pelecehan itu sehingga menyebabkan seorang guru yang baru diangkat untuk mengakhiri hidup mereka sendiri.
Selain meminta investigasi penuh kasus ini, beberapa guru meminta penghapusan layanan direct Guru-Murid
Mereka meminta komplain tidak dilempar ke guru secara langsung tetapi melalui sistem pengaduan. Mereka minta percakapan orangtua dengan guru selalu direkam
Sampai saat ini, polisi masih sibu menyelidiki kasus kematian guru tersebut.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Berbagai Sumber