Mengenal tradisi manten tebu yang ada di film 'Pabrik Gula'. (Instagram/@pabrikgulafilm)
INDOZONE.ID - Dengan dirilisnya film horor Pabrik Gula di bioskop pada saat Lebaran 2025, penonton tidak hanya disuguhkan dengan cerita menegangkan tentang teror supranatural, tetapi juga diperkenalkan pada tradisi unik yang jarang diangkat ke layar lebar, yaitu manten tebu.
Tradisi ini memiliki akar budaya yang kaya dan makna filosofis yang mendalam, membuatnya menarik perhatian penonton dalam nuansa horor.
Ritual Manten Tebu adalah sebuah tradisi yang dilaksanakan oleh pemilik pabrik gula dan petani tebu sebagai bentuk persiapan sebelum musim giling tebu dimulai.
Baca Juga: Deretan Kisah Mistis Pabrik Gula di Indonesia: Ritual, Tumbal, dan Mitos yang Bikin Merinding!
Dalam ritual ini, sepasang boneka tebu yang melambangkan pengantin laki-laki dan perempuan diarak sepanjang jalan, sebagai simbolisasi kesuburan dan kemakmuran.
Menurut catatan sejarah, tradisi Ritual Giling Manten di Pabrik Gula Ngadirejo Desa Ngadirejo Kecamatan Kras Kabupaten Kediri ini diyakini sebagai bentuk penghormatan kepada roh penunggu pabrik gula. Hal itu diyakini dapat membawa keberkahan dan kesuksesan dalam proses produksi gula.
Manten sendiri berasal dari bahasa Jawa yang berarti "pengantin". Dalam ritual ini berarti mengawinkan sepasang pengantin tebu yang diambil dari kebun tebu pemilik pabrik gula dan kebun tebu milik petani.
Legenda pengantin tebu seringkali dikaitkan dengan kisah Dewi Sri, dewi kesuburan yang menjaga tanaman di bumi, dan Dewa Wisnu.
Menurut cerita, Dewi Sri menjadi target lamaran Kala Benggolo, raksasa dan Raja Hama, yang ingin menjadikan dirinya sebagai istri.
Namun, ketika lamarannya ditolak, Kala Benggolo marah dan memerintahkan pasukannya untuk menghancurkan semua tanaman yang dijaga oleh Dewi Sri, sehingga menimbulkan kerusakan besar di bumi.
Kemarahan Kala Benggolo memuncak ketika lamarannya ditolak, sehingga ia memerintahkan pasukannya untuk menghancurkan tanaman yang dijaga oleh Dewi Sri.
Dewa Wisnu, yang menyadari kejadian ini, segera turun ke bumi untuk membantu Dewi Sri mengatasi hama yang dikirimkan oleh Kala Benggolo.
Dalam bentuk petani, Dewa Wisnu bekerja sama dengan para petani untuk melindungi tanaman mereka dari serangan hama.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Ejournal.unesa.ac.id