Pemandangan di tengah-tengah Danau Rawa Pening.
INDOZONE.ID - Legenda Rawa Pening merupakan sebuah legenda klasik, yang mungkin telah banyak dikenal oleh sebagian anak yang lahir pada tahun 90-an dan 2000-an. Sebab cerita yang berakar kuat di wilayah Provinsi Jawa Tengah ini pernah di siarkan di acara televisi.
Rawa Pening sendiri adalah nama sebuah danau alami yang meliputi area seluas 2.670 hektar. Arti 'pening' sendiri bermakna hening.
Danau ini terletak di empat wilayah kecamatan yang berada di Kabupaten Semarang, yaitu Kecamatan Bawen, Kecamatan Ambarawa, Kecamatan Tuntang, dan Kecamatan Banyubiru.
Rawa ini terbentuk di lembah antara tiga gunung yang mempesona, yakni Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo, dan Gunung Ungaran.
Cerita legendaris Rawa Pening dimulai dari sebuah desa bernama Desa Ngasem, yang terletak di lereng Gunung Telomoyo.
Baca Juga: Misteri Danau Kelimutu, Danau Tiga Warna di NTT Dipercaya Jadi Tempat Berkumpul Arwah Tukang Sihir
Di suatu tempat yang bernama Desa Ngasem, mempunyai seorang kepala desa yang bijaksana, yang bernama Ki Sela Gondang, ia memiliki seorang putri yang mempesona, yaitu Endang Sawitri.
Suatu hari, desa tersebut membutuhkan sebuah pusaka sakti sebagai bagian dari upacara merti desa untuk memastikan kelancaran acara tersebut. Endang Sawitri diberi tugas untuk meminjam pusaka sakti milik sahabat ayahnya, Ki Hajar Salokantara.
Ki Hajar Salokantara memberikan pesan kepada Endang Sawitri untuk tidak meletakkan pusaka itu di pangkuannya selama perjalanan. Namun, di tengah perjalanan, Endang Sawitri melanggar pesan tersebut dan mengakibatkan dirinya hamil.
Ki Sela Gondang kemudian memohon kepada Ki Hajar Salokantara agar mau menikahi putrinya untuk menjaga kehormatan keluarga. Meskipun dengan berat hati, akhirnya Ki Hajar Salokantara menerima Endang Sawitri sebagai istrinya.
Saat Endang Sawitri melahirkan, bayi yang lahir ternyata memiliki wujud seekor naga yang diberi nama Baro Klinting. Untuk menghilangkan kutukan dari pusaka, Baro harus mencari Ki Hajar Salokantara yang sedang bertapa di puncak Gunung Telomoyo.
Ketika pertama kali melihat wujud naganya Baro Klinting, Ki Hajar Salokantara sulit untuk mempercayai bahwa naga tersebut adalah anaknya. Namun, ketika Baro Klinting menunjukkan pusaka yang ia bawa, Ki Hajar Salokantara mulai percaya bahwa itu adalah anaknya.
Kemudian Ki Hajar Salonkantara menguji Baro Klinting dengan melakukan pertapaan di Gunung Telomoyo dengan melilitkan tubuhnya di sekitar puncak Gunung Telomoyo. Tidak berhenti sampai disitu ayahnya, kemudian menyuruh Baro Klinting untuk bertapa kembali di Bukit Tugur agar Baro Klinting bisa merubah wujud naga nya menjadi manusia seutuhnya.
Sayangnya, sekelompok warga dari Desa Pathok yang sedang berburu tidak melihat keseluruhan wujud Baro Klinting, yang kemudian oleh sekelompok warga itu memotong bagian ekornya untuk menjadi hidangan makanan.
Pada saat jamuan pesta itu digelar, datanglah seorang anak lusuh dan dipenuhi luka, yang ternyata anak itu adalah Baro Klinting yang telah berubah wujud akibat saat ia bertapa tubuhnya di potong. Saat itu pun Baro Klinting di usir oleh penduduk desa, dan saat itulah cerita ini mendekati awal mula terbentuknya Danau Rawa Pening.
Ketika ia dalam perjalanan, secara tidak sengaja bertemu dengan, janda tua dan baik hati, ia bernama Nyi Latung, kemudian Nyi Latung mengajak Baro untuk makan dirumahnya dengan hidangan yang nikmat.
Setelah itu Baro Klinting mempunyai rencana untuk membalas dendam kepada warga desa, ia menyuruh Nyi Latung untuk menyediakan alat penumbuk padi, Baro memberi isyarat jika terdengar suara dentuman keras, kemudian Nyi Latung memenuhi apa yang di suruh Baro Klinting.
Kembalilah Baro Klinting ke desa tersebut untuk menancapkan sebatang lidi ke tanah, Baro kemudian membuat sayembara kepada siapa saja yang mampu mencabut sebatang lidi itu.
Akhirnya seluruh penduduk desa pun tidak ada yang mampu mencabut sebatang lidi itu. Sayembara itu pun kemudian dicabut sendiri oleh Baro Klinting, saat itulah ketika lidi di cabut keluar air yang memancar dari tanah.
Baca Juga: Mitos Danau Dendam Tak Sudah di Bengkulu, Kisah Cinta Tak Direstui hingga Munculnya Buaya Buntung
Dari pancaran air yang semakin besar, kemudian membentuk sebuah danau yang sekarang di sebut dengan Danau Rawa Paning. Pada akhirnya Baro Klinting berubah wujud kembali menjadi naga dan menjaga tempat ini.
Writer: Victor Median
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone.Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Z Creators