Kategori Berita
Media Network
Senin, 27 JUNI 2022 • 15:19 WIB

Kerap Jadi Impian, Ini Sejarah Profesi Pramugari: Awalnya Laki-Laki, Lalu Perawat Wanita

Pramugari SkyUp Airlines berjalan menaiki tangga sebelum naik pesawat saat mengambil bagian dalam presentasi seragam baru di Bandara Internasional Boryspil di luar Kyiv, Ukraina 30 September 2021. (REUTERS/Gleb Garanich)

Dalam beberapa dekade terakhir, pramugari menjelma salah satu profesi yang terpandang. Gaji tinggi, bisa terbang ke banyak tempat gratis, dengan penampilan yang menarik, membuat tak sedikit orang mendambakan ingin menjadi pramugari atau memiliki pasangan seorang pramugari.

Namun, bagaimana sejarah profesi pramugari pada awalnya? 

Dikutip dari Avstop, sejarah pramugari dimulai segera setelah perjalanan udara penumpang dimulai pada awal 1920-an. Pramugari pertama kali disebut kurir dan mereka adalah putra pengusaha yang telah membiayai maskapai penerbangan.

Kurir bekerja sampai jatuhnya pasar saham pada pertengahan 1920-an. Dengan tidak adanya kurir lagi, pengurangan biaya untuk mengurangi biaya, tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan penumpang berada di tangan kopilot.

Kopilot diminta untuk membantu pilot dalam komando serta menyajikan makanan dan minuman. Dengan peningkatan perjalanan udara penumpang, maskapai mulai menilai kembali tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan penumpang. Pada awal 1930-an Western Air adalah yang pertama mempekerjakan pramugari (pembantu pria).

Pramugari ini bertanggung jawab untuk melihat kebutuhan penumpang. Seperti membantu penumpang naik ke pesawat, membantu bagasi, menyajikan minuman dan memastikan penumpang mematikan cerutu dan rokoknya.

Pada akhir tahun 1930-an, United Airlines, sebagai yang pertama, telah mempekerjakan pramugari, berupa pembantu wanita. Pramugari ini adalah perawat terdaftar dan idenya adalah agar penumpang merasa jauh lebih aman di tangan pramugari. Tanggung jawab mereka termasuk merawat mereka yang sakit udara. Pada masa itu, kebanyakan pesawat DC-3, sangat bising dan tidak senyaman saat ini.

Pramugari juga membagikan makanan ringan kepada para penumpang. Pramugari terkadang diperlakukan buruk oleh penumpang laki-laki yang meraba-raba, mencubit, dan menepuk pantat mereka. Mereka diharapkan bekerja berjam-jam dengan penghasilan sekitar $1 per jam dan rata-rata bekerja sekitar 100 jam sebulan. Setelah Perang Dunia II para perawat meninggalkan maskapai penerbangan dan bergabung dengan militer. Maskapai penerbangan mempekerjakan wanita muda yang bukan perawat.

Maskapai penerbangan sebagai bagian dari praktik perekrutan mereka mengharuskan para wanita untuk mengambil sumpah di mana mereka tidak akan menikah atau memiliki anak. Jika seorang pramugari akan menikah dan atau memiliki anak, maskapai penerbangan akan memutuskan hubungan kerja mereka dengan maskapai tersebut. Meskipun, pada pertengahan 40-an maskapai mengalami pergantian pramugari yang tinggi ke pernikahan. Pada tahun 1960-an, pramugari mengenakan rok mini dan hot pants.

Ini adalah waktu yang sangat bergejolak bagi negara dan maskapai penerbangan. Perempuan berjuang untuk hak-hak di sana, orang kulit hitam memerangi diskriminasi dan laki-laki berjuang untuk mendapatkan posisi di maskapai penerbangan yang telah didominasi perempuan selama bertahun-tahun. Sebagai hasil dari Civil Rights Act dan Equal Rights Act, orang kulit hitam dapat mengajukan tuntutan anti diskriminasi dan laki-laki mulai masuk ke industri yang menyediakan perawatan penumpang di maskapai penerbangan. Sekarang nama pramugari telah berubah untuk mencerminkan pramugari laki-laki, mereka sekarang disebut pramugari.

Pramugari di Indonesia

Dikutip dari historia.id, di Indonesia sendiri, pramugari hadir bersamaan dengan kehadiran maskapai nasional pertama, yakni Garuda Indonesian Airways (GIA).

“Penerbangan pertama dilakukan ketika membawa Presiden Sukarno dari Djokja ke Djakarta pada tanggal 28 Desember 1949,” tulis Ipphos Report, 15 Oktober 1950.

Awalnya, pramugari di Indonesia disebut "nyonya rumah di udara" atau stewardess.

Sejak penerbangan pertama itu, GIA mulai menerapkan kebijakan serupa maskapai negara lain. Salah satunya dengan membuka lowongan kerja untuk posisi stewardess.

“Untuk kepentingan para penumpang, tiap-tiap pesawat mempunyai stewardess yang melayani mereka di perjalanan,” tulis Ipphos Report.

Profesi pramugari di negara lain telah bercambah di Amerika Serikat pada 1930. 

“Ellen Church adalah seorang jururawat Amerika yang pada 1930 datang pada direksi Boeing Air Transport (BAT, sekarang United Airlines) dengan usul supaya diadakan pelayan-pelayan wanita dalam kapal terbang,” tulis Nasional, 17 November 1951.

Usul Ellen awalnya jadi bahan tertawaan. Banyak orang tak merasa butuh pelayan selama penerbangan. Tapi lama-lama mereka ternyata butuh juga. Sebab penerbangan tak selamanya menyenangkan. Hanya melihat awan putih dan langit biru. Belum lagi selalu ada penumpang pemula dalam penerbangan. Mereka takut dan bingung harus berbuat apa selama penerbangan. Maka, usul Ellen pun meraih tempat.

“Hari bersejarah bagi kaum stewardess itu adalah 15 Mei 1930,” tulis Nasional. Ellen bersama tujuh perempuan lainnya terbang dari San Franscisco ke Chicago. Mereka mengantar makanan dan minuman, menjawab pertanyaan polos anak-anak kecil, dan membantu penumpang pemula mengikat sabuk pengaman.

Maskapai lain meniru cara BAT menghadirkan pramugari di pesawat terbang. Tak terkecuali GIA. Mereka membentuk panitia pemilih calon pramugari dan menyebar informasi lowongan kerja untuk posisi pramugari.

Panitia kebanjiran surat lamaran. “Bukan main banyaknya surat lamaran yang mengalir di atas mejaku selama minggu-minggu belakangan ini. Rupanya pemuda dan pemudi mempunyai minat besar juga terhadap jenis pekerjaan baru ini,” kata seorang panitia dalam Minggu Pagi, 10 Desember 1950. Sementara Nasional menyebut surat lamaran datang dari beragam pulau seperti Sulawesi, Maluku, Jawa, dan Sumatera.

Dari keterangan panitia, kita mengetahui bahwa lelaki juga boleh melamar. Kelak mereka disebut pramugara. Tapi jumlah lelaki pelamar tak sebanyak perempuan. Mengingat profesi ini juga bermula dari prakarsa perempuan. Toh sebutannya pun nyonya rumah di udara, bukan tuan rumah di udara.

Para perempuan pelamar mesti melalui beberapa proses untuk menjadi pramugari. Tahap pertama seleksi administratif. Panitia mematok pendidikan minimal untuk para pelamar. Setidaknya tingkat MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) atau SMP. Selain itu, para pelamar harus berpengetahuan umum luas. Jika lolos tahapan ini, para pelamar akan memperoleh pelatihan. Biasanya selama enam pekan.

Materi Pelatihan

Materi pelatihan berkisar pada ilmu penerbangan umum, pengetahuan haluan terbang, meteorologi, cara menyajikan makanan dan minuman, etiket terhadap orang lain, urusan pabean serta tiket, dan kemampuan bahasa asing seperti Inggris atau Belanda.

“Kursus selama 6 minggu itu, sudah tentu tidak meluluskan orang steward yang lantas baik begitu saja. Hal ini terutama dalam praktik. Maka sehabis kursus, kepada angkatan baru segera diadakan kesempatan untuk ikut terbang,” tulis Minggu Pagi.

Dari praktik itulah pramugari akan tahu mana penumpang pemula, mana yang sudah pernah terbang; mana yang sedih, mana yang bahagia menikmati perjalanannya; mana yang khawatir, mana yang biasa saja. Mereka akan kasih sikap berbeda sesuai dengan kebutuhan penumpangnya.

Pramugari senior menjadi mentor pramugari pemula selama penerbangan. Satu nama disebut oleh Nasional sebagai pramugari pelopor berkebangsaan Indonesia. Namanya Radiana Wargaprawira atau Anna Warga.

“Anna ini boleh dikatakan stewardess bangsa Indonesia yang tertua dinasnya. Ia sudah dalam dinas hampir 2 ½ tahun… Dialah yang pada 28 Desember tahun 1949 mendapat kehormatan untuk ikut serta dalam kapal terbang yang menjemput Presiden Sukarno dari Jogjakarta ke Djakarta,” ungkap Nasional, 17 November 1951.  

Jam Kerja

Pramugari umumnya bekerja selama 80 jam di udara dalam satu bulan. Mereka punya waktu mengaso setelah 2-3 hari bekerja.

Pramugari pemula terbang melintas pada rute-rute pendek seperti Jakarta-Bandung dan Jakarta-Palembang. Akumulasi jam terbang mereka menentukan seberapa jauh tugas mereka. Bila telah mencapai 500 jam penerbangan, mereka akan terbang melintas rute panjang seperti Jakarta-Singapura dan Jakarta-Manila.

Sejumlah pramugari menyatakan rasa lelahnya ketika menjalani tugas-tugas perdana. Tapi mereka lama-lama kesenangan juga dengan pekerjaanya. “Siapa pula yang tak mau terbang ke sana, terbang ke mari, lihat kota sana, lihat kota sini, memperdalam pepatah ‘lain ladang, lain belalang’,” kata seorang pramugari kepada Nasional. Pramugari lain berkata kepada Minggu Pagi, “Sekali terbang, tetap terbang.”

Pramugari tidak jemu-jemu memberi tenaga sepenuh-penuhnya dalam melayani penumpang yang beraneka karakter itu.

Artikel Menarik Lainnya:

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber:

BERITA TERBARU

Kerap Jadi Impian, Ini Sejarah Profesi Pramugari: Awalnya Laki-Laki, Lalu Perawat Wanita

Link berhasil disalin!