INDOZONE.ID - Suku Bajo, kelompok masyarakat maritim yang tersebar di perairan Sulawesi dan Nusa Tenggara, dikenal luas karena kemampuannya beradaptasi dengan kehidupan laut yang ekstrem.
Sebagai bagian dari etnis Austronesia, suku ini telah hidup sebagai pelaut nomaden selama berabad-abad, menjadikan laut sebagai sumber kehidupan utama serta identitas budaya mereka.
Namun, bagaimana tradisi dan cara hidup mereka yang unik ini bertahan di tengah perubahan zaman dan tantangan modernisasi?
Kehidupan Maritim yang Kental
Sebagai masyarakat yang sangat bergantung pada laut, Suku Bajo sering dijuluki “pengembara laut.” Mereka memiliki kebiasaan berlayar dan tinggal di atas perahu, yang menjadi rumah dan tempat mereka menjalani kehidupan sehari-hari.
Meskipun sebagian komunitas kini telah menetap di desa pesisir atau rumah panggung di atas laut, ikatan mereka dengan laut tetap kuat. Gaya hidup mereka yang khas ini mencerminkan identitas sosial dan budaya yang tak terpisahkan dari perairan.
Suku Bajo sangat terampil dalam berbagai aktivitas kelautan, terutama dalam menangkap ikan dan menyelam untuk mencari mutiara dan hasil laut lainnya.
Salah satu kemampuan luar biasa mereka adalah teknik menyelam tradisional, yang memungkinkan mereka menyelam hingga kedalaman 30 meter tanpa menggunakan peralatan selam modern, hanya dengan mengandalkan teknik pernapasan khusus yang telah diwariskan turun-temurun.
Baca Juga: Misteri Keindahan Gunung Latimojong Dijuluki Sebagai Atap Sulawesi, Konon Banyak Penghuninya
Tradisi Nomaden Laut yang Bertahan Lama
Komunitas Suku Bajo tersebar di berbagai daerah pesisir Indonesia, termasuk di perairan Sulawesi, Kepulauan Wakatobi, hingga Nusa Tenggara Timur. Meskipun sebagian telah menetap di rumah panggung di laut, banyak dari mereka yang masih hidup di perahu tradisional mereka yang dikenal sebagai leppa.
Kehidupan nomaden di atas perahu ini telah berlangsung selama berabad-abad, sejak leluhur mereka mulai mengarungi lautan Asia Tenggara. Tradisi ini diwariskan secara turun-temurun, membentuk identitas mereka sebagai masyarakat maritim sejati.
Bagi Suku Bajo, laut bukan hanya sumber penghidupan, tetapi juga merupakan sumber spiritualitas. Mereka memandang laut sebagai “ibu” yang memberi kehidupan, dan karena itu mereka merasa memiliki kewajiban untuk menghormati dan menjaga kelestariannya.
Nilai-nilai spiritual dan kearifan lokal ini menjadi landasan dalam kehidupan mereka, yang terus dipertahankan meskipun dunia terus berubah.
Menjaga Tradisi di Tengah Modernisasi
Meskipun Suku Bajo menghadapi tantangan modernisasi dan dampak perubahan iklim, banyak di antara mereka yang tetap mempertahankan sebagian besar tradisi leluhur.
Kini, beberapa anggota suku terlibat dalam sektor pariwisata maritim, menjadi pemandu wisata laut yang mengenalkan budaya mereka kepada wisatawan. Ini bukan hanya menjadi sumber pendapatan tambahan, tetapi juga membantu melestarikan tradisi mereka dengan cara yang relevan dengan zaman.
Baca Juga: 14 Spesies Hewan Endemik Baru Ditemukan di Sulawesi, Jadi Penemuan Terbesar bagi Indonesia
Berkat adaptasi tersebut, Suku Bajo berhasil mempertahankan gaya hidup yang menyatu dengan laut sambil tetap menjaga kearifan lokal mereka.
Kehidupan mereka yang terus terhubung dengan laut menjadi contoh bagaimana budaya dan identitas suatu masyarakat bisa bertahan dan berkembang meskipun diterpa oleh arus perubahan zaman.
Kesimpulan
Suku Bajo adalah salah satu contoh masyarakat maritim yang tetap teguh menjaga tradisi mereka meskipun berada di tengah gelombang perubahan.
Dengan keahlian kelautan yang luar biasa dan ikatan spiritual yang mendalam dengan laut, mereka menunjukkan bahwa identitas budaya dapat terus lestari meskipun dunia terus berubah.
Lewat perahu tradisional leppa dan kehidupan yang bergantung pada laut, Suku Bajo bukan hanya bertahan, tetapi juga mengadaptasi diri untuk tetap relevan dengan perkembangan zaman.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Artanto, Y. K. (2017). Bapongka, Sistem Budaya Suku Bajo