Kategori Berita
Media Network
Sabtu, 12 APRIL 2025 • 15:07 WIB

Komedie Stamboel: Ketawa di Tengah Ketegangan Sosial dan Budaya di Abad ke-19

Di tengah pengaruh budaya Belanda yang dominan, muncul genre teater yang mencuri perhatian masyarakat Indonesia, yaitu Komedie Stamboel.

INDOZONE.ID - Teater di Indonesia telah ada sejak sebelum masa penjajahan dan terus berkembang hingga saat ini. Awalnya, kegiatan teater didasarkan pada upacara dan ritual religius yang memiliki sifat yang lebih puitis dibandingkan dengan teater di Barat.

Pada abad ke-19 Indonesia menjadi rumah bagi kebudayaan yang kaya dan beragam. Pada masa itu, salah satu bentuk hiburan yang populer adalah teater.

Di tengah pengaruh budaya Belanda yang dominan, muncul genre teater yang mencuri perhatian masyarakat Indonesia, yaitu Komedie Stamboel. Komedie Stamboel merupakan integrasi antara musik dan teater dalam budaya Indis.

Nama "Stamboel" merujuk pada topi tradisional Turki yang dipakai oleh anggota kelompok dan orang-orang Hindia Belanda yang menyebut Istanbul sebagai "Stambul."

Baca Juga: Palembang dalam Catatan Barat abad 19: Seindah Itu Sampai Disebut 'Venesia dari Timur'

Pertunjukan Komedie Stamboel merupakan perpaduan dari berbagai budaya, mengambil cerita dari Seribu Satu Malam dan cerita klasik lainnya, menggunakan humor, lagu, dan tarian. Pertunjukannya terdiri dari beberapa babak yang menggabungkan drama, komedi, dan musik.

Rombongan teater dari Melaka, Johor, dipimpin oleh Abdoel-Moeloek, menghadapi penolakan di Hindia Belanda karena pertunjukan mereka dianggap hanya memenuhi selera orang Melayu.

Namun, penolakan ini menjadi awal terbentuknya Komedie Stamboel oleh Agustus Mahieu. Mahieu mencari cerita yang menarik bagi penonton yang mencerminkan karakter teater yang diinginkan.

Dia memilih untuk mementaskan lakon-lakon dalam bahasa Melayu, yang merupakan bahasa pergaulan saat itu. Cerita yang dipentaskan mencakup budaya Melayu, Tionghoa, Jawa, dan Eropa.

Baca Juga: Sejarah Panjang Sidoarjo sebagai Pusat Perdagangan Masa Lampau di Jawa Timur

Konsep ini berhasil menarik perhatian masyarakat, terutama setelah Mahieu meninggal pada tahun 1906. Komedie Stamboel menjadi populer di kalangan masyarakat Jawa, dengan beberapa komunitas Komedie Stamboel bermunculan.

Mereka dikenal dengan nama-nama seperti 'komedie opera stamboel' dan 'opera permata stamboel'. Dengan begitu banyak komunitas, Komedie Stamboel terus berkembang dan mencapai popularitas yang lebih luas.

Rombongan teater Komedie Stamboel dari Surabaya kemudian mulai melakukan perjalanan ke Batavia pada tahun 1892. Mereka melakukan pertunjukkan untuk memperkenalkan sensasi teater jenis baru.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Jurnal

BERITA TERKAIT
BERITA TERBARU

Komedie Stamboel: Ketawa di Tengah Ketegangan Sosial dan Budaya di Abad ke-19

Link berhasil disalin!