Ritual Pengurbanan Manusia di Zaman Kebudayaan Kuno. (Cook's Voyages Sea Museum)
Zaman Peradaban kuno kerap kali menerapkan aturan-aturan nyeleneh yang membuat bulu kuduk merinding. Dari mulai ritual pengurbanan makhluk hidup, hingga pengonsumsian daging manusia oleh warga suku setempat.
Bahkan di antara mereka ada yang dipukul, digantung terbalik, dibunuh secara brutal, hingga dagingnya dimasak. Semua dilakukan oleh para pemerintah suku tersebut semata-mata sebagai bentuk persembahan kepada dewa.
Dikutip dari National Geographic pada Minggu (15/1/2023), berikut beberapa kebudayaan kuno yang melakukan ritual kejam kepada sesama manusia:
Bangsa Etruria merupakan salah satu bangsa yang cukup kejam karena melibatkan banyak umat manusia sebagai persembahan dewa. Mereka menganggap ritual ini sebagai sesuatu hal yang normal.
Dalam salah satu penemuannya, ditemukan banyak jasad anak kecil dalam keadaan terpenggal. Tak hanya itu, kaki mereka dijadikan fondasi yang diletakkan di bawah tembok.
Pengurbanan kejam terhadap manusia juga terjadi di Tiongkok kuno sejak berabad-abad lalu. Tepatnya antara 1600-1046 Sebelum Masehi (SM).
Beberapa ritual keji yang dilakukan yaitu mulai dari pemenggalan kepala, hingga dikubur hidup-hidup.
Baca Juga: Mengenal 'Capacocha', Ritual Kejam yang Korbankan Banyak Anak Suku Inca
Selain itu, bayi dan anak-anak juga mengalami nasib yang tak kalah mengenaskan. Mereka dibunuh secara brutal lalu kemudian dikuburkan begitu saja.
Beberapa orang Mesopotamia kerap kali terlbat dalam ritiual pengurbanan manusia. Para korbannya kebanyakan merupakan seseorang seperti pelayan dan prajurit, yang dimaksudkan agar bisa terus bekerja untuk tuannya di akhirat.
Berdasarkan sisa-sisa jasad yang ditemukan, diyakini bahwa orang-orang tersebut dibuhuh oleh tombak yang ditancapkan ke kepala mereka.
Selain bangsa Mesopotamia, masyarakat Hawaii kuno juga cukup sering melakukan ritual pengurbanan manusia. Mereka percaya jika akan mendapatkan bantuan dari dewa perang, Ku.
Para kurbannya kebanyakan adalah seorang pemimpin suku. Nantinya, pemimpin suku tersebut akan digantung secara terbalik di rak kayu.
Kemudian, mereka disiksa selama beberapa jam dan dengan cara dipukuli menggunakan pentungan sampai tubuh mereka lunak.
Lebih sadisnya lagi, daging dari kurban tersebut akan dikonsumsi secara mentah-mentah ataupun matang oleh pendeta dan pemimpin suku lainnya yang hadir.
Suku Inca kerap kali melakukan ritual pengurbanan manusia. Mereka percaya dengan digelarnya ritual tersebut dapat menghentikan bencana alam di wilayahnya.
Baca Juga: Misterius, 5 Peradaban Kuno Ini Hanya Tinggalkan Jejak yang Terbatas dan Sulit Diteliti
Ritual kejam yang dilakukan oleh pemerintah Inca pun sangat kejam, mengingat para korbanya mayoritas adalah anak-anak. Mereka terlebih dahulu diperlakukan dengan baik sebelum menghadapi kematian tragisnya.
Orang Mesir kuno sering melakukan berbagai jenis kurban keagamaan. Dimana korbannya tak tain tak bukan adalah manusia.
Para peneliti pun menemukan bukti adanya pengurbanan tersebut dengan ditemukannya para pelayan yang dikubur hidup-hidup di samping tubuh majikan mereka.
Kartago merupakan zaman peradaban terkaya dan terkuat di zaman kuno. Kendati begitu, kebudayaan ini pun tak terlepas dari adanya ritual pengurbanan kejam kepada manusia.
Bahkan, mereka terkenal akan ritualnya yang brutal karena mengurbankan anak-anak hanya untuk mendapatkan bantuan dari para dewa.
Selain Kartago, suku Aztec juga terkenal akan kebrutalannya. Mereka sudah tak asing lagi dengan kekerasan.
Menurut sumber, dilaporkan bahwa suku Aztec pernah mengurbankan sebanyak ratusan ribu orang setiap tahun hanya demi matahari.
Sebelum memeluk agama Kristen pada abad ke-1 Masehi, diyakini jika bangsa Kelt terlibat sejumlah besar ritual pengurbanan mansusia.
Para korban dari ritual kejam tersebut akan dipukul di bagian belakang kepala mereka menggunakan pedang. Tak hanya itu, para korban juga kerap kali dipukul, dicekik, hingga dipotong lehernya.
Itulah tadi beberapa informasi mengenai ritual-ritual kejam yang dilakukan oleh kebudayaan kuno di masa lampau. Sadis dan brutal, bukan?
Penulis: Antika Fahira
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: