Kategori Berita
Media Network
Selasa, 12 NOVEMBER 2024 • 15:40 WIB

Tradisi Tabot, Ritual Menara Masjid yang Sarat Makna dan Simbol dari Bengkulu

Menara Masjid Tradisi Tabot

INDOZONE.ID – Tradisi Tabot merupakan perayaan tahunan yang digelar oleh masyarakat Bengkulu pada tanggal 1 hingga 10 Muharram, untuk memperingati syahidnya cucu Nabi Muhammad SAW, Hasan dan Husein, dalam peperangan di Karbala.

Selain sebagai penghormatan kepada dua tokoh besar Islam ini, Tabot juga merayakan Tahun Baru Islam dan menjadi bagian integral dari kebudayaan lokal yang kaya akan nilai-nilai spiritual, seni, dan adat istiadat.

Asal Usul Tradisi Tabot

Kata "Tabot" berasal dari bahasa Arab "tabut", yang berarti peti atau kotak kayu. Dalam tradisi Islam, tabut awalnya merujuk pada peti berisi kitab Taurat dari Bani Israil, yang diyakini membawa kebaikan ketika muncul, dan mendatangkan musibah jika hilang.

Namun, dalam konteks tradisi masyarakat Bengkulu, Tabot kini digambarkan sebagai struktur bertingkat yang menyerupai menara masjid, yang dihias dengan kertas warna-warni.

Baca Juga: Fakta Bunga Rafflesia Arnoldi dan Asal-Usul Sebutan Bengkulu Sebagai 'Bumi Rafflesia'

Pembuatan Tabot ini memiliki aturan tertentu yang harus diikuti, sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh keluarga pemilik Tabot, yang umumnya merupakan keturunan Syekh Burhanudin, atau Imam Senggolo, seorang tokoh yang memperkenalkan tradisi ini kepada masyarakat Bengkulu.

Rangkaian Acara Tradisi Tabot

Perayaan Tabot dimulai pada tanggal 1 Muharram, dengan upacara pengambilan tanah dari tempat keramat yang dipercaya memiliki unsur magis.

Tanah ini kemudian dibungkus dengan kain kafan putih dan dibentuk menyerupai boneka manusia.

Pada tanggal 5 Muharram, acara dilanjutkan dengan ritual Duduk Penja. Penja adalah benda berbentuk telapak tangan manusia yang terbuat dari kuningan, perak, atau tembaga, dianggap sebagai benda keramat. Setiap tahun, Penja harus dibersihkan dengan air limau.

Kegiatan berikutnya adalah Meradai, yang dilaksanakan pada tanggal 6 Muharram.

Pada tahap ini, seorang yang disebut Jola—biasanya anak-anak berusia 10 hingga 12 tahun—akan mengumpulkan dana untuk kegiatan sosial dan menyebarkan semangat kebersamaan di antara masyarakat.

Acara kemudian berlanjut dengan Manjara, yang berlangsung pada tanggal 6 hingga 7 Muharram.

Dalam acara ini, kelompok-kelompok yang terlibat dalam tradisi Tabot saling mengunjungi dan bertanding menggunakan alat musik tradisional bernama Dol, yaitu beduk dengan lubang di tengahnya dan kulit lembu sebagai pemukulnya.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Jurnal Kebudayaan Dan Sastra Islam

BERITA TERKAIT
BERITA TERBARU

Tradisi Tabot, Ritual Menara Masjid yang Sarat Makna dan Simbol dari Bengkulu

Link berhasil disalin!