Gunung Sinabung. (Photo/Ilustrasi/Unsplash)
Sebelum berbicara terkait letusan gunung, magma dan ilmu lainnya, kabar duka datang dari bencana letusan Gunung Api Semeru. Dikabarkan pada Minggu (5/12/2021), setidaknya ada 13 orang meninggal dunia dan puluhan orang mengalami luka bakar serius.
Tagar #prayforsemeru menjadi bukti bahwa masyarakat tetap memberikan dukungan pada bencana tersebut. Disisi lain, letusan gunung merupakan peristiwa yang terjadi akibat endapan magma di dalam perut Bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi.
Letusan gunung dikenal sebagai peristiwa yang berhubungan dengan naiknya magma dari dalam perut Bumi. Aktivitas magma yang mempunyai suhu yang sangat tinggi di dalam perut Bumi berusaha keluar sehingga dapat terjadi retakan-retakan dan pergeseran lempeng kulit Bumi.
Berdasarkan keterangan IFRC (Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah), letusan gunung berapi adalah ketika lava dan gas dilepaskan dari gunung berapi—terkadang secara eksplosif. Jenis letusan yang paling berbahaya disebut 'glowing avalanche', yaitu ketika magma yang baru meletus mengalir ke bawah sisi gunung berapi.
Mereka dapat melakukan perjalanan dengan cepat dan mencapai suhu hingga 1.200 derajat Fahrenheit. Bahaya lainnya termasuk hujan abu, dan lahar (aliran lumpur atau puing-puing). Gunung berapi sering menyebabkan perpindahan penduduk dan kekurangan makanan.
Magma yang keluar dari perut gunung berapi adalah gunung yang sedang meletus atau vulkanisme. Magma adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan Bumi dengan suhu yang sangat tinggi, yakni diperkirakan lebih dari 1.000 °C.
Cairan magma yang keluar dari dalam Bumi disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan bisa mencapai 700-1.200 °C. Letusan gunung berapi yang membawa batu dan abu dapat menyembur sampai sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri sampai sejauh radius 90 km.
Jenis dan bentuk gunung api bermacam-macam karena derajat kekentalan dan kedalaman magma terbentuknya gunung api berbeda-beda. Gunung api meletus, terjadi akibat endapan magma di dalam perut Bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Dari letusan-letusan seperti inilah gunung api terbentuk.
Hasil letusan gunung berapi berupa: gas vulkanik, lava dan aliran pasir serta batu panas, lahar, tanah longsor, gempa bumi, abu letusan, awan panas. Letusannya yang membawa abu dan batu dapat menyembur dengan keras hingga sejauh radius 18 km atau lebih, sedang lavanya bisa membanjiri daerah sejauh radius 90 km. Meski begitu, tidak semua gunung berapi sering meletus. Berikut empat jenis gunung berapi.
Baca juga: Kondisi Desa Sumberwuluh yang Tertimbun Abu Vulkanik Erupsi Gunung Semeru, Ini Fotonya
Gunung berapi kerucut, juga dikenal sebagai gunung berapi komposit atau stratovulkan, ialah pegunungan (gunung berapi) yang tinggi dan mengerucut yang terdiri atas lava dan abu vulkanik yang mengeras.
Bentuk gunung berapi itu secara khas curam di puncak dan landai di kaki karena aliran lava yang membentuk gunung berapi itu amat kental karena banyak mengandung silika, dan begitu dingin serta mengeras sebelum menyebar jauh.
Gunung berapi perisai atau gunung berapi tameng adalah jenis gunung berapi yang berbentuk mirip dengan bentuk perisai yang melebar dengan sedikit puncak yang tidak terlalu tinggi persis perisai yang diletakkan di atas tanah.
Gunung api perisai dapat dibedakan dari gunung api lain berdasarkan tingkat ketinggian puncak dan lerengnya. Gunung api perisai memiliki badan gunung yang luas dengan lereng yang landai.
Bentuk gunung seperti gunung api perisai tercipta karena magma yang keluar sewaktu erupsi bersifat sangat encer. Akibatnya, magma pijar dapat dengan cepat mengalir dan menyebar di wilayah yang luas.
Maar atau gunung api corong, adalah gunung api yang memiliki kawah gunung berapi yang luas namun rata yang terbentuk dari oleh letusan freatomagmatik (sebuah ledakan yang terjadi ketika air datang ke dalam kontak dengan panas, lava atau magma).
Dari catatan David S. G, melalui penelitiannya Maar yang dangkal, datar berlantai kawah yang para ilmuwan menafsirkan bisa terbentuk di atas diatremes sebagai akibat dari ekspansi kekerasan magmatik gas atau uap; erosi yang mendalam dari maar mungkin akan mengekspos diatreme.
Maar berbagai ukuran dari 60 - 8000 m dan dari 10 - 200 m yang mendalam; yang paling maar biasanya isi dengan air untuk membentuk danau alam. Maar memiliki rendah rims terdiri dari campuran longgar fragmen batuan vulkanik dan batuan robek dari dinding diatrema.
Diatrema adalah pipa vulkanik berisi breksi yang terbentuk setelah terjadinya ledakan bergas. Diatrema sering kali menembus permukaan dan menghasilkan kerucut tuff, kawah yang relatif dangkal yang disebut maar, atau pipa vulkanik lainnya.
Supervulkan, sering pula disebut gunung berapi super atau gunung berapi raksasa adalah vulkan atau gunung berapi yang mampu menghasilkan letusan vulkanis dengan ejekta lebih besar dari 1.000 kilometer kubik, yang lebih besar dari peristiwa vulkanis manapun dalam sejarah.
Supervulkan dapat terjadi ketika magma di Bumi naik ke kerak tetapi tidak mampu melewati kerak. Meningkatnya tekanan membuat kerak tidak dapat menahan tekanan. Supervulkan juga dapat membentuk batas lempeng konvergen, contohnya Toba. Istilah supervulkan relatif baru bagi ilmu pengetahuan. Toba juga menjadi salah satu contoh gunung supervulkan yang dapat mengancam spesies di dunia.
Meski demikian, letusan gunung berapi Supervolkan belum bisa ditentukan oleh para Ilmuwan. Beberapa sumber ada yang menyebut bahwa Gunung Toba merupakan gunung dengan letusan terbesar.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: