Sabtu, 08 JUNI 2024 • 17:35 WIB

Manten Sapi: Tradisi Unik Menyambut Idul Adha di Pasuruan

Author

Manten Sapi: Tradisi Unik Menyambut Idul Adha di Pasuruan

INDOZONE.ID - Indonesia, sebagai negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam, memiliki beragam tradisi dan budaya yang memperkaya momen-momen penting, termasuk perayaan Hari Raya Idul Adha. 

Salah satu tradisi unik tersebut dapat ditemukan di Desa Wates Tani, Kecamatan Nguling, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Di sana, setiap tahun menjelang Idul Adha, masyarakat setempat menggelar tradisi yang disebut "Manten Sapi," di mana sapi-sapi yang akan dikurbankan didandani layaknya pengantin.

Baca Juga: Tradisi Unik Saat Idul Adha di Berbagai Negara, Ada Sapi Bergelantungan di Atap Rumah Lho!

Sejarah dan Filosofi Manten Sapi 

Tradisi Manten Sapi telah menjadi bagian integral dari perayaan Idul Adha di Desa Wates Tani selama berabad-abad.

Menurut Haji Abdullah, ketua takmir masjid setempat, tradisi ini berakar dari anjuran sunah untuk memperlakukan hewan kurban dengan baik dan menghormati mereka sebelum disembelih.

Dengan demikian, sapi-sapi ini tidak hanya dimandikan tetapi juga dihias dengan bunga-bunga dan diberi pewangi, seolah-olah mereka adalah mempelai yang akan diarak dalam sebuah pesta pernikahan.

Baca Juga: Misteri Kerbau Bule Keramat Saat Malam Satu Suro di Surakarta

Proses Pelaksanaan Tradisi

Tradisi ini biasanya dilaksanakan sehari sebelum penyembelihan hewan kurban yang jatuh pada tanggal 11-13 Dzulhijjah. Puluhan ekor sapi dan kambing yang akan dikurbankan dimandikan terlebih dahulu.

Setelah itu, mereka dirias dengan bunga-bunga cerah dan aksesori warna-warni. Hewan-hewan ini kemudian diarak keliling desa, dipamerkan kepada masyarakat sebagai bentuk penghormatan terakhir sebelum disembelih.

Baca Juga: Kisah Awal Mula Tradisi Berkurban di Idul Adha, Begini Cerita Lengkapnya!

Mengarak Hewan Kurban

Proses arak-arakan ini menjadi puncak dari tradisi Manten Sapi. Hewan-hewan yang sudah dihias diarak melalui jalan-jalan desa, diiringi oleh warga yang membawa berbagai bahan pangan seperti beras, minyak goreng, dan kayu bakar.

Semua bahan pangan ini nantinya akan diberikan kepada warga yang kurang mampu, bersama dengan daging kurban yang telah diolah. Ini bukan hanya sekadar pawai, tetapi juga bentuk syiar Islam dan solidaritas sosial yang kuat.

Baca Juga: Mengungkap 16 Kata-kata Bijak Soekarno yang Terbukti Jadi Kenyataan!

Esensi dan Makna Tradisi

Tradisi Manten Sapi mengandung banyak makna. Selain sebagai syiar Islam, tradisi ini menekankan pentingnya penghormatan dan perlakuan baik terhadap hewan kurban. Ini juga menjadi momen bagi masyarakat untuk menunjukkan solidaritas dan gotong royong.

Dengan memberikan bahan pangan kepada warga kurang mampu, tradisi ini memastikan bahwa semua orang bisa merayakan Idul Adha dengan layak, tanpa kekurangan bahan makanan untuk mengolah daging kurban yang diterima.

Tantangan dan Perubahan

Sayangnya, tradisi yang telah berlangsung selama ratusan tahun ini mengalami tantangan dalam beberapa tahun terakhir.

Haji Abdul Rauf, seorang tokoh masyarakat setempat, mengungkapkan bahwa kurangnya minat generasi muda untuk melanjutkan tradisi ini menjadi salah satu penyebab utama.

Selain itu, wabah penyakit mulut dan kuku yang menyerang sapi-sapi pada tahun 2022 juga membuat pelaksanaan tradisi ini sangat berisiko dan terpaksa dihentikan untuk sementara waktu.

Baca Juga: Rumor Presiden Soekarno Masih Hidup, Benarkah? Ini Fakta-Faktanya!

Harapan untuk Masa Depan

Meski menghadapi berbagai tantangan, harapan untuk melanjutkan tradisi Manten Sapi tetap ada.

Masyarakat setempat berharap bahwa generasi muda akan kembali tertarik untuk melestarikan tradisi ini, dan wabah penyakit pada hewan dapat segera diatasi sehingga tradisi ini bisa kembali dilaksanakan dengan semarak seperti dahulu.

Baca Juga: Misteri Makam Mbah Astra Leksana: Pendiri Desa Karangsambung Kebumen, Konon Dilindungi Pohon Keramat

Manten Sapi: Tradisi Unik Menyambut Idul Adha di Pasuruan

Tradisi Manten Sapi di Desa Wates Tani bukan hanya sebuah perayaan, tetapi juga cerminan dari nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh masyarakat setempat.

Menghormati hewan kurban, berbagi dengan sesama, dan menjaga kebersamaan adalah esensi dari tradisi ini.

Semoga tradisi ini bisa terus dilestarikan dan menjadi inspirasi bagi daerah lain dalam memperingati Hari Raya Idul Adha dengan cara yang unik dan bermakna.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: YouTube @Vicky Vick