Sosok Pembunuh berantai Jeffrey Dahmer di Netflix. (Wikipedia, Istimewa
Kalau kalian mengikuti serial 'Dahmer – Monster: The Jeffrey Dahmer Story' tentunya banyak dari kalian yang bergidik dna berpikir apa yang ada di balik otak sang pembunuh berantai Jeffery Dahmer. Saking sadisnya, masih banyak pihak keluarga korban yang mengkritik serial tersebut karena dianggap tak memperdulikan perasaan keluarga.
Serial ini diangkat dari kisah Jeffrey Lionel Dahmer, seorang pembunuh berantai dan peleceh seks asal Amerika Serikat yang membunuh 17 pria dan remaja antara tahun 1978 hingga tahun 1991. Kebanyakan pembunuhannya terjadi antara tahun 1987 dan 1991. Pembunuhan yang dilakukannya meliputi pemerkosaan, mutilasi, nekrofilia, dan kanibalisme.
Baca Juga: Review ‘Monster: The Jeffrey Dahmer Story’: Pembunuh dan Pemerkosa Terngeri dari Milwaukee
Nah, ada beberapa fakta menarik dari kasus Jeffrey Dahmer, berdasarkan dari serial tersebut yang berkaca tentang apa isi kepala dari sang pembunuh.
Tak cuma annoying sama adegan itu tapi juga banyak yang berempati terhadap Dahmer karena dia memiliki masa kecil yang buruk. Apalagi ia berusaha menekan rangsangannya untuk membunuh mengingat jeda pembunuhan pertama dan kedua.
"Overall, yang menonton ga cuma annoying sama adegan itu tapi juga berempati terhadap Dahmer karna dia memiliki masa kecil yg buruk, juga berusaha menekan rangsangannya utk membunuh," kata Adisty dari komunitas Detectives ID.
Kemungkinan yang bisa dijawab adalah neglected, hubungan toxic di keluarga, kerusakan sel akibat obat-obat antidepresan yang dikonsumsi ibunya saat hamil, failure dalam membangun norma, dan lain-lain
Apakah pembunuh psikopat itu terlahirkan atau terbentuk? Benarkan psikopat secara natural terlahir dengan DNA seperti itu? Jawabannya masih misteri.
Beberapa psikiater yang ditanya belum bisa memastikan sampai saat ini, sementara teori yang paling banyak adalah mereka ditemukan.
Dahmer mengaku menyukai sesuatu yang berkilau, dalam hal ini organ tubuh yang memiliki cairan yang membuatnya mengkilat.
Psikiater menyebutkan bila Dahmer mengidap splanchnophilia, atau mudah terangsang dengan organ dalam tubuh, termasuk darah.
Tak hanya tentang kejahatan mutilasi dan isu LGBT, serial Dahmer juga kental dengan isu rasisme, sosial politik di wilayan terjadinya kasus.
Kebanyakan korban Dahmer didominasi etnis berwarna. Hal ini yang membuat terjadi aksi demontrasi warga etnis ke kepolisian dan pemerintah kota.
Pengabaian laporan-laporan dari orang kulit hitam tentang kejahatan di lingkungan tertentu sampai saat ini masih terjadi di wilayah tersebut.
Keterbatasan SDM dan masalah sistem kepolisian negara bagian di Amerika Serikat juga menjadi sumber alasan polisi kurang bisa bertindak dengan cepat.
Saat akan divonis, pengacara meminta Dahmer untuk memberikan kesaksian kalau dirinya mengalami hilang kesadaran saat melakukan semua kejahatan tersebut. Dalam artian, ia meminta Dahmer untuk ngaku kalau dia sakit jiwa biar dia tidak dihukum penjara dan mendapat rehabilitasi di RSJ.
Tapi dengan santai Dahmer menolaknya karena dia mengaku kalau dia sadar dan tak sakit jiwa saat melakukannya.
Setelah di penjara di tahun 1991, Dahmer akhirnya tewas dibunuh oleh narapidana lainnya di penjara.
Ada tiga perkiraan yang membuatnya ia terbunuh; pembalasan dari napi yang membela etnis kulit hitam yang dibunuh Dahmer, tak terima kalau Dahmer bertobat, bahkan ia pernah ditusuk saat lagi ikut acara kerohanian di penjara, dan muak dengan banyaknya penggemar Dahmer yang mengirimkan surat hingga membuat Dahmer bertingkah jumawa di penjara.
Baca Juga: Sejarah 17 Februari: Pembunuh Berantai Jeffrey Dahmer Dijatuhi Hukuman Seumur Hidup
Ayah Dahmer membuat buku tentang perjalanan hidupnya. Buku itu menyebabkan kontroversi. Selain memunculkan para penggemar Dahmer, keluarga korban juga tak terima dan minta bagian dari ayah Dahmer.
Saat banyak peniliti meminta otak Dahmer disumbangkan untuk penelitian, keluarga korban menolak. Banyak ilmuwan yang ingin mempelajari isi otak Dahmer yang membuatnya berubah menjadi monster berdarah dingin, seorang pembunuh berantai yang dikenang sejarah.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: