Tradisi Lomban ini telah berlangsung selama ratusan tahun. Hingga kini, tradisi tersebut masih dilaksanakan setiap tahun, tepatnya seminggu setelah Hari Raya Idul Fitri, yaitu pada 8 Syawal.
Lomban merupakan bagian dari perayaan lebaran yang diselenggarakan di sejumlah pantai di Jepara, dengan Pantai Kartini sebagai pusat utama pelaksanaannya.
Lomban atau Syawalan memiliki makna sebagai sedekah laut, yaitu ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil laut yang melimpah. Tradisi ini erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat pesisir, khususnya nelayan.
Pelaksanaan Tradisi Syawalam atau Lomban di Jepara
Pada pelaksanaannya, rangkaian acara dimulai dengan doa bersama dan ziarah ke makam Cik Lanang di Pemandian Pantai Kartini, serta makam Mbah Ronggo.
Ziarah ini sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur yang telah menjaga dan melindungi masyarakat pesisir.
Baca Juga: Mangulosi: Tradisi Penuh Kasih Sayang Khas Suku Batak yang Sarat Makna
Salah satu bagian yang paling menarik dari Lomban, adalah prosesi pelarungan kepala kerbau di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Ujung Batu. Itu menjadi simbol permohonan keselamatan dan keberkahan bagi para nelayan.
Setelahnya, acara dilanjutkan dengan Festival Ketupat di Pantai Kartini. Festival ini makin meriah dengan penampilan tari kemakmuran, yang diselenggarakan pertama kali pada 2013, sebagai bentuk doa agar Jepara makin makmur dan sejahtera.
Sejak 2006, prosesi Lomban juga diwarnai dengan berbagai hiburan, termasuk Festival Kupat Lepet, yang menambah semarak acara.
Lomban bukan hanya sekadar tradisi, tetapi juga menjadi daya tarik wisata budaya yang menggambarkan kearifan lokal masyarakat Jepara.
Melalui tradisi ini, masyarakat Jepara mengungkapkan rasa syukur atas hasil laut yang diperoleh, sekaligus berharap rezeki makin berlimpah pada tahun depan.
Sebagai simbol rasa syukur, Lomban menggambarkan hubungan harmonis antara manusia dan alam, khususnya lautsebagai sumber kehidupan mereka.
Banner Z Creators Undip.