Kalender Masehi (wings2words.com)
Suasana pergantian tahun Masehi dari 2021 ke 2022 masih begitu terasa, khususnya di Indonesia. Masyarakat di Tanah Air selalu menyambut tahun baru Masehi dengan penuh suka cita.
Kalender Masehi merupakan kalender resmi yang digunakan pemerintah untuk penanggalan di Tanah Air. Tak heran jika setiap pergantian tahun Masehi, masyarakat selalu menyambutnya dengan meriah.
Diketahui, kalender Masehi merupakan penanggalan yang berasal dari kalender Julian, kemudian disempurnakan oleh kalender Gregorian yang diciptakan Paus Gregorius XIII, kepala Gereja Katolik dan penguasa Negara Kepausan dari 13 Mei 1572.
Perhitungan penanggalan kalender Masehi didasarkan dari matahari yang terdiri dari 12 bulan dan masing-masing bulan terdiri dari 28-31 hari. Lalu, kalender ini menjadi kalender resmi hampir semua negara di abad ke-20.
Nah, selain kalender Masehi, masyarakat Indonesia secara tidak resmi juga menggunakan beberapa kalender lainnya. Setidaknya ada 5 kalender tak resmi lainnya yang juga dipakai masyarakat Tanah Air. Apa saja?
Kalender Hijriyah merupakan kalender yang dipakai oleh seluruh umat Islam yang ada di Tanah Air.
Kalender Hijriyah sendiri merupakan kalender yang penanggalannya dimulai dari hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke Mekkah dan Madinah pada tahun 622 Masehi.
Penanggalan kalender Hijriyah sendiri dihitung berdasarkan sistem peredaran bulan.
Kalender Sunda merupakan kalender yang dipakai oleh masyarakat Sunda di Tanah Air.
Sebenarnya, kalender Sunda sama dengan kalender Masehi dari segi penanggalan. Hanya saja perbedaannya terletak pada nama bulan.
Dalam kalender Sunda, nama bulan terdiri dari Kartika, Margasira, Posya, Maga, Palguna, Setra, Wesaka, Yesta, Asada, Srawana, Badra dan Asuji.
Kalender Jawa merupakan kalender yang cukup populer di Tanah Air mengingat mayoritas penduduk Indonesia bertetnis Jawa.
Perhitungan penanggalan dalam kalender Jawa dianggap sangat rumit dan berbeda dari kalender lainnya.
Hal itu disebabkan kalender Jawa merupakan perpaduan dari kalender Islam, Hindu-Budha Jawa, dan Masehi.
Sebelum masuknya Islam, masyarakat di Nusantara menggunakan kalender Saka yang berasal dari India untuk penanggalan.
Sama seperti Masehi, perhitungan penanggalan kalender Saka juga didasarkan pada peredaran Matahari ataupun Bulan.
Hingga saat ini, kalender Saka masih dipakai oleh umat Hindu etnis India yang ada di Indonesia.
Setelah kalender Saka berasal dari India masuk ke Nusantara, kalender Saka mengalami modifikasi yang disesuaikan dengan kebudayaan setempat.
Modifikasi kalender Saka itu bisa terlihat pada kalender Saka yang digunakan oleh masyarakat Hindu di Bali.
Sama seperti kalender induknya, perhitungan penanggalan kalender Saka yang digunakan masyarakat Hindu Bali juga didasarkan pada peredaran Matahari ataupun Bulan.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: