Disambar Petir saat Mandi Hujan, Bocah 5 Tahun Diselamatkan dengan Cara Unik Warga Karo

Disambar Petir Saat Mandi Hujan, Bocah 5 Tahun Diselamatkan dengan Cara Unik Warga Karo.

INDOZONE.ID - Petir memang jadi salah satu fenomena alam yang paling ditakuti banyak orang. Suaranya yang menggelegar dan kilatannya yang menyambar tiba-tiba bisa bikin siapa aja merinding, apalagi kalau lagi di luar rumah saat hujan deras.

Gak heran kalau dari kecil kita udah sering diingetin orang tua, "Jangan main hujan kalau lagi ada petir."

Tapi meskipun sudah orang tua sudah waspada, yang namanya musibah kadang datang tanpa tanda. Seperti kejadian yang bikin heboh di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

Baca Juga: Mitos Kisah Cinta Sunan Kalijaga dan Nyi Roro Kidul: Asmara Mistis di Balik Ombak Pantai Selatan

Kejadian ini bisa dibilang bikin ngeri tapi juga bikin penasaran. Seorang bocah laki-laki berusia 5 tahun tersambar petir saat sedang mandi hujan di depan rumah tepatnya di Dusun Percihen, Desa Tanjung Gunung, Kecamatan Sei Bingei, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

Peristiwa yang terjadi mendadak ini juga tentu saja bikin geger warga sekitar. Tapi yang menarik, cara warga menolong bocah ini terbilang unik, bahkan bisa dibilang jarang terdengar.

Untuk menyelamatkannya, tubuh si bocah langsung ditanam ke dalam tanah dan ditutup dengan daun pisang.

Bukan sembarang tindakan pertolongan, rupanya ini adalah kepercayaan turun-temurun dari masyarakat Suku Karo.

Menurut kepercayaan Suku Karo, kalau seseorang tersambar petir, tubuhnya harus segera "dihubungkan" dengan tanah supaya sambaran listrik di tubuhnya bisa netral.

Baca Juga: Stasiun Tawang Semarang: Warisan Kolonial yang Dibumbui Cerita Hantu

Warga setempat percaya, cara ini bisa bantu menyelamatkan nyawa korban asal dilakukan secepat mungkin. Kabar baiknya, setelah ditanam kondisi si bocah perlahan membaik.

Nah, metode seperti ini mungkin terdengar aneh bagi sebagian orang, tapi di beberapa daerah, tradisi semacam ini masih dipercaya dan dipraktikkan.

Soal efektif atau enggaknya? Tentu butuh kajian medis lebih lanjut. Tapi nggak bisa dipungkiri, kadang kearifan lokal juga punya peran besar dalam penyelamatan darurat.